V.

72 9 0
                                    

Kediaman orang tua Suga sudah tak seperti sedia kala. Ibunya nampak kesal dan gusar disaat bersamaan. Beliau duduk dengan wajah sarat amuk marah. Berkali-kali beliau mencoba untuk menenangkan dirinya namun.tampak selalu gagal.

"Wanita itu benar-benar tak mau pergi dari hidup putraku? Baiklah jika begitu, aku akan bertindak lebih sekarang."

Ponsel yang tergolek telah memindahkan perintah darinya untuk orang lain. Sambil berharap segalanya lancar, ibu Suga menelpon seseorang setelah mengirim pesan singkat.

"Aigoo, apa kau begitu terluka? Miane, bibi tak bisa mendidik Suga dengan baik. Miane, bibi tak bisa memelukmu dan menenangkan mu secara langsung. Tapi asal kau tau jika bibi berada di belakangmu.

Orang pertama dan satu-satunya yang dinantikan Namira akhirnya menelpon. Siapa lagi yang akan mendukung Namira kini jika bukan satu-satunya orang yang mendorongnya melakukan segala hal ini, dia adalah ibu Suga.

Mereka akhirnya bertemu di kediaman orang tua Suga. Kedua wanita beda usia itu duduk berhadapan sekarang dan sedang membahas kejadian yang terjadi. Namira bahkan terbengong-bengong mendapati ibu Suga mendukung segala yang dia lakukan. Setitik embun menjadi penyejuk hatinya karena dukungan ibu Suga sendiri.

Sesuatu diserahkan oleh ibu Suga pada Namira, sebuah amplop yang kini membuat mata Namira seakan terlepas. Dirinya tak pernah berharap bahkan dalam mimpi sekalipun. Ibu Suga memberikan berkas perceraian yang telah di tanda tangani oleh satu pihak.

Namira akhirnya mengetahui jika istri Suga telah menggugat cerai setengah tahun lalu. Namira menatap ragu ibu Suga dan wanita didepannya mengerti. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk sekali kemudian Namira terlihat berpikir sejenak.

"Bibi, jadi benar jika anak yang di kandung wanita itu adalah anak Suga oppa?" Namira memberanikan diri mencari petunjuk.

"Park Chanyeol, dia yang selama ini begitu dekat dengannya, siapa tau jika mungkin saja bagian bibir atau matanya akan mirip dengan pria itu." Bukannya terkejut, Namira malah seperti mendengar keraguan dari jawaban yang didengarnya.

Kini dia mengerti apa yang terjadi dengan pasangan itu. Mengapa ibu Suga begitu mendukung bahkan terkesan memaksakan kehendaknya. Namira menjadi teringat kala ibu Suga menemuinya saat dia baru saja tiba di Korea. Sambutan yang dia dapat di bandara bukan dari sang ayah tapi malah dari ibu Suga.

"Namira sayang, apa kau mau menjadi istri Yoongi?" Pertanyaan yang tak dianggap janggal oleh Namira dulu ketika dalam perjalanan pulang dari bandara sekarang dia sadari ketidakbenarannya.

"Bibi, bolehkah aku membawa ini?" Tanyanya sambil mengangkat amplop coklat ditangannya.

Ibu Suga mengijinkannya. Sepanjang perjalanan pulang ke apartemennya, Namira berpikir keras. Benarkah jika ibu Suga menyayanginya? Mengapa malah seorang ibu menjerumuskan anaknya sendiri? Bukankah seharusnya seorang ibu menjadi pelindung dan pendukung anaknya?

Jackson berdiri tepat didepannya ketika Namira masuk apartemen. Melihat wajah tampan Jackson, Namira seketika kesal. Pria itu sepertinya sedang menggodanya, dia bilang akan pulang Amerika hari ini tapi nyatanya malah masih berada dalam apartemen. Jackson mengerti tentang maksud wajah cemberut itu.

Pria itu tetap menunggu di tempatnya dan membiarkan wanita yang dicintainya masuk kamar. Tepat seperti yang diinginkannya, teriakan Namira terdengar olehnya. Wanita itu keluar dari kamar dengan wajah berbinar-binar, berlari menuju Jackson lalu memeluknya.

"Apa kau suka?" Jackson menatap wanita didepannya yang menyungging senyum bahagia.

"Sedang minta maaf padaku?" Namira sedang bermain pura-pura.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang