C.

163 15 0
                                    

Langkah gadis itu terhenti tepat didepan sebuah pintu kamar. Semua pelayan menunduk dengan gelisah. Mata gadis itu menelisik setiap pelayan yang berbaris rapih di dekatnya.

"Apa kalian sudah benar-benar membersihkan villa tua ini? Aku alergi debu." Nada sombongnya sungguh mengganggu gendang telinga.

"Jika kau tak suka, maka batalkan saja acara hari ini." Suga yang sudah memegang tuas pintu kamar disebelahnya membuat gadis menoleh tegas.

"OPPA!"

"Weo? Semua ini mau mu kan?"

"YAK!"

"Kita bahkan baru bertemu Minggu lalu. Konyol!" Senyum miring Suga tak ada duanya untuk membuat orang lain menciut surut nyalinya sekaligus kesal bukan main. Pintu itu akhirnya berdebam keras karena ulah Suga.

Dia berdiri melihat halaman tempat acara sore ini akan berlangsung. Kepalanya tertunduk mengingat permintaan ibunya akhir Minggu lalu.

"Menikahlah, gadis ini tak akan mengecewakan mu. Ini permintaan ibu, bukan perintah. Tolonglah nak, dengarkan ibu kali ini saja." Tatapan mata pengharapan dari ibunya membuat Suga tak bisa menolak.

Nam Namira, putri keluarga Nam yang terhormat. Gadis lulusan luar negeri ini baru kembali setelah sekian lama tinggal di luar negri. Dia adalah gadis yang sama dengan teman masa kecilnya dulu.

Bedanya, dia sekarang bukan dia yang dulu. Gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi gadis angkuh, arogan, egois dan pemarah. Suga tak suka gadis seperti itu.

Suga mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Wallpapernya adalah foto kami. Foto kami saat masih bersama. Buat apa masih memasangnya? Toh dia yang menginginkan semua ini.

"Kau meninggalkan ku begitu saja, bahkan kau tak bilang jika aku akan jadi ayah." Jarinya menyentuh wajah ku di fotonya dengan hati ngilu. "Kau benar-benar marah hanya karena hal sepele itu? Kau memang sudah benar-benar tak mencintai ku?"

Butiran air bening meluncur dari pelupuk matanya. Cintanya sungguh-sungguh menghancurkannya. Kebersamaan selama 5 tahun tak bisa membuatnya melupakan kenangan kami bersama.

Bukan hanya dia saja, aku juga. 5 tahun bukan waktu yang singkat. Banyak cerita dan kenangan. Mencintainya juga menyiksaku. Mulai dari harus kucing-kucingan dengan wartawan, agensi, fans hingga penolakan dari keluarganya.

Aku wanita bukan Korea jadi dianggap tak pantas untuknya. Aku wanita asing yang hanya ingin uang dan numpang tenar. Aku suka uang, bahkan aku tetap bekerja memulai usaha toko bunga ku sejak aku pindah ke Korea karena permintaannya.

Tentu saja dia melarang, aku hanya tak ingin dicap sebagai golddigger. Walau nyatanya label itu tetap melekat padaku. Sudahlah, yang berlalu tetap akan di belakang. Suga menghela nafas dengan berat. Rasa sakit dan tak mengerti memenuhi hati dan pikirannya.

"Lily-aa, kau jahat padaku!" Pekiknya dibawah bantal yang dia gunakan untuk menutupi wajahnya sambil telentang.

"Hyung?" Suara yang sangat dia kenal membuatnya melempar bantal sembarangan.

"We?"

"Mereka menyuruh mu turun, makan. Lalu bersiap."

"Hoseok-ie, menurut mu aku jahat?"

"Apa yang kau katakan Hyung?"

"Lily sedang hamil anak ku."

"Mworago?!"

"Lily menceraikan ku lalu pergi bersama anak ku. Yang jahat aku atau dia?"

"Hyung, kau akan bertunangan sebentar lagi. Ayolah Hyung, jangan kacau kan dirimu lagi." Hoseok mencoba menyadarkannya.

Our Marriage AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang