Bonus chapter 2

43 8 2
                                    

Mobil dokter Wang memutar balik menuju rumah sakit karena panggilan dokter Lee. Monitor disampingku menunjukkan grafik yang tidak baik. Aku terkena serangan jantung. Wajah tenang dokter Wang memberi perintah pada juniornya terlihat berwibawa.

Suster Moon masih menimang Jae Hwa yang menangis dengan keributan asing di telinganya. Bayi itu terganggu, tak nyaman. Tangisnya mulai mereda seiring suara-suara disekitarnya mulai kondusif.

Aku serangan jantung tiba-tiba. Entah apa yang terjadi, keadaan umum ku yang biasanya begitu-begitu saja, hari ini berubah. Dokter Wang duduk di depan kartu rekam medis ku, sedang menuliskan semua hal yang tadi telah dilakukan pada ku.

Tak berapa lama, ibu dan ayah mertuaku muncul dengan wajah khawatir. Telpon dari rumah sakit yang mengabarkan keadaanku membuat mereka panik. Segera mereka tiba di ruang rawat ku, namun keadaan ku telah kembali biasa.

"Dok apa yang terjadi?" Ibu Suga panik.

"Nyonya muda Min terkena serangan jantung, namun dia berhasil bertahan."

"Bagaimana bisa, dok?" Ayah Suga mengejar penjelasan.

"Ini bisa terjadi pada pasien seperti nyonya Min. Semoga ini menjadi pertanda yang baik bahwa tubuhnya merespons sekitar."

"Aigoo, dia sudah menderita lama. Kira-kira sampai kapan keadaannya akan terus seperti ini?" Tatapan ayah Suga tertangkap mata dokter Wang.

Penuh penyesalan dan iba. Dokter itu nampak tenang sekalipun dia menggigit rahangnya kuat-kuat. Hatinya mendidih dengan kepura-puraan yang ditunjukkan oleh pasangan dihadapannya itu.

"Jae Hwa-aa, haelmi disini. Bisakah kau membangunkan mommy mu? Tidakkah kau ingin dipeluk mommy, heeeem?" Ibu Suga menahan air matanya.

Wajah dokter Wang menoleh melihat ibu Suga yang menggendong Jae Hwa. Bayi itu sudah tenang, dia mengenali suara neneknya. Dokter muda itu memperhatikan interaksi dua manusia beda generasi itu. Hatinya kecut, ingin rasanya dia menertawakan orang-orang itu.

Seperti merasa diperhatikan, ibu Suga menoleh kearah dokter Wang. Beliau tertegun melihat dokter Wang yang intens menatap kearahnya juga. Senyum dokter Wang muncul, dia berdiri mendekati tempat ibu Suga menggendong cucunya.

"Kami memindahkan pasien dan bayi untuk rawat gabung dengan harapan ada perubahan pada nyonya muda Min."

Ibu Suga mengangguk-angguk. Beliau memilih diam sekalipun terganggu dengan tatapan aneh dokter itu padanya. Jae Hwa ditidurkan kembali dalam box bayi disamping ranjang ku. Pria mungil itu tenang menatap langit-langit kedua tangannya yang terbungkus kaos tangan bayi bermerk terkenal, saling menggenggam.

"Dokter, kira-kira berapa lama lagi kami harus menunggu." Pertanyaan ibu Suga itu, dinilai sebagai sebuah ketidaksabaran oleh sang dokter.

"Kami akan memantau nyonya muda 24 jam, tolong jangan khawatir." Dokter Wang membungkuk.

Lagi-lagi ibu Suga hanya menyimpan tanda tanya. Percakapan mereka berdua dilihat dengan jelas oleh ayah Suga. Beliau juga hanya diam menyimpan sendiri dalam hati. Orang tua Suga pulang dalam diam di mobil.

Namira memasang wajah cemberut. Sejak tadi Suga tak melepas ponsel dari genggaman dan kupingnya. Pria itu mondar-mandir didekat jendela kamar. Wajahnya tegang mendengar cerita ibunya tentangku.

"Oppa, aku disini. Tak bisakah disambung besok lagi?" Rengeknya dengan suara manja.

Jari telunjuk Suga, menghentikan rengek manja Namira. Wanita itu seketika berdiri kembali memakai kimono menutupi dadanya yang tak berpenutup sama sekali. Keduanya tengah berasmara ketika telpon ibu Suga muncul.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang