Part 7

8 1 6
                                    

💎Rania💎

Malam hari tiba, angin malam yang sangat dingin membuat siapa saja ikut merasakan betapa dinginnya malam itu. Perempuan cantik berbalut mukenah itu sedang membaca ayat suci Al-Quran dengan sangat merdu. Lembar demi lembar ia baca secara perlahan agar ia memahami arti dari ayat yang ia baca. Kini tak terasa sudah jam 20.00 WIB, ia menyudahi membaca Al-Quran lalu merapihkannya kembali. Setelah rapih ia menuju meja belajarnya yang berwarna pink itu sedangkan meja belajar adiknya itu berwarna hijau tosca.

" Kak. " panggil Naomi.

" Iya kenapa dek? " tanya Rania.

" Aku bingung sama pelajaran IPA bab suhu dan kalor. " jawab Naomi menghampiri kakaknya itu.

" Oh itu, sini kakak jelaskan. " ucap Rania. Kini Rania sedang mengajarkan materi suhu dan kalor dengan jelas dan terperinci.

" Ok kak, aku sekarang sudah faham. Terimakasih banyak ya kak. " ucap Naomi yang kini sudah berada di meja belajarnya itu.

" Sama-sama. " jawab Rania.

.

.

.

💎Daffin💎

Di rumah kediaman keluarga Frion, semua keluarganya sedang berkumpul di sebuah ruang keluarga untuk membahas pernikahan kakaknya Daffin yaitu Zayyan. Rasanya Daffin bosan di tempat itu, tak ada pembahasan lainkah selain pernikahan kakaknya itu? Saat Daffin bangkit dari tempat duduknya, sang mama bertanya kepada Daffin agar ia tetap stay di sini bersama keluarganya.

" Bagaimana dengan sekolahmu? menyenangkan tidak? " tanya Rina.

" Tidak ada hal yang istimewa kecuali mendapatkan teman baru. " jawab Daffin cuek.

" Alhamdulillah kalau kamu punya teman, namanya siapa? " tanya Rina lagi.

" Putra dan Rania, ma. " jawab Daffin cuek.

" Rania Syafiqah anaknya Bu Sarah itu, Fin? " tanya Rina penasaran.

" Iya ma. " jawab Daffin singkat.

" Wah bagus itu nak, Rania kemarin juga ke rumah kita loh. Mama harap kamu berteman baik dengannya ya. " ucap Rina antusias. Dan hanya dibalas dengan deheman dari sang anak.

Karena Frion melihat Daffin akhir-akhir ini sangat cuek, ia pun memberanikan diri bertanya  kepada anak bungsunya itu.

" Kamu kenapa sih Daffin? kok semenjak kamu pindah ke sini seperti tidak senang. " tanya Frion kepada putra bungsunya itu.

" Bukan gak senang, aku senang kok pah. Cuman tiap hari yang dibahas pernikahan Kak Zayyan seolah-olah aku di sini seperti tidak ada. " ucap Daffin dari hati yang paling dalam.

" Bukan tidak menganggap kamu tidak ada, ini kan hal yang terpenting untuk pernikahan kakakmu itu. " ucap Frion lagi.

" Iya dek, nanti kamu juga akan seperti kakak. Dan pastinya bakalan membahas pernikahan kamu kelak. Tolong mengerti ya dek? " sahut Zayyan, ia berharap sang adik mengerti ucapannya itu.

" Ok. " jawaban singkat Daffin.

" Ya  udah Daffin mau ke kamar, bosan di sini terus. " ucap ia kepada keluarganya.

Akhirnya ia menaiki anak tangga satu per satu sampai menuju kamar pribadi miliknya. Daffin merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk itu. Cukup lega ternyata di dalam kamar, tidak ada orang yang mengganggu dirinya apalagi sampai membuat dia emosi. Mata nya terpejam perlahan-lahan, tapi belum ada tiga puluh menit tidurnya terganggu karena pikirannya tertuju pada Rania. Rasanya sangat senang melihat Rania tersenyum, tertawa, dan seperti orang kebingungan gitu.

Love in PrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang