Part 22

3 2 3
                                    

Emran POV

" Emran, mama punya kenalan nih. Barangkali kamu tertarik dengannya. " ucap Elizabeth di sela-sela kesibukannya.

" Emran gak tertarik. " balas Emran singkat.

" Loh kok? ketemu aja belum. Masa udah bilang gak tertarik. " tanya Elizabeth heran.

" Anak temannya mama itu tidak membuatku tertarik. Jadi stop bilang seperti itu. " mendengar hal itu Elizabeth hanya menghembuskan nafasnya secara kasar.

" Terkadang mama heran sama kamu tahu, Emran. " 

" Heran? kenapa? " tanya Emran bingung.

" Ya kamu waktu didekatin sama perempuan aja, cueknya bukan main. Kamu masih normalkan nak? " tanya Elizabeth curiga.

" Emran masih normal, ya kali aja Emran jadi gay. " jawab Emran.

" Terus kenapa gak mau dikenalin? atau kamu tertarik dengan perempuan lain? "

" Oh ya ma, Emran mau ngerjain tugas dulu ya. Bye ma. " ucap Emran.

Di dalam kamarnya, ia terus memperhatikan foto perempuan yang ia cintai. Ngomong-ngomong, pertanyaan mamanya itu emang benar. Tapi Emran sengaja belum mau memberitahu hal itu. Biarlah ini menjadi rahasianya tersendiri. Saat sedang memperhatikan wajah gadisnya itu, dipikirannya terlintas saat Xavier tercyduk oleh sahabatnya.

" Sebenarnya yang Xavier sukai itu Rania mana ya? " batin Emran.

Sejujurnya awalnya tidak penasaran, namun peristiwa itu datang lagi dan membuat dirinya penasaran sebenarnya siapa Rania yang Xavier maksud. Ia membuka aplikasi What's App dan mencari kontak Xavier.

Via What's App

Xavier, gue tunggu di Cafe Almora.

Setelah mengirim pesan singkat, ia bergegas menuju lokasi. Hari ini jalanan cukup ramai tapi tidak macet, jadi ia bisa sampai ke tempat tujuan sebelum Xavier tiba.


Xavier POV

Di sisi lain, Xavier yang sedang sibuk di depan layar laptop. Mendapati pesan dari sahabatnya sendiri. Tapi karena pekerjaan lebih penting dari hanya membalas pesan jadi ia menjawabnya nanti saja. Sedang fokus-fokusnya di depan layar laptop, pesan What's App dari Emran terus berdatangan.

Via What's App

Xavier, gue tunggu di Cafe Almora.

Woy cepetan sini.

Terlambat satu menit gue runtuhin saham bokap lo.

Dimulai dari sekarang.

Mainnya saham-an nih, ok gue kesana.


Xavier langsung menutup laptop, dan bergegas menuju Cafe Almora dengan kaos hitam dan celana pendek putih selutut. Ia pun berpamitan dengan keluarganya dan langsung menancapkan gas. Pukul 20.30 WIB, Xavier tiba di Cafe Almora. Disana ia melihat Emran yang sedang memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.

" Udah lama? " tanya Xavier membuka topik.

" Menurut lo? " tanya balik Emran.

" Lo tumbenan banget ngajakin ketemuan, lo sehatkan Ran? " tanya Xavier penuh selidik.

" Au ah, lo sama nyokap gue sama aja. " jawab Emran kesal.

" Beda tau. " ucap Xavier

" Gue gak mau lama-lama ya, dan lo harus jujur kalau gue tanya. " ucap Emran sambil meletakkan ponselnya di atas meja makan.

" Ya tergantung. " ucap Xavier.

" Gue penasaran yang lo suka itu Rania siapa? " tanya Emran curiga.

" Dih kepo, lu bener-bener gak sehat ya Ran? Gak biasanya lo kepo sama hidup orang. " jawab Xavier tak percaya.

" Gue serius. " singkat Emran.

" Lo cari tahu aja sendiri. " ucap Xavier. Mendengar ucapan Xavier, ia menghembuskan nafas secara kasar.

" Ok gue bakalan cari tau. " 

" Good, apa lo suka sama yang namanya Rania juga? " tanya Xavier penasaran.

" Kepo. " jawabnya singkat.

" Ck. "

" Keknya lu mau main-main sama gue ya, Xavier? gue akan cari tahu siapa yang lo suka. Dan kalau itu Rania milik gue, gue yakin lo akan babak belur ditangan gue. " Batin Emran.

" Ok kalau gitu gue pamit, sorry udah ganggu kesibukan lo. " ucap Emran dan berlalu pergi. Sedangkan Xavier masih duduk di sana sambil menyeruput kopi hangat.





Happy reading, guys^^

Maaf ya baru bisa upload sekarang. Dan doakan juga ya teman-teman, semoga author bisa sidang dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Aamiin...

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang