Bel sekolah pun berdering, pertanda waktu istirahat. Semua siswa-siswi SMK Telekomunikasi keluar dari kelas masing-masing. Ada yang menuju ke kantin, ada yang menuju ke Busines Center (BC), dan aja juga yang main ke kelas temannya. Kini ke-empat perempuan itu sedang menikmati bekal yang mereka bawa.
" Ran, lo gak dikata-katain lagi kan? " tanya Winta.
" Alhamdulillah engga lagi, Win. " jawab Rania bersyukur.
" Syukurlah kalau gitu, emang lebih baiknya sih lo jauhin si Daffin. " ucap Winta lagi.
" Hey! gak boleh gitu Winta bawel. Udah tahu dia sama Daffin itu temanan udah lama. " ujar Syakira.
" Ya terus gimana, emangnya anda punya cara lain? " tanya Winta.
" Enggak sih hehehe. " jawabnya cengengesan.
" Kebiasaan banget lo. " kesal Winta.
" Udah-udah, yang diomongin Winta ada benarnya juga. Daripada kamu dikata-katain yang tidak baik lebih baik kamu menghindar dulu. " saran Salsa.
" Iya betul itu, oh ya kemarin kok lo pulangnya lama banget sih? segala minta kita duluan balik emangnya ada apa? " tanya Winta penasaran.
" Ah itu... Aku sengaja nyuruh kalian pulang duluan, kan aku masih lama bersihin kelas lagi pula kemarin juga sekalian bersihin hijabku yang kotor. " jawabnya.
" Kamu gak boleh nangis, Ran" batin Rania.
" Lo gak lagi bohongkan Ran? " tanya Winta penuh selidik.
" Engga kok. " padahal hatinya ingin berkata iya namun mulut berkata lain, ah sudahlah pasti akan segera berlalu.
" Maafin aku. " batin Rania.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, sudah waktunya melanjutkan pelajaran selanjutnya. Semua murid SMK Telekomunikasi masuk ke kelas masing-masing sambil menunggu guru datang.
.
.
.
Jalanan yang Rania lewati tidak seperti biasanya sedang sepi, tiba-tiba ia dicegat oleh sekelompok fans Daffin yang kemarin membully dirinya di dalam kamar mandi. Wajah Rania sudah mulai pucat seketika, ia ingin berbalik arah namun sekelompok itu sudah mencegahnya duluan.
" Hai ukhti yang tidak tahu diri, kita bertemu lagi. " ucap Fanya.
" Ka-ka-kalian mau apa? tidak cukupkah kalian menggangguku kemarin? " tanya Rania penuh ketakutan.
" Tenang kok, kita ke sini cuman mau main-main sama lo. Berhubung lo belum mandi gimana kalau kita bermain-main? " tanya Fanya kembali sambil menampilkan senyum jahatnya.
" Main? tapi maaf saya gak mau main untuk saat ini. " tolak Rania.
" Oh jadi lo nolak diajak main? apa lo takut kejadian kek kemarin? " tanya Fanya sambil memegang paksa dagu Rania.
" Saya sama sekali tidak takut dengan manusia, saya hanya takut sama Allah. " jawab Rania memberanikan diri.
Sedangkan tangan kiri Fanya sudah mengepal menandakan dirinya sudah mulai emosi.
" Kak Fanya mau marah? mau pukul Rania gitu? " tanya Rania lagi. Kini keberaniannya timbul seketika, ia tak mau lagi jika kejadian kemarin terulang kembali ya meskipun ia bakalan tahu kalau akan terjadi hal yang tidak mengenakkan.
" Udah deh lo gak usah sok agamis, lo itu hanya kecoa yang selalu ganggu kehidupan Daffin. " sahut Venya.
" Kecoa? saya bukan kecoa, saya temannya Daffin. Ya saya sudah berteman lama dengannya. " ucap Rania lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Prayer
Teen Fiction"Aku akan memohon kepada Allah untuk berjumpa denganmu dua kali, sekali di dunia ini dan sekali lagi di surga." Raina, perempuan shalihah yang mencintai seseorang dalam doa. Ia sama sekali tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Emran dan dia...