Daffin POV
Saat Daffin ingin menemui Rania, tiba-tiba dari jarak jauh ia melihat Rania baru sampai kost dengan seorang laki-laki bertubuh tinggi. Ia terus memperhatikan gerak-gerik pria itu, sepertinya pria itu sudah kuliah tapi siapanya Rania ya?
" Apa Rania punya kakak laki-laki? " lirih Daffin.
" Tapikan dia itu anak perempuan pertama, keknya ada yang gak beres." lirihnya lagi.
Saat Rania telah masuk ke dalam kost putri, Daffin keluar dari tempat persembunyiannya dan mulai mendekati pria misterius itu. Ia terus menatap manik mata pria itu, pandangan mereka saling bertemu mengisyaratkan rasa ketidaksukaan dan penasaran yang ada. Belum sempat ia ingin memanggil, pria itu sudah pergi meninggalkan tempat itu.
" Belum gue panggil udah pergi aja. " batin Daffin.
.
.
.
Rania POV
Setelah melaksanakan kewajiban dan sudah membersihkan diri, ia bergegas membeli makanan di sekitar daerah kostnya itu. Kali ini ia membeli makanannya sendiri tidak ditemani Daffin, ada rasa bersalah dalam dirinya karena sudah bersikap cuek dan juga selalu menghindar darinya. Hingga pada saat dirinya hendak menyebrang, lagi-lagi ia hampir tetabrak oleh mobil lambhorgini putih. Untung saja ia hanya mengalami lecet sedikitpun akibat ia terkejut, sang pemilik mobil itu keluar dari dalam mobil untuk memeriksa perempuan yang hampir tertabrak itu.
" Kalau jalan pakai mata, udah tahu ada mobil lewat. " omel pemilik mobil lambhorgini itu.
" Iya kak, maaf tadi saya lagi melamun. " ucap Rania yang sedang berusaha berdiri.
Karena pemilik mobil itu merasa tidak tega melihat perempuan berhijab ini kesulitan berdiri akhirnya ia pun menolong perempuan itu. Dan tanpa sengaja pemilik mobil itu melihat wajah Rania dengan jelas.
" Apa dia Rania, perempuan yang aku tolong. " batin pemilik mobil itu.
" Kamu Rania kan? " tanya pemilik mobil itu memastikan.
Kaget karena pemilik mobil itu mengetahui namanya, Rania mencoba memberanikan diri untuk melihat sekilas lawan bicaranya itu.
" Kak Emran. " ucapnya kaget, bagaimana bisa Rania bertemu dengan Kak Emran setelah satu tahun tak pernah bertemu.
" Ya ampun itu kamu rupanya. Sorry gue tadi marah-marah ke lo. " ujar pemilik mobil itu yang tak lain Emran.
Kak Emran menuntun Rania untuk duduk di bangku panjang di depan taman itu. Sedangkan mobilnya ia sudah pinggirkan agar tidak mengganggu pengendara yang lewat.
" Rania gak apa-apa kan? " tanya Emran khawatir.
" Cuma lecet doang kok kak. " jawab Rania yang kini sedang menundukkan pandangannya.
" Mau kakak anterin ke klinik untuk membersihkan lukamu? " tawar Emran.
" Gak usah kak, lecet doang ini bukan luka dalam kok. " tolak Rania dengan lembut.
" Ok lah, by the way sekarang Rania tinggal di Jakarta Barat? " tanya Emran lagi.
" Tidak, aku di sini hanya bersekolah saja sekalian kost biar gak pulang-balik kak. " jawab Rania.
" Ya Allah kenapa jantungku jadi deg-degan ya? masa iya Rania punya penyakit jantung. " batin Rania.
" Oh gitu, terus sekarang lo mau kemana? " tanya Emran penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Prayer
Teen Fiction"Aku akan memohon kepada Allah untuk berjumpa denganmu dua kali, sekali di dunia ini dan sekali lagi di surga." Raina, perempuan shalihah yang mencintai seseorang dalam doa. Ia sama sekali tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Emran dan dia...