Part 2

9 1 0
                                    

💎Emran💎

Suasana siang hari yang nampak terik, laki-laki itu sedang menyelusuri jalanan perumahan itu dengan sepeda motornya itu. Tak seperti biasanya, jalanan yang sering ia lewati itu terasa sepi. Pada saat ia ingin berjalan lurus, tiba-tiba ia melihat seorang perempuan berseragam SMP itu sedang diganggu oleh dua preman. Emran pun menepi, kemudian diparkirnya sepeda motor itu yang letaknya tidak jauh dari belokan itu. 

Saat preman itu ingin menyentuh perempuan itu, dengan lantang Emran meneriaki dengan sangat keras. Membuat mereka bertiga kaget bukan main terutama gadis SMP itu.

" Woy, jangan ganggu dia. Kalau kalian berani lawan gue. " ucap Emran dengan sangat lantang.

Lalu dua preman itu menoleh ke asal sumber suara itu, sambil menampilkan senyum sinisnya itu.

" Wih... Ada pahlawan kesiangan nih. " ucap salah satu preman berambut lurus.

" Lo siapa sih? pacarnya? udah deh gak usah berlagak sok jagoan. " ucap preman berambut ikal.

" Gak usah banyak omong deh, lawan gue kalau berani. "

Tanpa aba-aba, dua preman itu pun melawan laki-laki itu secara bergantian. Sampai preman berambut lurus itu tersungkur dengan menampilkan bibir yang sudah mengeluarkan darah. Sedang preman berambut ikal itu, merasakan rasa sakit dibagian perutnya. Karena dua preman itu sudah tidak sanggup, akhirnya mereka pun meninggalkan Emran dengan gadis SMP itu.


Setelah melakukan olahraga di siang hari, Emran melirik gadis SMP itu sekilas hanya memastikan bahwa gadis itu dalam keadaan baik. Sedangkan gadis SMP itu mengkhawatirkan dirinya.

" Kakak gak apa-apa? " tanya perempuan itu. Emran hanya menggelengkan kepala saja.

" Sepertinya kakak terluka, bagaimana jika saya obati. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari sini. " ucap perempuan itu.

" Gak usah. " jawab Emran, sebenarnya dia memang terluka karena dipukuli oleh dua preman itu. Namun luka itu tidak begitu sakit, jadi ia bisa membersihkan luka itu sendiri.

Sebelum Emran meninggalkan perempuan itu, ia berpesan agar lebih berhati-hati ketika sedang berjalan sendirian. Gadis SMP itu hanya mengangguk, dan Emran langsung meninggalkan perempuan itu sendirian di sana.


Sepeda motor yang ia tumpangi langsung meluncur menyusuri jalanan komplek itu. Sekitar 10 menit kemudia, laki-laki itu berhenti di sebuah rumah yang cukup besar yang dikatehui tempat tinggal ia dan keluarganya. Pak satpam yang sudah mengetahui keberadaan anak majikannya langsung membukakan pintu gerbang secukupnya.

" Silahkan masuk tuan muda. " ucap pak satpam.

Emran langsung masuk dan memarkirkan sepeda motornya itu, langkah kaki Emran saat memasuki ruang tamu terdengar oleh seisi rumah. Lalu muncullah wanita yang sudah berumur tidak muda lagi untuk menyambut sang anak.

" Selamat siang anak mama. " sapa perempuan itu yang diketahui sebagai mamanya yang bernama Isabel.

" Selamat siang, ma. " sapa balik Emran.

Mata Isabel langsung terfokus pada wajah sang anak itu, dengan rasa penasaran ia pun langsung bertanya kepada sang anak. Sebelum anaknya itu menaiki anak tangga.

" Emran. " panggil Isabel.

Langkah kaki Emran terhenti sejenak, dan membalikkan tubuhnya itu.

" Iya ma. " ucap Emran.

" Ada apa dengan wajahmu? Apa kamu habis berkelahi? dengan siapa dan dimana? " tanya Isabel cemas.

" Iya, Emran habis berkelahi atau lebih tepatnya olahraga. Emran berkelahi dengan dua orang preman, gak biasanya ada preman yang berani masuk ke komplek. Jadi aku hajar saja dia. " jawab Emran dengan wajah datar.

" Preman? Apa preman itu mengganggu kamu? " tanya Isabel lagi.

" Bukan, tapi yang diganggu itu anak SMP. " jawab Emran singkat.

" Oh gitu, ya sudah kalau gitu segera obati lukamu itu ya. " ucap Isabel dan hanya mendapati acungan jempol dari sang anak.

Emran pun langsung menaiki anak tangga itu satu per satu sampai ia masuk ke kamarnya. Setibanya di kamar Emran langsung meletakkan tas, mengganti pakaian, dan mengobati luka yang ada pada wajahnya terutama dibagian bibir. Selesai mengobati luka itu, smartphone miliknya berbunyi bertuliskan nomor yang tidak kenal yang pastinya Emran sudah mengetahui pasti dari cewek SMA nya yang selalu mengikutinya itu.

" Halo Emran sayang. " ucap perempuan itu.

" Apa? " jawab Emran cuek.

" Ish jangan cuek-cuek, nanti Jennifer makin sayang sama Emran. " ucap perempuan itu yang bernama Jennifer.

Emran tak menanggapi perkataan si Jennifer, jujur saja ia tidak suka bila si cewek rese itu terus mengganggu kehidupannya itu. Emran sudah berusaha menjauhi si cewek rese itu namun Jennifer justru mengejar-ngejar dirinya itu. Ya maklumlah si Emran kan memang pangeran tampan di SMA nya^^.

" Emran? " ucap Jennifer.

" Hm. " jawab Emran.

" Ish kamu gak dengerin aku ya? " tanya Jennifer.

" Apa? " tanya balik Emran.

" Tuh kan sayang mah... Ok, jadi gini nanti malam Emran temani aku makan malam ya. " ucap Jennifer dengan nada lemah gemulai.

" Gak bisa. " jawab Emran singkat.

" Kenapa sih? Perasaan aku ajak pasti selalu nolak, ayo lah sayang. Kali  ini aja, besok-besok gak deh. " ucap Jennifer sambil memohon.

" No. Gue sibuk. " jawab Emran singkat.

" Oh... Ya sudah. " ucap Jennifer dengan nada kecewa.

Sebelum sambungan teleponnya terputus, Emran mengancam si cewek rese itu.

" Lo gak usah manggil gue dengan sebutan itu, kalau gue masih dengar sebutan itu. Gue pastikan akan gue bongkar semua tentang lo. " ucap Emran dengan tegas. Jennifer yang mendengar itu tidak berkutip apa-apa, ia merasa terancam jika seperti ini. Akhirnya Jennifer langsung memutuskan sambungan telepon itu dan langsung menetralkan pikirannya itu.





NOTE :

"Yakinlah, pertemuan itu tidak akan salah tempat, tidak akan salah waktu, apalagi salah orang."

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang