Part 12

6 2 2
                                    

💎Emran💎

Hembusan angin malam yang dingin, membuat siapapun akan menjadi menggigil tapi tak terkecuali pria bertubuh kekar itu. Pria itu berdiri di depan teras kamarnya sambil menikmati cuaca malam ini. Smartphone miliknya yang berada di atas meja berwarna putih itu berbunyi, ada panggilan masuk dari Gavin.

Panggilan Telepon

Gavin : Bro, gawat bisnis kita ketahuan polisi.

Emran : Polisi? sepertinya akan menjadi hal yang unik, gue akan ke sana malam ini.

Panggilan telepon terputus sebelum sang penelepon memutusnya terlebih dahulu. Dengan sigap ia langsung bersiap-siap menuju markasnya itu. Sedangkan keluarganya itu membiarkan anak sematawayangnya pergi tanpa pamit. Emran segera menancapkan gasnya menyusuri jalanan menuju markas.

Kesal pasti, buat apa polisi ikut campur dengan bisnis yang ia dan temannya jalani? intinya sekarang ia harus menyelesaikan masalah dengan polisi sebelum anak buahnya tertangkap dan terluka. Butuh beberapa jam untuk tiba di markas, mobil yang ia kendarai berhenti di sebuah tempat yang jauh dari markas dan polisi. Langkah kaki Emran menyusuri jalanan kecil itu sambil membawa beberapa pistol untuk menembak para polisi yang berani ikut campur urusannya itu. Saat Emran melihat ada lima polisi yang berjaga di luar markas, ia langsung mengambil ancang-ancang dengan cepat. Dua pistol ia keluarkan dan ia lesatkan peluru yang ada di dalam pistol itu mengenai kepalanya.

Pyuh... dua polisi mati seketika, karena tiga polisi itu melihat temannya mati. Ia langsung melesatkan peluru ke berbagai arah tapi untung saja tidak mengenai dirinya. Dan lagi-lagi Emran menembak dengan cepat tanpa membidik terlebih dahulu. Ok, polisi yang berjaga di luar sudah ia tuntaskan. Ia mulai memasuki markas miliknya dan teman-temannya. Di sana ia melihat ke-lima sahabatnya itu sedang bertarung melawan polisi. Emran bersembunyi diantara barang-barang yang ada di sana, dan melemparkan gas. 

Satu tempat itu ditutupi asap dari gas itu, dengan cepat ia mengarahkan senapannya itu tepat ke arah polisi itu. Tidak butuh waktu lama, sudah banyak polisi yang tewas akibatnya. Emran memberanikan diri muncul di tengah-tengah sahabatnya itu. Dan tersisa dua orang polisi, sepertinya jika enam orang lawan dua orang akan menang yang banyak bukan? yup betul sekali. Satu polisi tumbang di tangannya, tersisa satu orang lagi. Sebelum ia menjadi malaikat maut, ia berkomunikasi terlebih dahulu dengan polisi itu.

" Sepertinya teman-teman anda sudah tewas di tanganku. " ucap Emran angkuh.

" Ya benar, tapi tidak membuat gue takut. " ucap polisi berbadan gemuk itu.

" Oh ya? lalu siapa yang telah membawa lo datang ke sini. " tanya Emran penasaran.

" Itu bukan urusan anda, tuan Emran. " jawab polisi itu.

" Oh jadi bukan urusan gue? ok gue akan membuat lo masuk ke neraka. " ucap Emran dengan nada marah.

Tanpa aba-aba pistol pun melesat dari belakang badannya menuju tubuh sang polisi. Emran sengaja menyembunyikan karena ia tak mau polisi itu mengetahui gerak-geriknya. Setelah sang polisi tumbang, ke-lima sahabatnya menghampiri Emran dengan luka yang lumayan.

" Good job, bro. " ucap Gavin.

" Lain kali kalau ada apa-apa hubungi gue. Jangan mendadak. " ucap Emran tegas.

" Iya Emran. " ucap Xavier.

" By the way, siapa yang tahu tempat lokasi markas kita ya? " tanya Hanan.

" Maybe kelompok tikus kecil. " jawab Farras.

" Wah parah lo. " sahut Javas.

" Ya lagian gue mana tahu siapa yang laporan ke polisi. " ucap Farras ngegas.

" Santuy dong, Far. Gue kan ngomong baik-baik. " ucap Javas.

" Sepertinya gue tahu siapa yang lapor. " ujar Emran duduk diantara sahabat-sahabatnya. Ke-lima orang itu menatap Emran dengan penuh tanya sambil menunggu ucapan selanjutnya.

" Siapa bro? biar gue beri pelajaran tuh orang. " ucap Gavin.

" Yang laporan itu.... adalah.... orang. " jawab Emran bercanda. Ke-lima orang itu tak menyangka bisa-bisanya ia bercanda disaat situasi seperti ini.

" Kalau itu gue juga tahu, ya Allah. " ucap Farras kesal.

" Ada ya orang macam Emran, bisa-bisanya ngajak bercanda. " sahut Xavier.

" Gebukin Emran yuk, gue udah esmosi ni. " ujar Javas.

" Emosi woy. " ucap Hanan.

Ke-lima orang itu langsung menjitak kepala Emran dengan penuh kesal sekaligus bercanda. Benar-benar selain Emran memiliki sifat yang super dingin bak kutub utara, ia juga bisa bercanda seperti peserta stand up comedy.







*Happy reading readers.

*Maaf ya jika ceritanya membosankan^^

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang