X.

51 9 1
                                    

Chanyeol juga sedang sibuk membaca portal berita. Wajahnya menegang melihat segalanya tak seperti yang dia inginkan. Pria itu mendadak panik, hingga melemparkan ponselnya.

"Ahhh isshhh!" Teriaknya murka.

Berbeda dengan yang lainnya, kami bertiga merasa makin gemas melihat Ella. Pipinya makin gembul degan celoteh khas bayi. Sekarang dia bahkan sedang duduk dipangkuan Suga yang mengajaknya bermain.

"Daddy, makan malam sudah siap." Godaku.

Wajah Suga datar menatapku kemudian dia tersenyum malu.

"Daddy? Kau seperti sedang ingin meminta 'itu'."

"Benarkah? Apa rasanya begitu? Bagaimana jika anak kita yang memanggil? Intonasi ku tadi biasa saja, tak ada desahannya." Jawabku kesal.

"Ella-aa, duduklah di kursi mu dengan tenang, Daddy dan mommy mu akan makan malam. Setelahnya kau harus tidur lebih dulu, karena Daddy akan menjenguk adik didalam perut mommy mu, kau mengerti?" Ucapnya bernada lembut.

"Oppa, makanlah dan jangan membayangkan hal lain selain yang kau lihat sekarang." Perintahku tegas.

"Baiklah, tapi aku sekarang sedang melihat....." Dia menatap kedua dadaku yang membusung dibalik dress hamil yang kupakai.

"Jadi besok oppa akan menemui ayah Namira?" Ku belokkan otak mesumnya.

"Emm." Jawabnya irit.
.
.
.
Dua orang pria duduk berhadapan di sebuah restoran yang menyediakan tempat privat. Suga duduk berhadapan dengan ayah Namira.

"Paman, apa yang ingin paman bicarakan?"

"Aku tau kau sudah paham dengan permintaan ku bertemu siang ini. Aigoo, aku hanya ayah yang menyayangi putrinya." Paman Nam terlihat begitu menyesal.

"Inilah maksudku ketika dimalam sebelum pertunangan kalian, aku memintamu untuk memilih. Aku takut jika hari ini akan muncul." Helaan nafas beliau menganggu Suga.

"Aku bertahan karena eomma dan rasa terimakasih ku pada keluarga paman yang telah memberikan hidup pada eomma ku." Jawab Suga.

"Baiklah, aku mengerti. Sejak awal aku tau jika kau tak pernah mencintai putriku. Semua salahku! Salahku karena selalu menuruti permintaan Namira sekalipun tak masuk akal. Maafkan aku Yoongi-aa."

"Tak perlu paman, hanya saja aku dan istriku telah kembali bersama." Suga melemparkan kail.

"Baiklah-baiklah aku mengerti. Tapi bagaimana bisa cu--ehm! Cucuku pada pada kalian?" Gugup meliputi kalimatnya.

Suga hampir bersorak mendengar pengakuan yang tak diduga dari paman Nam. Artinya beliau telah menerima Ella sebagai cucunya.

"Aku yang meminta Jackson dan Ella kembali ke Korea. Hanya karena aku berterimakasih dia telah menjual rumah tokonya pada istriku." Dalihnya.

"Begitu ya? Ku anggap kau sudah tau tentang hubungan kami berdua." Paman Nam berbicara lirih ragu-ragu.

Suga mengangguk-angguk sopan memberikan jawaban.

"Dia ingin bertahan dengan cintanya pada putriku?" Tanya paman Nam lagi.

Suga sudah mengerti arah dan akhir pertemuannya dengan paman Nam siang ini. Namun dia masih percaya paman Nam akan bijaksana.

Dalam perjalanan kembali ke agensi, Suga menerima panggilan dari ibunya. Dia mempersiapkan gendang telinganya untuk kali ini.

"Nde eomma?"

"Bagus! Tuan Nam mengatakan akan membatalkan pertunangan kalian. Bagus! Bagus! Anak siapa lagi yang kau gendong itu? Apa kau sedang syuting Opera sabun? Berapa banyak judul yang kau siapkanlah, hah?"

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang