10.

64 9 2
                                    

"Sayang...." Suara Suga menggema.

"Lily, Min Lily. Ayo bangun, sayang." Suga mengguncang tubuhku.

Aku merasakan basah di pipi dan mataku pedih. Sebuah senyum yang membuatku jatuh cinta tersungging menertawakan tepat di depan hidungku. Tangannya merengkuhku dalam pelukannya.

Harum bau parfumnya membuatku merasa tenang. Aku masih sendu karena mimpi tak biasa. Mimpi yang terasa begitu nyata dan menyesakkan dada.

"Apa kau mimpi sesuatu?"

"Saking nyatanya aku tak ingin oppa pergi jauh." Ku pegang erat tangan Suga yang mengecup dahiku.

"Memangnya mimpi apa? Sampai-sampai kau tersedu-sedu begitu."

"Pokoknya sangat mengerikan."

"Mandilah, sebentar lagi eomma akan datang berkunjung."

Baru saja aku keluar kamar setelah selesai mandi dan berganti, bel pintu berbunyi.

"Lily-aa." Pekik mertuaku dengan tangan terbuka dan senyum lebar.

"Eommanim, apa kabar?"

"Kau yang apa kabar? Bagaimana kabar calon cucuku?" Tanya beliau sambil mengusap-usap perut besar ku.

Kami makan malam dari bekal yang dibawa oleh ibu mertuaku. Senyumnya tak pernah putus, banyak cerita yang dibagikan ibu mertuaku. Mulai dari restoran yang masih dikelolanya, Holy anjing mungil kesayangan keluarga, hingga kakak ipar ku yang sekarang makin sibuk dengan pekerjaannya.

"Jadi kapan kalian ke Daegu? Refreshing sebelum melahirkan. Aku juga ingin menyombongkan menantu dan calon cucuku di perkumpulan." Ibu mertuaku tersenyum makin lebar.

"Aku juga setuju dengan usulan eomma, akhir-akhir ini Lily selalu saja bermimpi aneh-aneh ketika tidur." Suga membuka ceritanya.

"Benarkah? Kau mimpi apa?" Ibu Suga sangat antusias.

"Kapan lalu dia mimpi aku mati, lalu mimpi aku selingkuh, lalu mimpi aku meninggalkannya. Siang tadi aku membangunkannya karena dia menangis sesenggukan ketika tidur." Suga bercerita dengan wajah datar.

"Aigoo, apa kau memikirkan hal-hal buruk sebelum tidur? Atau menonton film, drama yang sedih-sedih?" Ibu Suga terlihat khawatir.

"Tidak eommanim, mungkin hanya perlu liburan seperti yang eommanim bilang." Ibu Suga tersenyum lagi sambil mengangguk-angguk.

"Memangnya apa yang kau mimpikan, eomma sangat penasaran." Aku dituntun ibu Suga duduk di ruang santai.

"Suga oppa bertunangan dengan artis baru. Lalu kami disuruh bercerai, aku lari, lalu oppa menemukan ku, kami kembali, tapi aku melahirkan prematur dan aku meninggal." Air mataku mulai meluncur turun.

"Aigoo, apa yang kau pikirkan hingga bermimpi seperti itu?" Ibu Suga mengelus punggungku ikut sedih.

"Memangnya siapa yang menyuruh kalian bercerai?" Tanya beliau.

"Emmm." Aku menoleh pada suamiku yang duduk di meja makan tak jauh dari tempat kami duduk.

Suga juga mendengarkan, menunggu jawabanku.

"Eommonim yang menyuruh kami bercerai karena eommanim tak suka padaku."

"Omo!" Suga terkekeh melihat ibunya memekik shock.

"Itukan cuma mimpi, eommanim." Aku tak enak hati melihat wajah sedih dan shock mertuaku.

"Eomma jadi antagonisnya kali ini." Ledek Suga.

"Aigoo." Ibu Suga tertunduk.

"Eommonim, maafkan aku."

"Iya, itukan hanya mimpi. Secepatnya kalian harus pulang." Perintah tegas mertuaku terdengar jelas.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang