Oke, karena ada yang minta part 2 nya, nih aku bikinin. Semoga kalian suka:)
Pasti beberapa dari kalian penasaran apa yang terjadi setelah Jaemin mengeluarkan pernyataannya? Atau apa jawaban kamu untuk Jaemin? Bagaimana kehidupan kamu dan Jaemin setelahnya?
Setelah memikirkan matang-matang, curhat sama Hyuna dan Nara, dan negosiasi sama orang tua, akhirnya kamu menerima lamaran Jaemin, atau mungkin pertanyaan Jaemin? Gak tau author sendiri juga bingung Jaemin ngelamar atau tes wawancara jadi pendamping hidup.
Intinya kamu bersedia menjadi istri Jaemin. IYALAH SIAPA YANG MAU NOLAK, AUTHOR AJA MAU.
Dua bulan setelah itu, kamu dan Jaemin menggelar acara pernikahan yang mewah. Iya, cuma dua bulan kalian nyiapin pernikahan. Kamu rada bingung juga, apa gak kecepetan?
"Lebih cepat lebih baik, lagian saya kan mau cepet-cepet milikin kamu." Iya, itu alasan Jaemin pas kamu nanya ke dia.
Pernikahan Jaemin yang kedua ini lebih berkesan dibandingkan pernikahannya yang pertama. Karena selain dihadiri semua karyawan perusahaan dan teman-temannya, Jaemin berada di pelaminan dengan orang yang dicintainya. Ya, kamu.
Jaemin juga terlihat lebih bahagia. Senyum yang ia tampilkan bukan hanya sebatas senyum formal, melainkan senyum kebahagiaan.
Dan selama hampir empat tahun lamanya kalian tinggal satu atap, akhirnya kamu tau sifat asli Jaemin. Jika di kantor Jaemin adalah pria yang cuek, dingin, dan disegani banyak orang. Maka di rumah Jaemin akan bersikap manja dan menggemaskan. Bahkan Jae-yi yang suka manja sama kamu aja kalah sama Jaemin. Gak nyadar umur emang.
-'🌱
"Bunda!" Kamu menoleh ke belakang, menatap Jaera-anak kamu dan Jaemin-berlari menuju lantai bawah.
"Jangan lari-lari, sayang, nanti jatuh." Setelah berada di lantai bawah, gadis berumur 3 tahun itu langsung memeluk kaki kamu.
"Pagi, bunda." Jaera tersenyum lebar.
"Pagi juga Ara. Oh iya, kakak Jae-yi mana?"
"Kakak Ayi masih tidul. Tadi Ala bangunin malah diusil." Adu Jaera sambil cemberut. Kamu terkekeh.
"Yaudah Jaera makan duluan, bunda bangunin kakak dulu." Jaera mengangguk lalu duduk di kursi. Kamu berjalan ke lantai atas menuju kamar Jae-yi.
"Jae-yi sayang, ayok bangun." Kamu menepuk pipi Jae-yi pelan. Jae-yi menggeliat karena merasa terusik.
"Bentar lagi, bunda. Jae-yi masih ngantuk."
"Gak ada bentar-bentar. Kan Jae-yi mau ke rumah nenek sekarang." Kamu menarik kedua tangan Jae-yi hingga anaknya berada dalam posisi terduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Na Jaemin As
FanfictionMulai dari suami, pacar, bahkan ayah sekalipun, Jaemin bisa menjadi apa saja yang kamu mau. Baca dulu aja, siapa tau suka. Kalau suka, tolong tinggalkan jejak voment ya maniez. © jinaestetic, 2021