G.

80 10 0
                                    

Berita pertunangan salah satu member BTS menjadi trending topik dunia. Aku tak peduli, karena aku tak ingin menyakiti hatiku sendiri. Nari keluar kamarnya dengan wajah sembab. Aku tersenyum melihat wajah sendu itu.

"Puas?" Tanyanya sambil menyuapkan sandwich yang tersaji di atas piringnya.

"Kau hanya penggemarnya Nari-aa." hanya mencoba mengingatkannya.

"Ara, tapi sakittttttttt nya seperti aku kehilangan suami. Seperti di khianati, Suga sendiri yang bilang jika kami harus membiarkan jari manis kami kosong karena akan melamar kami."

"Kami? Artinya istrinya lebih dari satu?" Aku makin menggodanya.

"Molla! Aku sedang kesal eonni." Rengekannya seperti ABG.

"Nari-aa, terima kasih untuk kerja kerasmu dan Seungho kemarin." ku coba menghentikan percakapan kami mengenai kesedihannya.

Nari memandangku dengan mata dan hidung merahnya. Aku terkekeh menemukan fakta bahwa Nari lebih menderita dari aku yang nota bene mantan istrinya. Benar! Aku hanya mantan istri yang seharusnya tak berhak merindu atau terluka.

Mengakui statusku saat ini ternyata mengiris hati. Dulu kami menderita tapi bahagia. Kami bersembunyi bahkan kucing-kucingan hanya untuk makan berdua diluar. Namun itu menyenangkan. Kami berdua sering disindir, dimarahi, dilirik sinis oleh keluarganya oleh orang tuanya hanya karena aku berbeda.

"Eonni...eonni...." Nari menatapku sambil menundukkan kepala hampir menyentuh meja makan.

"Eonniiii! Kau melamun lagi!" Keluhnya kesal. Aku gelagapan menanggapi keterkejutan dan pekik kecil Nari.

"Apa?" Tanyaku lembut.

"Eonni tak membuka toko?"

"Aku memberi kalian libur 1 hari. Tolong kabari Seungho. Gunakan waktu libur bonusmu dengan baik nona Nari." Kutinggalkan Nari yang malah merebahkan kepalanya di atas meja dengan lesu.

"Eonni mau kemana?" Tanyanya tanpa melihat kearahku.

"Akan membereskan kekacauan kalian kemarin di toko."

"Sendirian? Serius?" Kali ini nada tak percaya masuk runguku.

"Selamat menikmati hari liburmu nona yang sedang patah hati." Senyumku malah membuatnya makin mendung.

Hari baru dengan matahari pagi yang penuh vitamin D. Rencanaku hari ini, membersihkan kekacauan yang di buat nari dan Seungho kemarin. Mereka berdua kembali ke toko malam. Namun kursi empuk dengan sandaran tinggi itu menyita perhatianku.

Lantai toko tak terlalu kotor, hanya beberapa lembar daun yang bertengger disana. Ember-ember tempat bunga sudah rapi berjajar di rak kiri dan kanan. Mau tak mau aku tersenyum, mereka berdua benar-benar membuatku kehabisan kata-kata.

Kuurungkan niat untuk bersih-bersih. Dorongan untuk duduk santai menikmati musik, lebih keras di banding niatku. Sebuah mobil berhenti tepat di depan toko sesaat setelah aku duduk. Kusiapkan kata-kata halus penolakan untuk pelanggan yang akan masuk itu.

Sosok yang turun dari mobil mewah itu aku kenal. Namira, gadis dengan gaun indah, kaca mata hitam rambut panjang hitam lurus tergerai juga wangi. Langkahnya angkuh, caranya melepas kacamatanya sangat elegan jangan lupakan tatapan sin guyisnya ketika matanya menyapu seluruh ruangan toko milikku.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Kau hamil?" Wajah kagetnya muncul bersamaan nada tak sedap dari mulutnya.

Aku yang berdiri di tempat membuatnya tertegun dingin. Aku mengangguk sembari menyapukan telapak tanganku di perut.

"Oh, aku ingat. Kau istri Chanyeol bukan? Jadi kau yang punya toko ini?" Sekali lagi dia menatap sinis sekelilingnya. Seperti sedang menilai serta membandingkan toko ku dan nama besar Chanyeol.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang