Suara berisik dari orang-orang yang menginjakkan kaki di taman rumah sakit memasuki indera pendengaran kamu. Bangku panjang yang berteduh di bawah pohon menjadi tempat kamu bersantai sambil menikmati pemandangan di depan sana. Arah mata kamu tertuju pada kumpulan anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Langkah kaki riang, wajah yang penuh keceriaan, suara pekikan dan tawa, membuat kamu tanpa sadar tersenyum, seolah-olah merasakan menjadi bagian dari mereka.
“Hai, aku boleh duduk di sini?”
Refleks kamu menoleh ke sumber suara. Di sebelah kiri kamu, sosok pria dengan kemeja putih dan celana kain berwarna cokelat muda berdiri tegap sambil tersenyum. Tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang tampan membuat kamu terpesona pada pandangan pertama. Sesaat kemudian, kamu kembali tersadar.
“Boleh kok.” Mendapat persetujuan dari kamu, tanpa berlama-lama ia duduk di samping kamu. Suasana canggung datang menemani kalian yang masih asing. Namun, kecanggungan itu segera ditepis pria di samping kamu.
“Nama aku Jaemin. Nama kamu siapa?” tanya pria bernama Jaemin. Kamu terdiam sejenak memperhatikan uluran tangan Jaemin. Beberapa detik kemudian, kamu membalas uluran tangan itu. Tangan Jaemin begitu lembut dan nyaman untuk digenggam.
“Nama aku Y/N.”
Jaemin kembali tersenyum. “Namanya cantik, kayak orangnya.”
Sontak kamu melepas uluran tangan dan menatap lurus ke depan. Meskipun baru beberapa menit bertemu, Jaemin mampu membuat jantung kamu berdetak tidak karuan, bahkan kamu salah tingkah.
“Aku baru pertama kali liat kamu di sini. Kamu lagi jenguk seseorang?” tanya kamu basa-basi.
Terlihat wajah Jaemin sedang berpikir. “Bisa dibilang gitu. Kamu sendiri gimana?”
Kamu membisu sesaat, lalu mengangguk kecil. “Sama kayak kamu.”
“Kamu seneng duduk di sini?” Pertanyaan Jaemin menimbulkan kerutan di dahi kamu. “Aku udah lama perhatiin kamu, baru sekarang aku berani sapa kamu,” lanjutnya.
Alih-alih menjawab, justru kamu melempar balik pertanyaan. “Sejak kapan?”
“Seminggu … mungkin,” jawab Jaemin setengah ragu.
Kamu mengangguk kecil. “Aku suka duduk di sini. Bangkunya pas banget di bawah pohon, jadinya adem sering kena angin,” balas kamu. Mendengar hal itu, Jaemin pun mengangguk kecil.
Tidak ada percakapan setelahnya. Kalian berdua sama-sama membisu dan menciptakan keheningan. Sama-sama kalian berdua menatap lurus ke depan. Di taman rumah sakit, melihat orang berlalu-lalang saja menjadi pemandangan menarik. Diam-diam mata Jaemin turun ke arah tangan kamu. Bekas luka sayatan di sekitar pergelangan tangan menarik perhatian Jaemin sejak kalian berjabat tangan.
“Tangan kamu nggak sakit kena sayat?” tanya Jaemin. Sesaat kamu menoleh ke arah Jaemin, lalu mengikuti ke mana arah pandang pria itu.
“Nggak. Aku udah terbiasa sama rasa sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Na Jaemin As
FanfictionMulai dari suami, pacar, bahkan ayah sekalipun, Jaemin bisa menjadi apa saja yang kamu mau. Baca dulu aja, siapa tau suka. Kalau suka, tolong tinggalkan jejak voment ya maniez. © jinaestetic, 2021