bonus chapter

47 7 4
                                    

"Lily, sudah koma hampir dua bulan. Putra kalian juga hampir berusia dua bulan. Eomma merasa sangat bersalah." Ibu Suga berdiri menatap tubuhku yang terbaring dengan alat bantu hidup.

Suga masih diam berdiri di samping  ibunya. Sorot matanya tetap sama seperti dua bulan terakhir, sedih dan penuh beban. Jadwal Bangtan makin padat, namun dia tak bisa fokus karena harus mondar-mandir Busan- Seoul.

Dokter masuk keruang rawat ku untuk visite. Bersama perawat, ahli gizi, apoteker juga seorang pendeta mereka semua mengunjungi semua pasien yang dirawat di ICU seperti ku.

Dokter itu menoleh seperti merasakan ada kehadiran orang lain di balik kaca tembus pandang. Dokter itu menganggukkan kepalanya pada Suga dan ibunya. Dia adalah dokter kandungan yang sama yang mengoperasi sesar kelahiran putra kami.

"Bagaimana keadaan menantu ku, dok?" Ibu Suga bertanya pertanyaan yang sama setiap kali bertemu dokter.

"Nyonya Lily masih stagnan. Namun semuanya baik. Mohon jangan lelah untuk berharap." Dokter itu kemudian berpamitan.

"Kau akan kembali ke Seoul?" Ibunya bertanya pada Suga.

"Nde eomma. Jadwal kami padat." Mata Suga masih lekat menatap tubuh istrinya.

"Bagaimana kabar Namira?"

"Biasa saja." Jawab singkat Suga.

Seorang perawat membawa Jae Hwa pada Suga. Putra kami Jae Hwa tertidur lelap. Pria mungil itu begitu tampan dengan hidung mancung dan kulit seputih salju seperti ayahnya. Suga menggendong putranya dengan senyum tak pudar.

Pria itu masih tak bisa memaafkan dirinya atas apa yang telah dia perbuat pada sang putra. Suga menimang lembut Jae Hwa. Bayi itu tak tau sama sekali jika ibunya sedang berjuang untuk tetap hidup. Jika ibunya belum pernah melihatnya.

"Kau, bayi paling tampan yang ada di dunia ini. Mommy mu sedang menghukum daddy. Bisakah kau bilang pada mom untuk pukul dad saja daripada dia tak bangun seperti ini, hmm?" Suga bicara pada Jae Hwa berharap bayi itu mengerti.

Suga tak bisa tiap hari datang. Kegiatannya di Seoul tak bisa dia tinggalkan dalam waktu yang lama. Mengunjungi istrinya dilakukan oleh Suga seminggu sekali. Bisa tak bisa, dia akan memaksa untuk datang mengunjungi putra dan istrinya.

"Eomma, aku harus kembali. Tolong titip Lily dan Jae Hwa." Suga membungkuk hormat.

Minggu ini Suga datang hanya satu jam. Pria itu menuju mobilnya diparkiran. Ternyata Namira ada disana menunggu. Wanita itu menurunkan ponselnya ketika sosok Suga muncul.

"Sayang, kau lama sekali. Apa harus kau mondar-mandir begini? Lagian dia tak akan bangun." Kalimat Namira membuat Suga melotot tajam kearahnya.

Dokter yang tadi visite sedang duduk menyelesaikan laporan hariannya. Pria itu tiba-tiba berhenti menulis. Matanya menerawang seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Suster, bisakah aku menghubungi keluarga Min Lily?" Tanyanya.

Semua petugas medis membawa bed yang kupakai ke ruang rawat VVIP. Aku dipindahkan ke ruang rawat biasa untuk mencegah tertukar infeksi dan untuk perawatan private.

"Bayinya pindahkan juga dikamar ini. Tolong 24 jam pantau dan laporkan pada saya setiap dua jam atau jika ada hal urgen."

"Baik dokter Wang." Para suster dan dokter muda yang ditugaskan khusus untuk merawat ku membungkuk.

"Memangnya siapa dia?" Tanya seorang dokter muda yang bernama Lee.

"Istri Suga BTS." Bisik suster.

"Jinjja?" Dokter Lee terkejut.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang