Malam ini, Natasha ingin kami mencoba merampok Museum of Modern Arts. MOMA. Ia ingin mencoba mencuri lukisan The Starry Night oleh Vincent van Gogh. Itu sebabnya aku baru berangkat ke restoran jam dua setelah shift pagi Peter selesai.
Tapi aku tidak mungkin menjawab pertanyaan Ben seperti itu, 'kan?
"Aku dapat shift malam hari ini, Ben," aku menjawab pertanyaan kenapa aku tidak pergi kerja. "Sampai tutup restoran."
Ben mengangguk paham.
Aku baru keluar dari gedung ketika bertemu dengan Ben. Ia baru saja keluar dari mobil. "Kau sendiri tumben pulang cepat," aku berkomentar.
"Aku ketinggalan sesuatu."
Aku mengernyit selama beberapa detik. "Oh, aku hampir terlambat. Duluan, ya!" kataku sebelum berjalan menjauh.
Aduh, (y/n), kau ini payah sekali dalam PDKT.
Sesampainya di restoran, aku langsung disuruh mengepel agar tidak perlu melakukannya lagi sebelum toko tutup. Natasha menepuk pundakku tiba-tiba. "Kau murung sekali mengepel lantainya," ia berkata.
"Hah? Tidak, tuh."
"Pasti gara-gara guru itu ya?" Natasha menyentilku.
Aku menghela napas dan kuhentikan sementara kegiatan menyeka lantai. "Dia guru SMA. Ia tidak mungkin menyukaiku, Nat."
"Well, kata orang segalanya sah dalam perang dan cinta," Natasha mengangkat kedua bahu.
Aku menggeleng. "Dia guru SMA, Nat. Orang yang terpelajar," aku menukas, "dan kalau dia tahu apa yang kulakukan..."
"Oh. Aku mengerti," Natasha menjentikkan jari. "Tapi kau 'kan seorang pramusaji yang bekerja di restoranku. Dan itu pekerjaan yang sah di mata hukum, kau juga membayar pajak setiap bulan."
Aku tetap menggelengkan kepala. "Itu namanya berbohong."
"Setengah jujur," Natasha berkilah.
"Nat."
"Oh, astaga. Mungkin aku harus memasang aturan baru. Tidak boleh berkencan."
"NAT."
"Dia benar, Nona," timpal seorang kakek tua yang duduk sekitar dua meter dari kami.
(Stan Lee)
Ia mengenakan kaus polo santai dan sedang menikmati semangkuk sup tomat. "Bekerja sambil berkencan tidak pernah berhasil. Mantan pacarku adalah mantan sekretarisku, dan tidak pernah sekalipun aku bangga akan mantanku yang satu itu," kakek itu memberikan testimoni.
Nat memberikanku tatapan tuh-kan-apa-kubilang dan mengangguk pada kakek itu dengan khidmat.
Aku menghela napas (lagi). "Aku tidak berencana serius dengannya, Nat," aku berkata.
Lagipula, cinta itu hanya untuk anak-anak.
***
Jam sudah menunjukkan angka sebelas malam dan restoran sudah tutup sejam lalu. Di ruang rekreasi, aku berkumpul di sekeliling meja bersama Natasha, Bucky dan Loki untuk membahas rencana kami malam ini.
"Okay, teman-teman. Ini malam yang penting karena kalau kita berhasil, kita akan membuktikan kemampuan kita di kancah internasional," Natasha menjelaskan. "Kalian perlu mengamati lukisannya sekali lagi sebelum kuingatkan tentang rencananya sekali lagi."
Aku meletakkan sebuah foto dari dalam tasku dan meletakkannya di atas meja ruang rekreasi yang besar.
"Wow, (Y/n). Kau benar-benar berbakat memalsukannya," Loki bersiul.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside and out :// marvel au
Fanfiction1 pria. 1 wanita. 1 gedung apartemen yang sama. 2 sisi cerita yang berbeda.