T.

50 11 1
                                    

Agensi heboh dengan berita yang muncul. Manager umum mereka bahkan sampai dipanggil atasannya. Komentar demi komentar terus bermunculan. Sebagian mendukung Namira tapi juga mempertanyakan pertunangannya. Komentar pedas juga terarah pada agensi yang dipandang tutup mata hingga menyembunyikan fakta idol mereka.

Pertanyaan lain muncul tentang siapa wanita non selebriti yang digandeng Suga, tentang besaran perut yang tak bisa disembunyikan itu, juga apartemen yang dikunjungi keduanya. Alamat gedung apartemen itu telah tersebar. Pesan Nari lebih menghebohkan lagi, dia memberi tahu jika wartawan mengunjungi apartemen mencari informasi hingga mengusik penghuni lainnya.

Kehebohan lainnya juga termasuk orang tua Suga yang sekarang sedang menelpon putra bungsu mereka. Raut wajah Suga tenang namun sarat kelelahan mental. Jarinya sedari tadi tak berhenti saling menggaruk. Jika sudah begitu, artinya dia sedang gusar, cemas, serta tak punya jawaban.

"Yoongi-aa, apa lagi sekarang? Bagaimana kau bisa muncul dalam berita seperti itu?"

"Eomma, itu memang aku dan Lily. Kami bersama lagi, aku akan jadi seorang ayah."

"Omong kosong apa itu? Bagaimana bisa kau jadi ayah? Kalian sudah bercerai, dia sudah punya pria lain. Apa kau menutup mata tentang itu?"

"Eomma, aku belum menanda tangani berkas cerai itu. Pengadilan tak bisa memutus kami jika salah satu dari kami keberatan."

"Kau ingin membuat eomma mati berdiri? Mau ditaruh dimana muka orang tuamu ini didepan orang tua Namira?"

"Jangan khawatir eomma, aku tak akan membuat malu eomma. Aku sangat tau apa yang aku lakukan."

"Yoongi-aa, eomma harap kau pandai sedikit. Buka matamu, wanita yang kau bilang masih istrimu itu sudah berselingkuh. Kau yakin jika anak itu anak mu?"

"Iya eomma, aku yakin. Aku tau siapa istriku dibandingkan orang lain manapun eomma."

"Bagus! Pengaruhnya bahkan sampai ke tulang-tulang mu, kau beraninya menganggap eomma mu ini sebagai orang lain manapun?"

"Eomma, aku tak bermaksud seperti itu. Maksudku aku sangat kenal---"

"Sudah-sudah, pokoknya aku hanya tau jika Namira adalah calon menantuku. Aku tak punya menantu lain selain Namira. Kau dengar itu?"

Panggilan terputus. Kejadian seperti ini pernah ku alami banyak kali dulu. Makian juga tatapan sinis bahkan kalimat menyakitkan sering kuterima dari mertuaku. Tapi aku bahkan bisa bertahan, karena aku yakin Suga sangat mencintaiku.

"Mian aku yakin eomma tak bermaksud begitu." Suga menggenggam tanganku.

"Tak apa, aku sudah sering mendengar yang seperti tadi, dulu." Jujur saja hati ini sakit.

"Miane, aku belum bisa memperlakukan mu dengan baik."

"Tak apa oppa jangan pikirkan hal itu sekarang." Beban berat menggelayut di wajahnya membuatku terganggu.

Kami berdua kelelahan karena perjalanan juga terkuras pikiran. Hening diantara kami hingga beberapa saat mendera.

"Sayang, bagaimana jika ku berikan apartemen yang keluarga Namira pada Ella?"

Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah ini salah satu caranya membuktikan keinginan untuk mendapatkan kepercayaan ku lagi? Atau malah sebaliknya, dia sedang mencuci tangannya?

"Apa kau setuju?"

"Mungkin Jackson akan tersinggung." Ucapku.

"Apartemen itu bukan keinginanku, Namiralah yang memberikannya padaku bukan keluarganya. Aku tak berhak, Ella yang seharusnya berhak."

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang