Part 6

9 2 5
                                    

Disaat tiga sahabatnya itu berada di kantin, Rania tetap di dalam kelasnya bersama teman sekelasnya. Kini Rania sedang membuat hand lettering di buku coret-coretannya dengan sangat lihai. Tiba-tiba teman yang ada di belakangnya memanggilnya.

" Rania. " ucap teman laki-laki yang tepat di belakangnya.

" Iya ada apa Putra. " jawab Rania.

" Ini teman gue mau minjam pulpen ke lo, boleh kagak? " tanya Putra sambil menengok ke arah Daffin.

" Boleh kok. " jawab Rania. Rania mengeluarkan pulpen berwarna hitam dari kotak pensilnya. Lalu memberikannya ke murid baru itu.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, Rania pulang telat karena ada bimbingan kelas sembilan untuk persiapan UN (Ujian Nasional). Ia pulang tak bersama dengan adiknya, takutnya jika Naomi menunggunya bisa-bisa ia bosan di sekolah. Jadi sore ini ia terpaksa naik angkot bersama Daffin. Awalnya kami diam-diam-an di dalam angkot itu, dan akhirnya Daffin mulai berbicara kepadanya.

" Rania, kamu tinggal dimana? " basa-basinya padahal ia sudah mengetahuinya.

" Aku tinggal di Komplek Perumahan Bunga Teratai, Daffin. " jawab Rania. Jujur ia sangat canggung ketika berbicara dengan lawan jenis terkecuali guru sekolahnya.

" Wah sama dong, aku juga di sana loh. " ucap Daffin antusias.

" Masya Allah... memangnya kamu di blok mana ya? " tanya Rania.

" Aku di blok D, kalau kamu? " tanya Daffin balik.

" Aku di blok C. " jawab Rania.

" Oh. " ucap Daffin.

Selang beberapa menit, akhirnya angkot yang mereka tumpangi berhenti di tempat tujuan. Kemudian mereka membayar dan memasuki area komplek perumahan itu.

" Sepertinya wajahmu tidak asing bagiku. " ujar Rania kepada Daffin.

Daffin yang mendengarnya pun tersenyum, akhirnya perempuan berhijab instant itu mengenali dirinya.

" Kenapa kok tersenyum? " ucap Rania terheran-heran.

" Ah gak apa-apa kok, senyum itukan ibadah jadi gak salah dong. " jawab Daffin.

" Iya sih gak salah, cuman heran aja gitu. " ucap Rania.

Setelah percakapan itu, suasana kembali sepi. Setelah mau dekat dengan arah rumah Rania, Daffin pun mulai berbicara.

" Sebenarnya kita sudah pernah bertemu. Kemarin malam kita bertemu di rumah keluarga Pak Frion, kamu ingat? " tanya Daffin.

Ternyata dugaannya itu benar, pasti wajah teman barunya itu tak asing baginya dan ternyata pernah bertemu di rumah Pak Frion toh.

" Oh gitu ya, pantas saja tidak asing. Seperti pernah lihat, kamu diundang juga ke rumah itu? " tanya Rania lagi.

" Bukan diundang, tapi lebih tepatnya aku anak dari Pak Frion dan Mama Rina. " jawab Daffin.

" Oh gitu, tapi aku gak pernah lihat kamu loh. " ucap Rania yakin.

" Hahaha... Ya iyalah perempuan sepertimu pasti lebih betah di dalam rumah ketimbang di luar kan? " tanya Daffin sambil tertawa.

" Iya hehehe, maaf ya. " jawab Rania cengengesan.

" Gak usah minta maaf kali, kan kamu gak salah. Sebenarnya aku itu baru pindah hari Sabtu jadi aku di Surabaya sama tante dan aku tiba-tiba disuruh tinggal di Jakarta. Wajar aja kamu gak pernah lihat. Dan pasti kamu nyangkanya mama Rina cuman punya anak satu kan? " ucap Daffin lagi.

" Iya. " jawab Rania singkat.

Setelah sampai di blok C, Rania berpamitan dengan Daffin. Mereka akhirnya berpisah di blok C, Daffin pun melanjutkan perjalanannya kembali.

.

.

.

💎Emran💎

Di sebuah tempat yang tidak semua orang tahu kecuali anggota geng Dark Eyes (DE). Anggotanya itu terdiri dari Emran, Javas, Gavin, Farras, Hanan, dan Xavier. Ke-enam orang itu sudah berteman sejak mereka masih dalam kandungan. Bisa dibilang keluarga mereka semua itu bersahabat jadi pantas saja mereka selalu bersama-sama sejak kecil. Markas Dark Eyes (DE) itu berada jauh dari perkotaan, tersembunyi dibalik perdesaan itu. Mereka memang sering kumpul di markas itu entah karena sebuah pekerjaan yang mereka kerjakan secara rahasia atau hanya melepas penat sejenak dengan daerah perkotaan.

" Weh bro, gue dapat info bagus nih. " ujar Gavin gembira.

" Palingan juga dapat cewek baru. " ucap Farras yang sudah tahu tingkah laku temannya itu.

" Sorry bro, gue lagi gak mood cari mangsa. " jawab Gavin.

" Lalu apa? " tanya Xavier dingin.

" Customer suka dengan barang kita, dia bilang mau pesan lagi. " ucap Gavin dan ke lima temannya itu sangat senang mendengar kabar itu.

" Bagus... Lo siapin pistol X lalu kirim melalui tempat biasa kita kirim barang. " perintah Emran kepada Gavin.

" Siap bos. " jawabnya.

Setelah pembicaraan mengenai customer yang menyukai barang yang mereka jual yaitu pistol X yang jelas-jelas diilegalkan karena sangat berbahaya itu tapi bagi mereka itu tak membahayakan jika ditangan yang tepat dan di kondisi yang tepat. Secangkir teh manis sudah ada di hadapan mereka semua setelah bibi Inem mengantar minuman itu.

" Hmm... Gimana kalau malam ini kita ke club yuk? biasa menenangkan pikiran sekalian cari cewek. " ajak Javas kepada teman-temannya.

" Sorry, Vas. Gue gak bisa ke club dulu. Ada hal yang mau gue urus. " ucap Hanan meminta maaf.

" It's no problem (tidak masalah). Yang lain gimana? " jawab Javas.

" Gue ikut. " ucap Farras.

" Gue ikut juga. " ucap Gavin

" Gue gak ikut. " ucap Xavier.

" Kalau lo, gue udah faham, Xavier. Lo kan gak mau kalau diajak ketempat gituan kan? padahal enak tahu. " ujar Javas kepada laki-laki keturunan Inggris itu.

" Sorry, but it doesn't seem like a good place for me (Maaf, sepertinya itu bukan tempat yang bagus untuk saya). " ucap Xavier menjelaskan secara singkat.

" Ok, dan Emran? " tanya Javas sambil melirik ke arah teman yang ada di sampingnya.

" Ok gue ikut. " jawabnya singkat.





Note :

وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً "

"Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk". [HR. Bukhari dan Muslim]

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang