"Zemo NGAPAIN?!"
Bucky melongo ketika aku menceritakan kejadian tadi pagi padanya dan Natasha. "Biar kuulang sekali lagi biar jelas; dia menyatakan perasaannya padamu?" Bucky bertanya.
Aku mengangguk.
"Kukira dia tidak punya perasaan," Bucky tertawa.
"Oi, jangan sinis begitu!" Natasha menjambak rambutnya sedikit.
"Ow!"
"Hiraukan Bucky. Lanjut ceritanya, (Y/n)," kata Natasha.
Aku melanjutkan, "Setelah itu, ia bilang ia akan tinggal di sini denganku atau kalau aku mau, ia mengajakku ke Sokovia."
"Tunggu sebentar, biar kuluruskan sedikit. Dia mengajakmu... berpacaran?" Bucky mengulang.
Aku mengangguk. "Dan ia tampak serius."
"Wow," kata Bucky kemudian.
Aku menyambit Bucky dengan bantal. "Aku cerita panjang lebar dan reaksimu cuma WOW!"
"KAU MAU AKU BILANG APA?!"
Kami bertiga dikejutkan oleh pintu kamarku yang membuka. Ternyata Oeznik, ia membawa sebuah kursi roda masuk. "Kuharap saya tidak menyela sesuatu, tapi tuanku mengirimkan ini untuk (Y/n)."
"Kukira (Y/n) masih makan di tempat tidur," Natasha berkata.
"Ini hanya untuk berjaga-jaga. Tuanku juga merencanakan makan malam bersama-sama minggu depan," Oeznik menjelaskan. "Ada surat untuk anda, nona."
Oeznik mengulurkan amplop dan Natasha menerimanya. "Nona Romanoff, tuanku juga meminta alamat atau nomor telepon dari keluarga Vision."
"Vision?" Natasha mengernyit. "Untuk...?"
"Mengundang mereka ke makan malam."
"Oh. Akan kusampaikan pada mereka."
"Baiklah kalau begitu," Ozenik mengangguk. "Saya permisi."
Setelah kepala pelayan itu pergi, Bucky menambahkan komentar, "Kalau kau pacaran dengan majikannya, apa kau akan memecatnya?"
"Bucky!"
"Dia lelaki uzur! Dia lebih dekat dengan ajal daripada usia pensiun!" Bucky terbahak-bahak.
"Dan dia pria yang handal dalam pekerjaannya," sanggahku. "Nat, surat apa itu?"
Aku dan Bucky mencermati Natasha yang pandangannya fokus pada sebuah surat terlipat yang sedang ia pegang. Raut wajah Natasha semakin lama semakin serius ketika ia membaca surat itu.
Tak lama kemudian, Natasha sesegukan.
Bucky langsung panik bukan main. Ia segera mengguncang bahu Natasha berulang-ulang sambil bertanya, "Nat? NAT??? Apa isi suratnya? Siapa yang kirim?"
"Natasha," aku menyentuh pergelangan tangannya. "Siapa pengirimnya?"
"Steve," Nat menjawab sambil tersedak.
"Steve siapa?" Bucky mencecar.
"Chris Rogers. Teman agen itu. Dia juga agen khusus FBI."
"Dan namanya Steve?" Bucky bertanya lagi.
Natasha mengangguk. "Aku mau mengakhiri ini semua, sungguh. Tapi Steve..."
"Tidak mengejarmu dengan mobil berkecepatan tinggi," aku melanjutkan. "Ssh, sudah, sudah. Semuanya akan baik-baik saja. Kalian masih bisa berhubungan, kurasa."
"(Y/n), nama kita ada di dalam DPO."
"Haruskah aku panik karena nama kita ada di DPO?"
"Itu artinya kau tak bisa kemana-mana, sis," Bucky memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside and out :// marvel au
Fanfic1 pria. 1 wanita. 1 gedung apartemen yang sama. 2 sisi cerita yang berbeda.