'Menghilang', 'kabur' dan 'Zemo' menjadi trigger words yang mengganggu Steve sepanjang perjalanan kembali ke markas. Tentu saja, ia masih kesal. "Mengapa kau setenang itu, Strange?" Steve bertanya jengkel.
"Karena aku tahu itu bukan salahmu, atau salah kita semua," aku menjawab.
Aku menghiraukan kemarahannya sampai kami kembali ke markas lima belas menit kemudian. Setelah aku bicara sebentar dengan Fury, aku berkumpul kembali bersama Steve dan Dr Banner yang ingin tahu cerita lengkapnya. "Apa yang Fury katakan?" Steve bertanya.
"Ia ingin laporanku tentang kejadian malam ini diserahkan besok siang," kataku. "Sebaiknya aku pulang dan mulai mengerjakannya."
Dalam perjalanan pulang, aku melewati restoran Nat's yang anehnya masih buka. Aku memperlambat laju mobilku. Sekilas aku melihat lampu yang berkedip mati dan menyala, lalu seseorang keluar dan membawa kue ulang tahun. Aku langsung teringat cerita (Y/n) tentang pesulap dan ada acara ulang tahun yang ia rencanakan akhir pekan ini. Pestanya tampak meriah dari luar, walau tampaknya cuma beberapa orang yang diundang. Lalu dua anak kecil lari dan menyerbu (Y/n) yang memakai jubah aneh dengan pelukan. Mereka pasti anak-anak yang berulang tahun.
Ah, indahnya hidup normal.
Instrukturku di Quantico pernah bilang kalau rutinitas membosankan yang itu-itu saja sebenarnya merupakan suatu kemewahan. Makin kesini, aku mulai merasa kalau pernyataan itu ada benarnya. Pekerjaanku cukup berbahaya untuk dijalani setiap hari. Insiden malam ini membuktikannya; ada sekitar dua lusin orang yang mengalami luka-luka. Jika aku dan Steve adalah regu yang mengepung basemen, kurasa kami bisa saja terserempet mobil itu.
Aku memikirkan kehidupan normal yang jadi stereotip masyarakat. Pekerjaan 9-5? Libur tiap akhir pekan tanpa harus menangani identitas mayat di stasiun kereta? Pulang dengan selamat, disambut oleh wanita yang kucintai dan mencintaiku? Aku belum pernah merencanakan pernikahan, namun kurasa ada sesuatu yang misterius ketika kau mampu membagi hidupmu dengan seseorang. Tapi hal itu normal dan semua orang mengalaminya.
Semalaman aku tidak bisa tidur, jadi aku mulai menyusun laporanku. Keesokan paginya, aku mulai memikirkan revisi karena beberapa agen yang semalam terluka sudah diizinkan untuk bekerja kembali. Salah satunya adalah Agen Sam. Ia sedang memberikan keterangan untuk Steve dan Dr Banner. "Kau baik-baik saja?" Aku bertanya.
"Selain mata yang masih perih dan badanku yang pegal, aku baik," Sam menjawab dan ia berpaling pada Steve. "Aku sumpah, Steve, ada seorang wanita yang ikut dengan Zemo."
"Agen Coulson tadi bilang ada dua," Steve mengernyit.
"Entahlah, kepala Coulson kena pentung tabung APAR. Dengar, bung. Kau harus percaya denganku," Sam bersikeras.
"Baik, lalu apa yang terjadi padanya?" Aku bertanya.
Sam menghela napas, tampak lelah. Mungkin ia lelah karena harus mengulang cerita yang sama berkali-kali. "Alpha Tiga tidak merespon panggilanku, jadi aku mengikutinya ke toilet perempuan. Ia sudah terbaring di lantai. Tahu-tahu seorang perempuan maju ke depanku dan menyemprotkan sesuatu. Rasanya seperti merica, tapi merica yang ini melumpuhkan tubuhku dan Alpha Dua," katanya.
"Setelah itu, kau ingat sesuatu?" Tanyaku.
Sam menggeleng. "Aku mendengarnya mengatakan sesuatu, lalu ia melangkahi tubuhku dan pergi bersama Zemo."
"Aku ingat apa yang ia katakan?" Aku mencecar.
Pria itu memejamkan mata sesaat, lalu menggeleng beberapa kali. "Aku tidak yakin. Kurasa ia meminta maaf karena menyumpal sesuatu. Aku tak terlalu mendengar apa yang mereka bicarakan setelahnya."
"Apa kau bisa memberikan deskripsi wanita itu ke bagian sketsa wajah?" Aku bertanya.
"Aku—dengar, Strange. Malamku berat," Sam mendengus, "kau tak tahu rasanya disemprot cairan merica sampai pingsan. Aku sudah memberikan keteranganku mewakili Alpha Dua yang masih dirawat di rumah sakit. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mengingat-ingat wajah wanita itu, tapi jangan sekarang."
Setelah itu Sam minta izin untuk pergi. "Apa Zemo membawa tahanan? Sandera, mungkin karyawan The Ritz?" Dr Banner bertanya.
"Kalau begitu, nyawa seseorang dalam bahaya," Steve berkata lemas.
Tidak mungkin tahanan. Tidak ada tahanan dalam cerita ini. "Aku rasa yang terjadi bukan seperti itu," aku menggeleng. "Wanita itu menyemprot Sam. Lalu Sam mendengar wanita itu minta maaf. Tebakanku, ia menyumpal Zemo agar tidak menghirup gas yang disemprotkan. Setelah dua agen kita tumbang, mereka keluar."
"Maksudmu, wanita itu adalah sekutu Zemo?" Steve menaikkan alisnya.
Aku mengangguk, baru saja menyadari keterkaitan antara mobil pengalih perhatian itu dan keterangan dari Sam. "Aku harus permisi," kataku dan keluar dari ruangan. "Aku punya laporan yang harus kusunting."
KAMU SEDANG MEMBACA
inside and out :// marvel au
Fanfiction1 pria. 1 wanita. 1 gedung apartemen yang sama. 2 sisi cerita yang berbeda.