Xavier POV
Mobil berwarna putih itu menyusuri jalanan menuju SMK Telekomunikasi, saat sudah dekat dengan jalanan yang biasanya Rania lalui, ia mulai memberhentikan mobil itu. Tak butuh waktu lama, gadis yang ia tunggu pun tiba tapi ia tak sendiri ternyata bersama dengan temannya yang pernah ia temui. Xavier segera keluar dari dalam mobil itu, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedang merekam dan memfoto kegiatannya.
" Hai Rania. " sapa Xavier.
" Eh kakak, tumben ada di sini. " ujar Rania.
" Biasalah mau cari mangsa. " sahut Dafhin dengan wajah tak suka.
" Kamu gak boleh gitu, Dafhin. " ucap Rania menasihati sahabatnya.
" Ya ya ya. " jawabnya cuek.
" Gak papa Rania, mungkin dia gak suka sama kakak. Kakak ke sini mau ketemu kamu, tapi ternyata kamu bareng sama temanmu. " jelas Xavier sambil melirik ke Dafhin dengan wajah tak suka.
" Ketemu saya, buat apa? " tanya Rania.
" Cuman sekadar ngobrol aja, ya kalau bisa ngobrol di kafe. " jawab Xavier.
" Aduh nih cowok keknya buaya banget ya Ran. Yuk kita pergi dari sini, kan kamu harus ke tukang fotokopi. " ucap Dafhin.
" Oh iya, makasih ya udah ingatin. Sebelumnya maaf ya kak, Rania gak boleh ke kafe tanpa seizin ummi. Kami pamit duluan ya. " ucap Rania dan pergi meninggalkan Xavier.
Sedangkan Dafhin senang karena dia berhasil membuat si buaya ini kesal dengan tingkahnya.
" Makanya liat dulu kek apa Rania, lo pikir Rania itu cewek murahan. " dan Dafhin berlalu dari hadapannya. Xavier yang mendengar kalimat dari bocah itu, menatap kesal dan marah.
" Kita lihat aja, siapa yang menang. " batin Xavier.
Melihat Rania sudah jauh, akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Sedangkan orang yang mematai dirinya masih diam ditempat dengan kaca mobil tertutup. Seseorang itu langsung memberikan buktinya kepada Emran.
Emran POV
Selesai dari kafe kampus ia segera pulang ke rumah, ia tak sabar menunggu pesan dari orang suruhannya. Sekitar satu jam, Emran sudah berada di depan gerbang rumahnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi mendapatkan notif dari orang suruhannya itu. Dan benar saja, ia melihat beberapa foto dan video yang cukup jelas. Kesal, marah menjadi satu. Bisa-bisanya Xavier mendekati gadis miliknya itu dan siapa bocah yang bersama Rania itu? Emran harus menyelidiki lebih lanjut. Ia langsung memasukkan mobil pribadinya, dan ia langsung menuju ke kamarnya sambil berteriak.
" Arghhh... " teriak Emran.
Ia mengacak-acak rambutnya itu, dan tak lupa memukul tembok kamarnya yang berwarna putih itu. Dari bawah Elizabeth mendengar teriakan anaknya, ia khawatir takut terjadi apa-apa dengan anak semata wayangnya ini. Elizabeth berusaha membuka pintu tapi pintu itu terkunci dari dalam.
" Emran, tolong buka pintunya. " ucap sang mama khawatir. Namun bukannya dibuka ia mendapati sang anak terus berteriak.
" Emran, tolong buka nak. Mama khawatir sama kamu. " ucap Elizabeth.
Dari dalam kamar Emran mendengar mamanya memanggil dirinya namun ia tak menghiraukan. Ia masih ingin meluapkan emosinya di dalam kamarnya takut-takut jika belum reda malah melampiaskan ke orang rumah.
" Ya udah kalau kamu tidak ingin diganggu. Mama turun sekarang, tapi jangan macam-macam ya. " ucap sang mama lagi. Elizabeth pun turun, tapi ia masih benar-benar khawatir dan bingung apa yang terjadi dengan sang anaknya itu.
.
.
.
Malam harinya, amarah Emran sudah cukup reda. Ia memberanikan diri keluar dari kamarnya. Saat ia turun, Emran melihat mamanya sedang khawatir sepertinya ini tentang tadi sore.
" Mama. " ucap Emran membuka suara. Elizabeth yang merasa terpanggil langsung menoleh ke arah sumber suara dan langsung memeluk Emran.
" Ya Allah Emran. Kamu kenapa tadi? membuat mama khawatir saja. " ujar sang mama.
" Gak apa-apa kok ma, lupakan saja. " jawab Emran merasa salah. Mendapati hal itu, Elizabeth langsung mencubit pinggang sang anak.
" Aduh mama, ampun. " ucap Emran meringis.
" Lupakan gimana, mama udah cemas ya. Lagian pulang-pulang langsung ngamuk kek banteng lihat warna merah aja. " omel sang mama.
" Hahaha... Mama bisa ngelawak aja, iya deh lain kali gak gitu lagi. " Emran pun lansung memeluk sang mama. Lalu ia teringat kalau malam ini ia harus ke club bersama teman-temannya tapi sepertinya Xavier datang, ah rasanya malas sekali.
" Eh kok anak mama ngelamun. " tegur Elizabeth.
" Gak kok. Yuk ma, makan. " ajak Emran.
Happy reading^^
Semangat sekolahnya guys:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Prayer
Teen Fiction"Aku akan memohon kepada Allah untuk berjumpa denganmu dua kali, sekali di dunia ini dan sekali lagi di surga." Raina, perempuan shalihah yang mencintai seseorang dalam doa. Ia sama sekali tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Emran dan dia...