7.

30 6 0
                                    

Terdengar percakapan di luar kamar kami. Aku bangun tanpa Suga di sampingku. Jam dinding menunjuk pukul 9 pagi. Masih dengan malas aku bangun dan turun dari ranjang. Ku raih kimono tidur yang pasti di tempatkan Suga di atas meja samping ranjang.

Ku lihat pantulan diriku di cermin kamar mandi. Sekalipun pendiam, Suga bukan pria baik-baik jika di atas ranjang. Bekas hisapannya terlihat banyak diarea dadaku. Tanda merah-merah ini memberitahu jika Suga tak pernah tak berhasil membuatku takluk.

Semalam kami tidur berpelukan berkeringat. Suga memintaku 'mengendarainya'. Tak hanya itu saja, kami melakukannya sambil berdiri dan dari belakang. Aku harus meminta ampunan darinya karena sudah sangat kewalahan.

Suamiku juga bukan seorang maniak yang mementingkan dirinya sendiri. Pergulatan kami berakhir dengan posisi misionaris kesukaanku. Aku bisa melihat wajah puasnya ketika orgasme. Matanya terpejam menikmati penisnya menyemburkan sperma, wajahnya yang tampan menegang menikmati enak yang dia perjuangkan.

Bulir keringatnya yang membuat basah rambut gondrong menambah estetika dengan nilai tinggi. Kami tidur saling berpelukan. Tangannya masih mengusap belakang kepalaku.

"Sekarang oppa sudah mengantuk?" Tanyaku.

"Jadi kau tadi memberiku 'obat tidur', ya?"

"Oppa selalu tidur di sofa saat menemaniku merangkai bunga, aku yakin oppa benar-benar mengantuk bukan bosan, ya kan?"

Kekehannya muncul, membuat tubuhnya berguncang. Aku sudah tau kebiasaan juga alasannya. Suga tak bisa menghindar lagi.

"Sayang aku tak suka jika kau masih bertemu dengan pria itu." Suga mengungkapkan perasaannya.

"Siapa?"

"Pria tak tau diri itu." Jawabnya terdengar kesal.

"Ohh Park Chanyeol? Bukankah dia kakak Park JiMin?"

"Tak ada hubungannya dengan JiMin, mereka bahkan tak bertegur sama karena kelakuannya sendiri."

"Benarkah?" Aku cukup terkejut dengan yang dikatakan Suga.

"Baiklah, aku akan menghindarinya sebisa mungkin. Sekalipun aku tak tau bagaimana caranya." Aku tau jika Chanyeol punya banyak alasan tak masuk akal dan di buat-buat hanya untuk sekedar ngobrol dengan ku.

"Aku sudah meminta managerku membelikan mobil baru atas namamu. Mungkin sekarang sudah ada di garasi rumah kita."

"Hyak Min Suga! Kau berlebihan." Aku terperanjat mendengar penuturannya.

"Hanya sebuah usaha suami melindungi istrinya dari pria mesum tak tau diri seperti dia." Katanya enteng sambil mendekap ku.

Paginya....
"Oppa, dimana eonni?" Nari bertanya.

"Masih tidur, semalam dia menemani ku mengerjakan lirik lagu." Jawab Suga.

"Ahh, jadi bukan hanya eonni yang bekerja? Oppa juga?" Nari memicingkan mata meledek Suga yang akhirnya tertawa.

"Akan ku bangunkan dia, mereka juga harus sarapan." Suga beranjak dari meja makan.

Ranjang kami kosong, dia tau jika aku pasti ada di kamar mandi. Kepalanya melongok masuk, di susul semua badannya yang berdiri didalam kamar mandi.

"Oppa?" Panggilku sambil berbilas.

"Sesudah selesai?" Tanyanya spontan.

"Sudah. Oppa sudah sarapan? Mereka sudah datang?"

Suga membantuku mengambilkan handuk. Matanya menatap dadaku tanpa terhalang apapun.

"Semalam aku menyakiti mu?" Matanya lekat masih di area dadaku.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang