Part 8

7 2 6
                                    

💎Rania💎

Hari demi hari ia lalui seperti biasanya, tapi berbeda dengan hari ini. Hari dimana waktunya berkumpul untuk menyelesaikan tugas kelompok dari guru IPS yaitu Bu Sumi. Kelompoknya terdiri dari Hazel, Rania, Putra, dan juga Daffin. Mereka berempat sedang mengerjakan tugasnya di rumah Rania. Sekarang mereka berada di ruang tamu, dimana banyak perlengkapan yang mereka bawa mulai dari kertas karton hingga alat tulis yang berwarna seperti spidol. Mereka mengerjakannya juga tidak terlalu serius banget, bisa dibilang santai tapi serius.

" Rania, lo sama Daffin tetangga-an ya? " tanya Putra.

" Iya. " jawabnya singkat.

" Wih jadi sering ketemu nih. " ledek Hazel. Sepertinya sahabat sebangkunya ini memang benar-benar tidak ada akhlaknya deh. Pengen kesal tapi percuma saja, jadinya ia hanya berdehem dan membatin.

" Benar-benar punya teman lucknut sekali. " batin dirinya.

" Ran, gak usah ngebatin. " ucap Hazel masih dengan sifat jailnya.

" Siapa juga yang ngebatin. " bantahnya.

Mereka berempat melanjutkan tugas kelompoknya sampai jarum panjang berhenti diangka 15.00 WIB. Mereka menyudahi pekerjaanya dan tak lupa mengucapkan " Alhamdulillah. " sebelum mereka pulang, Hazel, Putra, dan Daffin sengaja ingin shalat di rumah Rania. Karena shalat tepat waktu itu sangat penting dibandingkan dengan pekerjaan dunia. Kamu boleh mengejar dunia tapi jangan lupa untuk selalu mengejar akhirat. Karena dunia ini hanya sebuah debu dibandingkan akhirat. Tak berselang lama, suara adzan berkumandang. Mereka bergegas mengambil air wudhu. Setelah terdengar iqamah, dan takbir mereka langsung menunaikan ibadah shalat ashar.

Rania, Hazel, Daffin, dan Putra sedang berada di ruang tamu. Mereka berempat sedang merapihkan ruangan itu seperti sediakala. Setelah itu Daffin dan Putra berpamitan dengan ummi Sarah dan Rania.

" Ummi, Rania, kami pergi dulu ya. Terimakasih banyak sebelumnya. " ucap salah satu dari keduanya.

" Iya sama-sama. " jawab mereka serempak. Sedangkan Hazel masih di rumah Rania sampai daddy nya menjemput dirinya.

" Rania, sini deh. " ucap Hazel sambil mengayunkan tangannya itu.

" Iya, kenapa? " tanya Rania.

" Lo gak ada perasaan gitu sama Daffin? " tanya Hazel penuh selidik.

Mendengar ucapan itu, Rania langsung menoel dahi sahabatnya itu dengan pelahan.

" Kamu lama-lama ngaco deh, Zel. " omel Rania tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.

" Sorry, tapikan gak masalah kalau suka mah. Kecuali pacaran sudah jelas pasti kamu nolak ya kan? " tanya Hazel. Hazel ini sudah paham betul mengenai karakter sahabat yang satu ini jadi ya menurutnya itu memang bagus sih.

" Ya jelas aku tolak, aku itu gak mau buat Allah marah dan membuat keluargaku marah juga. Terus juga sudah ada ayat Al-quran yang menjelaskan larangan mendekati zina seperti pada surah Al-isra ayat 32. " jelas Rania.

" Iya ummiku yang paling shalihah. " ucap Hazel tersenyum.

Tin... Tin... Suara motor berwarna hitam terdengar, Hazel keluar rumah sebentar dan telah mendapati Kak Axel menjemput dirinya. Ia bergegas mengambil tas ranselnya dan berpamitan dengan ummi Sarah dan juga Rania.

" Ummi, Rania, aku pergi dulu ya. Nanti kalau aku dibolehin nginep, aku nginep di sini ya? " tanya Hazel tanpa rasa malu.

" Silahkan nak Hazel, pintu terbuka untuk kamu kok. " ucap Sarah lembut.

Kini sepeda motor yang Hazel dan Kak Axel tumpangi sudah menjauh dari rumah itu menuju rumah milik keluarga Hazel.

" Yuk sayang kita masuk. " ajak Sarah.

" Baik ummi. " ucap Rania sambil menutup pager rumah.

.

.

.

💎Emran💎

SMAN 35 sekolah terkenal dan terfavorit di Jakarta, tak hanya itu rata-rata siswa-siswi di sekolah itu anak orang kaya dan yang pastinya cerdas. Sama halnya dengan  Emran Achilles, laki-laki tampan dan cerdas itu merupakan siswa idola para kaum hawa di sana. Siapapun yang melihat wajahnya, dipastikan akan terpikat oleh Emran termasuk author^^. Emran dan kawan-kawannya itu berada di kelas XII-A sedang berbincang-bincang ringan sebelum guru mata pelajaran selanjutnya masuk ke kelas itu.

" Guys, nanti malam jalan-jalan lagi yuk. " ajak Javas.

" Kemana, Vas? " tanya Hanan.

" Cari udara segar lah ya. " jawab Javas santai.

" Jangan bilang, ngajak kita-kita ke Amora Club lagi. " ucap Gavin pelan.

" Gak lah bro, takut kek kemarin. " ucap Javas singkat.

" Eh guys keknya kita gak lihat si cewek murahan itu. " ucap Gavin.

" Lah iya, kemana dia wkwkwk. " canda Farras.

" Yang kalian maksud si cewek yang gak tahu malu itukan? " tanya Xavier memastikan.

" Yup betul. " ucap Javas.

" Stop. Gue gak mau dengar tentang cewek sialan itu. Bikin mood gue hancur. " kesal Emran.

" Ok bro, gue gak bakalan bahas dia lagi. " ucap Gavin meminta maaf.

Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, murid SMAN 35 keluar dari kelasnya masing-masing dan segera menuju parkiran mobil dan motor. Disaat kelima sahabatnya itu mengajak dirinya pergi menuju markas. Ia malah enggan, ia malah ingin menenangkan moodnya itu dulu. Ia mampir ke sebuah cafe, tak lupa memesan kopi terbaik di cafe itu. Matanya tertuju pada jendela di cafe, bayang-bayang Rania mulai berada dipikirannya tanpa sadar kalau kopi pesanannya sudah berada di mejanya. Baru pertama kali ia tertarik dengan gadis SMP itu, gadis yang selalu berbalut dengan khimar dan gamis.

" Segala tingkah lakumu membuatku tertarik denganmu, bagaimanapun juga lo harus jadi milik gue, Emran Achilles "  batin Emran.

Pikirannya kembali ke sediakala, tangan kekarnya meraih cangkir kopi itu lalu meminumnya. Ada sebuah ambisi yang harus ia miliki sampai kapanpun dan itu harus ia miliki. Tapi yang harus ia pikirkan adalah mengenai bisnis yang ia jalankan sudah lama dan itu harus berjalan sampai kapanpun.

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang