24: Careless Wishper

217 43 9
                                    

Aku merasakan nyeri di seluruh tubuhku, terutama bagian lengan dan kepala setelah bangun tidur. Padahal yang kulakukan beberapa hari ini hanya mengatur pendaran cahaya dari telapak tanganku, namun lelah yang ditimbulkan sama seperti mengelilingi sekolah sepuluh putaran. Sekarang aku mengerti mengapa mengendalikan kinesis dapat membentuk otot bahkan tanpa harus berolahraga.

Bukan hanya kelelahan fisik yang ditimbulkan kinesisku saja, perubahan hormon dynamesa itu juga mempengaruhi ekstra sensoriku. Citra-citra bermunculan secara acak pada waktu yang bahkan tidak terduga. Seperti saluran televisi yang diganti secara cepat, sesaat aku seolah melihat satu gambaran—kemudian gambaran itu berubah, tahu-tahu aku sudah berada di tempat lain.

Awalnya penglihatanku berada di kamar Cassandra, aku menyaksikan dia masih meringkuk di atas tempat tidurnya. Kemudian saat aku menutup mataku sejenak, aku sudah berada di kamar Sofia. Sedetik kemudian setelah aku mengerjap, aku berada di kamar River, menyaksikan dirinya minum air dalam gelas dengan cara yang normal, sebelumnya kupikir ia tak pernah menggunakan gelas—kukira air melayang sendiri menuju mulutnya. Saat aku mengedipkan mataku lagi, Madison di depanku sedang berkomunikasi dengan kakaknya Mason dengan perantara sebuah cermin.

Itulah mengapa aku di sini sekarang, di gedung belakang sekolah. Aku menyelinap keluar dari kamar setelah Ashley pergi ke kelasnya. Tidak banyak yang bisa kulihat di tempat ini, jangkauan ekstra sensoriku tidak cukup luas untuk menembus sampai ke dalam gedung sekolah dari tempat ini. Tapi justru itu yang membuatku merasa nyaman berlama-lama di sini, aku tak lagi melihat apa pun secara acak dari tempat ini.

Tiga hari sudah aku hanya diam di kamarku, aku tidak bermaksud membolos, Ben yang menyuruhku untuk tidak pergi ke tempat ramai selama beberapa hari—setidaknya sampai dia kembali dari tugas luarnya. Emma dan beberapa senior lainnya mengijinkanku melewatkan kelas mereka setelah kubilang bahwa aku tidak enak badan. Ashley tidak pernah curiga aku berbohong. Katanya orang yang sedang berbohong memiliki pancaran aura yang kelam, tapi auraku sudah kelam sejak hari pertama dia melihatku. Juga, hampir setiap hari dia melihatku merintih kesakitan setiap malam, Ash malah akan curiga jika sekarang aku baik-baik saja.

Hari ini aku memutuskan untuk kembali ke kelas, aku menyeret kakiku dengan susah payah menuju ruang belajar di lantai dua setelah waktu makan siang selesai. Aku tidak punya cukup keberanian untuk melewatkan kelas milik Gates sebanyak dua kali. Dia senior yang paling kritis. Lagi pula, kekhawatiran Ben tentang energiku yang mungkin akan tiba-tiba berpendar kuat sepertinya tidak akan terjadi. Aku merasa bahwa aku sudah melakukan seribu kali latihan sejak pertemuan terakhirku dengan Ben, namun energi yang keluar dari tubuhku masih selebar telapak tangan saja, bahkan energinya seperti sebuah senter yang sebentar lagi kehabisan daya. Siapa yang akan menyadari pancaran energi sekecil itu—jika Ashley saja tidak.

Gates mendapatiku menguap saat masuk ke dalam kelasnya. Alih-alih mengatakan sesuatu yang buruk seperti biasanya, ia malah mengangguk dengan caranya yang menjengkelkan. Aku mengatup mulutku secara otomatis, lalu mengarahkan kaki menuju bagian belakang kelas yang untungnya belum penuh. Kelly di depanku melambaikan tangan dan menepuk kursi di sampingnya, Luke duduk tegak tepak di sebelahnya. Sedangkan Ashley berada jauh tiga baris di depanku, di tempatnya biasa.

Gates selalu menggunakan semacam hologram di kelas—membawa kami ke dalam efek virtual yang ia inginkan. Saat ia menjelaskan tentang sistem otak atau sesuatu yang asing tentang ilmu sains, sebuah proyektor tiga dimensi akan menampilkan gambar yang bergerak dan berputar di sekitar kami. Seolah gambar yang ia munculkan adalah benda asing yang melayang di luar angkasa.

Setelah Gates meredupkan lampu dan semua orang fokus pada gambar otak yang sedang melayang-layang di atas kepala kami, Edmund beringsut ke sisiku tanpa suara. Meski aku sadar akan kedatangannya, namun pergerakannya tetap saja menimbulkan efek terkejut padaku.

The DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang