Hai. Ada yang kangen?
Akhir-akhir ini Jaemin disibukkan dengan pekerjaannya. Perusahaan Jaemin mengalami masalah yang mengharuskan pria itu turun tangan untuk menanganinya secara langsung.
Karena masalah yang dialami perusahaannya, Jaemin lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, lupa makan, dan tidur dalam waktu yang singkat.
Jaemin merenggangkan badannya setelah hampir seharian menatap berkas-berkas dan layar laptop. Jaemin memjiat keningnya dan menatap langit di luar sana yang sudah berubah gelap. Pandangannya beralih pada arloji yang melingkar di tangannya. Sudah jam delapan malam. Waktu berlalu sangat cepat.
Hp Jaemin bergetar, layarnya menyala menampilkan panggilan telepon dari ibunya. Tanpa berlama-lama, Jaemin mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, Bu?"
"Halo. Kata Rara beberapa hari ini kamu nggak pulang ke rumah?"
"Iya, Bu. Jaemin lagi hectic. Soalnya ada masalah di perusahaan."
"Ohh, Ibu kira kamu kelayapan. Oh ya, tadi siang Ibu ke rumah. Terus Ibu ketemu sama babysitter Rara. Kamu kok gak bilang kalau udah rekrut babysitter?"
"Maaf, Bu. Jaemin lupa ngasih tau Ibu."
"Ck, kebiasaan." Jaemin menggaruk tengkuknya karena merasa bersalah. Ia terlalu sibuk sampai lupa mengenalkan kamu pada Yoona.
"Jae."
"Iya, Bu?"
"Pengasuh Rara cantik, ya. Orangnya juga baik dan lucu." Jaemin hanya diam. Perasaannya mulai nggak enak.
"Kamu nggak ada niatan mau nikah lagi? Rara pasti butuh sosok ibu." Sudah Jaemin duga. Arah pembicaraan Yoona pasti akan ke sana.
"Jaemin belum ada kepikiran buat nikah lagi."
"Kenapa? Masih cinta sama Jihan? Nunggu perempuan itu kembali? Dia nggak bakal kembali ke sini. Kamu gak inget kalau dia udah khianatin kamu?" Jaemin memijat pangkal hidungnya.
"Bukan masalah itu, Bu. Udah, ya, Jaemin lagi gak mau debat sama Ibu."
"Hhh, terserah kamu, deh. Ngomong-ngomong ini udah jam 8. Kamu nggak pulang?"
"Jaemin masih ngurusin kerjaan, Bu."
"Nggak ada kerja-kerja! Pokoknya kamu pulang sekarang. Awas aja kalau Ibu tau malam ini kamu nggak pulang."
"Iya-iya, Jaemin pulang sekarang." Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Yoona. Jaemin kembali memjiat keningnya agar pusing yang dirasakannya menghilang. Walaupun usahanya sia-sia.
"Kayaknya Pak Bos lagi pusing, nih." Jaemin menatap ke arah pintu, di sana ada Jeno—teman sekaligus sekretarisnya—sedang berdiri di ambang pintu.
"Diomelin nyokap lagi?" tanya Jeno sembari menghampiri meja Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Na Jaemin As
FanfictionMulai dari suami, pacar, bahkan ayah sekalipun, Jaemin bisa menjadi apa saja yang kamu mau. Baca dulu aja, siapa tau suka. Kalau suka, tolong tinggalkan jejak voment ya maniez. © jinaestetic, 2021