Part 4

8 2 2
                                    

Sore harinya, Rania, Naomi, dan juga kedua orangtuanya sedang asyik berbincang-bincang di ruang keluarga. Sambil ditemani oleh secangkir air putih hangat dan beberapa cemilan.

" Bagaimana dengan sekolah kalian, Rania dan Naomi? " tanya Deni yang diketahui sebagai ayah kandung mereka.

" Kalau Rania alhamdulillah baik-baik aja kok, bi. " jawab Rania lembut.

" Naomi pun sama seperti kak Rania. " ucap Naomi yang ternyata adalah adik perempuan Rania.

" Alhamdulillah kalau begitu. " ucap Deni lega.

" Abi, jangan lupa nanti malam kita ada acara dengan keluarga Frion. " ucap Sarah yang diketahui sebagai ummi yang telah melahirkan dua putri.

" Oh iya yah, abi sampai lupa. Tapi sepertinya abi gak bisa datang ke acara tetangga kita, mi. Bagaimana kalau ummi datang sama Rania? " tanya Deni kepada istri tercintanya.

" Kenapa bi? Bukankah hari Minggu abi libur kerjanya? " tanya balik Sarah.

" Kalender boleh merah, tapi tugas abi masih banyak yang belum terselesaikan. " jawab Deni sambil meyakinkan sang istri.

" Oh gitu, ya udah ummi berangkat sama Rania. Iya kan nak? " tanya Sarah kepada sang anak dan dijawab dengan anggukan kepala Rania.

" Lalu Naomi gimana, mi? " tanya Naomi bingung.

" Naomi sama abi ya sayang, ingat besok kamu itu ulangan. " ucap Sarah sambil mengingatkan putri kecilnya itu.

" Baiklah ummi. " jawab Naomi.

.

.

.

Malam pun tiba, Sarah dan Rania sudah bersiap-siap menghadiri acara pengajian di rumah keluarga Frion. Tak lupa mereka berpamitan kepada Deni dan juga Naomi, perjalanan mereka menuju rumah keluarga Frion sangat dekat hanya melewati beberapa rumah. Setibanya mereka di sana, Rania dan Sarah melihat sudah banyak orang yang hadir di acara pengajian itu.

" Ummi... Memangnya ada apa kok diadakan acara pengajian? " tanya Rania kepada umminya sebelum mereka memasuki rumah yang cukup besar itu.

" Itu nak, keluarga Pak Frion tepatnya salah satu anak mereka ada yang mau menikah. " jawab Sarah.

Setelah menjawab pertanyaan sang anak, mereka pun langsung masuk ke rumah besar itu. Saat memasuki rumah Pak Frion, ia terpukau dengan isi dalam rumah itu. Bagaimana tidak, rumah itu cukup luas dan megah. Tapi Rania kembali tersadar karena sang ummi menyenggol sikut Rania yang tertutup pakaian syar'i.

" Fokus Rania, kita ke sini mau pengajian. " bisik Sarah dan dibalas anggukan.

Rania dan Sarah duduk di tempat yang telah tersedia. Kemudian pikiran Rania kembali lagi ke rumah megah ini.

" Rania ingin sekali memiliki rumah seperti ini. Tapi semoga saja Rania menjadi orang yang dermawan. Karena semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. " batin Rania.

Tak perlu menunggu lama, akhirnya pengajian malam ini pun dimulai dengan penuh khidmat. Jam sudah menunjukkan pukul 20.20 WIB, acara pengajian pun telah selesai. Semua tamu undangan keluar dari rumah besar itu sambil berdesak-desakkan. Sedangkan Rania dan Sarah masih berada di posisi yang sama sambil menunggu reda. Rania sudah pasrah saja ketika sandal miliknya terombang-ambing akibat tamu yang banyak itu.

" Sarah makasih banyak ya sudah mau datang ke acara anak kami. " ucap wanita yang menghampiri mereka berdua.

" Sama-sama, Rina. " jawab Sarah, ternyata wanita yang menghampiri mereka bernama Rina, mamanya si anak yang akan segera melaksanakan pernikahan.

" Sarah ke sini sama siapa? sama suami sarah? " tanya Rina.

" Tidak dengan suami, aku ke sini sama Rania. Putri pertama kami, ayo nak sapa dan salaman sama mama Rina. " ucap Sarah ke arah Rania.

" Assalamu'alaikum tante... " salam Rania kepada Rina, tak lupa ia mencium tangan kanan wanita itu.

" Wa'alaikumussalam... Jangan panggil tante ya sayang. Panggil saja mama Rina, kamu umur berapa sayang? " tanya Rina tak lupa menampilkan senyum manisnya itu kepada lawan bicaranya.

" Baik, mama. Umur saya 16 tahun. " jawab Rania antusias.

" Masya Allah... Berarti sudah SMP ya sayang. Semoga Allah mempermudahkan urusan Rania ya. " ujar Rina kepada Rania.

" Aamiin... Terimakasih ma. " ucap Rania.

" Sama-sama. " jawab Rina.

Saat umminya Rania dan mama Rina sedang asyik berbincang-bincang. Rania keluar ke depan halaman rumah itu sambil mencari keberadaan sandal ke sayangannya itu. Untung saja tamu-tamu sudah pada pulang dan hanya ada beberapa tamu yang sedang asyik berbincang-bincang di luar. Lima menit telah berlalu, akhirnya Rania menemukan sandalnya itu di bawah sandal laki-laki milik orang yang tidak ia kenal. Diwaktu yang bersamaan, saat ingin mengambil sandal pinknya itu. Muncul seorang laki-laki yang ingin mengenakan sandal miliknya. Sontak Rania reflek mengedarkan pandangannya itu ke arah laki-laki itu begitupun sebaliknya. Pandangan mereka pun bertemu, karena Rania tersadar dengan sendirinya. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya sedang laki-laki itu mempersilahkan Rania mengambil sandalnya di bawah sandal laki-laki itu.

" Maaf saya gak tahu kalau sandal milikmu berada di bawah sandalku. " ucap sang laki-laki itu.

" Iya gak apa-apa kok kak. Maaf saya harus pergi dulu. " jawab Rania.

Rania meninggalkan laki-laki itu di sana, sesekali ia beristighfar karena ia tak sengaja memandang lawan jenis karena insiden tadi. Sedangkan laki-laki itu terus menatap punggung gadis itu.

Karena hari semakin larut, Sarah dan Rania izin pamit kepada keluarga Pak Frion. Langkah kaki mereka berjalan sangat cepat, dan setiba di rumah mereka langsung melakukan aktivitas seperti biasanya.




Note :

💎 Perintah Menjaga Pandangan

Dalam ajaran Islam, perintah menjaga pandangan yang dimaksud adalah menundukkan pandangan (ghadhdhul bashar), yang diiringi dengan perintah memelihara kemaluan (hifzhul farj), sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. al-Nur, ayat 30-31, yang artinya:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat (30). Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (31).


Happy Reading, readers!

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang