S.

54 9 2
                                    

Jackson kembali ke Seoul menuju apartemen kekasihnya. Namira masih di rumah ketika dia sampai, gadis itu memicingkan mata sambil bersidekap ketika Jackson muncul. Seperti kebiasaan para kekasih, hal pertama yang dia lakukan adalah mencium pipi sang wanita. Jackson juga, namun sikap dingin Namira dia tak pedulikan.

"Oppa?" Panggil Namira.

"Aku akan kembali besok." Jackson memberi pernyataan singkat.

"Secepat itu?" Namira yang awalnya akan menginterogasi Jackson melongo.

"Ehm, urusanku ternyata sudah selesai." Jackson membuka bajunya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Namira menghempas pantatnya ditepi ranjang. Entah mengapa dia merasa hanya dimanfaatkan. Kekesalannya menjadi naik ke atas kepala. Sepuluh menit kemudian Jackson keluar dengan berbalut bathrobe menatap Namira yang memperhatikannya dengan mata penuh kemarahan dan pertanyaan.

Jackson menghela nafas, dia sadar jika wanitanya butuh penjelasan kegiatannya hari ini. Namira tentu kesal, semalam mereka bahkan bercumbu hingga dia tak pergi kerja tapi malah Jackson memakai mobilnya untuk pergi seharian ini.

"Rumah tokoku telah dibeli orang."

Namira menggerakkan kepalanya meminta penjelasan lebih.

"Kemungkinan besar aku tak akan tinggal lama di negara ini lagi." Jackson mencari pakaian di dalam ransel.

Namira tertunduk, ada andilnya juga mengenai keputusan Jackson itu. Sebelum dia berangkat pulang ke negaranya, Namira dan Jackson bertengkar hebat. Kala itu, Namira bahkan terang-terangan mengatakan jika dia tak pernah mencintai Jackson dan akan kembali mengejar mimpinya menjadi artis.

Dalam kemarahan itu, Namira juga mengatakan jika dia mencintai seseorang yang dia sebut sebagai cinta pertamanya. Waktu itu Jackson tak pernah tau siapa yang dia maksudnya. Semua orang tau bahwa boys grup Bangtan makin mendunia. Hingga pertunangan Namira menjawab rasa penasarannya.

Hari dimana Namira keluar dari apartemennya, menjadi paling buruk dalam hidup Jackson. Separuh jiwanya terasa telah dicabut paksa. Jika tak ada Ella, mungkin saja dia tak akan bisa bertahan. Bayi mungil itu, menjadi penyemangat untuknya tetap bergerak maju. Dia sadar jika Ella hanya punya dirinya.

"Baiklah." Namira meninggalkan Jackson.

Jackson keluar kamar sudah berpakaian dan melihat Namira berdiri dibelakang minibar dengan gelas berisi alkohol. Berkali-kali dia meneguk isi gelas itu seperti sedang berusaha meredakan kekesalannya.

"Aku butuh biaya untuk membesarkan Ella dan kafe sedang tak begitu bagus." Jackson ikut menuangkan cairan coklat berbau menyengat itu dalam gelas lain.

"Kau seperti sedang menyalahkanku."

"Aku hanya sedang curhat." Senyum getirnya muncul.

"Maka pulanglah." Namira malah mendorongnya pergi.

"Aku akan kembali hanya untuk berlibur. Kebetulan saja yang membeli rumah itu adalah temanku."

"Terserah." Namira meninggalkan mini bar.

Jika sudah demikian artinya Namira ingin Jackson tinggal lebih lama. Ingat, kata terserah yang dimaksudkan wanita adalah sebuah keinginan mencegah yang dibalut gengsi.

*********

Park Chanyeol menemui seseorang di sebuah kafe, mereka berbincang cukup lama hingga orang itu meninggalkannya masih duduk termenung sendirian dalam private room di sana.

Dari orang itu dia tau bahwa wanita pujaannya telah membeli sebuah rumah kemarin. Siapa yang membayarnya pun dia tau. Tangannya menggepal erat, andai saja kemarin dia langsung mengambil manuver pasti wanita pujaannya menganggapnya sebagai pahlawan.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang