11.

70 6 18
                                    

Ternyata Suga memperhatikan ekspresi wajah ku. Pria itu mengelus pinggangku. Kemudian menggerakkan dagunya sebagai signal bertanya. Aku tak menggubrisnya, otakku telah beku lebih dulu.

"Ini dia, menantu kesayangan ku. Namanya Lily, cantik bukan? Dia lulusan Amerika, toko bunganya di Seoul terkenal." Ibu Suga memperkenalkanku dengan bangga.

"Omo cantik sekali menantu mu. Putramu punya selera bagus. Aku yakin dia akan cocok berteman dengan putriku. Namira juga lulusan Amerika."

Kakiku kaku. Ibu Suga dan nyonya Nam saling menggandeng masuk kedalam kafe. Suga masih memperhatikan ku yang berdiri diam.

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" Tangannya menyentuh pinggangku.

"Tunggu, Namira?" Tanya ku gugup.

"Namira putrinya, teman satu sekolahku dulu. Tapi kami tak akrab sekarang malah orang tua kami yang berteman karena bisnis." Suga berdiri memegang tangan juga pinggangku.

"Aigoo, Lily sayang ayo masuk." Ibu Suga menjemput ku.

"Kau pucat, apa yang terjadi?" Kekhawatiran menyelimuti pertanyaannya.

"Anak, kau juga harus ikut masuk menemani Lily." Ibunya menyuruh Suga.

"Pakaianku bahkan tak cocok berada di samping kalian." Suga menolak.

"Ini acara pamer ibu-ibu, kau hanya harus menjadi bodyguard Lily, mengerti?"

Suga tak berkutik dan memilih melangkah masuk, dia pasti khawatir. Aku masih tak mau melepaskan lengan Suga yang makin kekar. Sambutan hangat menyapa kami.

Wanita-wanita kelas atas duduk mengitari meja. Semuanya menunjukkan kemakmuran mereka dengan fashion. Jangan ditanya tentang perangkat pintar yang mereka genggam. Semuanya keluaran brand terbaru.

"Suga. Daebak aset negara muncul diantara kita."

"Nyonya Min putra anda begitu tampan aslinya."

"Omo! Baru sekarang mataku menilai jika rambut gondong itu keren."

Itulah beberapa pujian dari anggota perkumpulan ibu Suga yang bisa kudengar dengan jelas. Mereka terpesona dengan aura Suga. Ku lirik mertuaku yang dengan bangga dan tersanjung menerima pujian yang memang layak dia dapatkan.

"Dia hanya anak bungsu yang mandiri, diberkati juga dengan istri cantik dan calon cucu ku." Ibu Suga merendah.

Pembicaraan mulai membosankan, karena aku dan Suga tak mengerti tentang topik pembahasan ibu-ibu itu. Aku dan Suga lebih banyak tersenyum, mengangguk juga malu karena ulah ibu-ibu itu.

"Aigoo, dimana dia?" Gumam nyonya Nam.

"Siapa yang kau tunggu?" Ibu Suga yang duduk di sampingnya bertanya.

"Siapa lagi? Tentu saja putriku, Namira. Dia juga akan mengunjungi kita hari ini." Aku menoleh sedikit ke arah Suga yang asik berbincang dengan ibu cetar disampingnya.

"Annyeonghaseo." Seorang wanita dengan penampilan paripurna cantik membungkuk hormat.

"Omo! Kau makin berkilau Namira."

Maka pujian-pujian yang lain turut muncul membuat wanuta itu tersipu-sipu. Terlihat jelas lirikan matanya tertuju pada satu-satunya pria diantara kami.

"Annyeong oppa." Ucapnya menatap lekat pad Suga yang tersenyum datar.

"Ternyata ada bagusnya aku memaksakan diri datang kesini. Kita bertemu lagi." Namira tersenyum tipis menjaga attitude.

"Namira, apa kabar mu? Kenalkan ini Lily istri Suga." Ibu mertuaku memperkenalkan kami.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang