8

694 84 0
                                    

Udah nulis 8 part, aku baru ingat sesuatu.
VOTE JUSEYO...

typo, bilang ya..

_____________________

Usai mengantarkan Karina pulang, malam itu Jeno juga langsung kembali ke istana.

Saat ini Jeno sudah memasuki kawasan istana dan berjalan menuju tempat penyimpanan kuda kerajaan yang terletak di sebelah kiri bangunan istana.

Usai menyimpan kembali kudanya, Jeno kemudian langsung memasuki istana dan berjalan menuju kamarnya.

Ketika berada di salah satu lorong, Jeno tanpa sengaja berpapasan dengan adiknya, Winter.

"Sebegitu pentingkah urusanmu sampai harus pergi meninggalkan istana?" Tanya Winter ketika ia dan Jeno berpapasan.

Jeno menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Winter.

"Aku sudah memberitahukan padamu tentang seberapa pentingnya perjodohan ini tapi sepertinya perkataanku tidak didengarkan." Lanjut Winter.

"Aku tidak peduli dengan itu semua. Aku sudah bilangkan jika aku tidak menyetujui perjodohan ini!" Tegas Jeno.

"Harus berapa kali aku katakan bahwa pernikahan ini demi rakyat, demi Exodiyus. Pernikahanmu dengan anak dari keluarga Hamilton akan sangat menguntungkan Exodiyus. Seharusnya kau tahu seberapa kaya dan berpengaruhnya Tuan Edward Jorell Hamilton itu!"

Oh, cukup sudah. Jeno sudah muak.

"Dia akan memberikan kita segala bantuan yang kita butuhkan untuk membangun daerah yang kita miliki, Jeno. Dan itu akan memberi dampak positif bagi kehidupan rakyat." Lanjut Winter.

"Jadi, patuhi perintah ayah dan menerima perjodohan ini. Kau harus meni-" belum juga Winter menyelesaikan ucapannya, Jeno sudah memotong lebih dulu.

"Stop! Cukup Winter! Berhenti ikut campur tentang kehidupanku! Bukannya nasib kita sama? Sama-sama dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak kita cintai. Seharusnya kau urusi kehidupanmu sendiri!"

Winter terlihat marah mendengar perkataan yang keluar dari mulut kakaknya.

Apa katanya jadi? Berhenti ikut campur?

Apakah salah jika Winter melakukan hal ini? Ini demi kebaikan rakyat dan tentu saja Winter harus turun tangan.

Setelah mengatakan itu, Jeno langsung membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Winter.

"Tunggu!" Cegah Winter.

"Besok, undanglah Giselle untuk minum teh di taman istana. Ini perintah dari ibu, bukan dariku." Setelah mengatakan itu, Winter langsung pergi meninggalkan Jeno.

"AAKKHH... Perjodohan sialan." Umpatan mulus keluar dari mulut Jeno.

Setelah mengatakan kalimat kramat itu, Jeno langsung pergi ke kamarnya.

-
-
-

Paginya, Jeno sedang duduk di kursi pajang yang berada di taman istana.

Ya, pagi ini Jeno akan minum teh bersama Giselle. Jika bukan karena perintah dari ibunya, Jeno tidak akan melakukan hal ini.

Cukup lama Jeno duduk, datanglah Giselle bersamaan dengan kedatangan pelayan istana yang membawa nampan berisikan perlengkapan untuk minum teh.

"Maaf karena membuatmu menunggu lama, Pangeran." Kata Giselle kemudian duduk di samping Jeno.

"Ah, perkenalkan namaku Giselle Keyna Hamilton. Putri dari Edward Jorell Hamilton. Karna sebentar lagi kita akan bertunangan, kau boleh memanggilku Giselle. Jadi, apakah aku boleh memanggilmu dengan Jeno?"

"Terserah kau saja." Ucap Jeno.

Giselle tersenyum senang. Perempuan mana yang tidak suka dengan sosok Jeno. Lelaki tampan, pintar dan kuat yang sebentar lagi akan menjadi raja.

Jika boleh jujur, Giselle sangat menyukai Jeno bahkan sebelum mengetahui bahwa ia dan Jeno dijodohkan. Saat mendengar kabar dari ayahnya tentang perjodohannya dengan Jeno, Giselle sangat senang.

"Oh ya. Mengenai petunangan kita, kedua orangtua kita sepakat mengadakan pertunangan besok malam. Bertepatan dengan pesta dansa." Kata Giselle.

Perkataan dari Giselle tadi sukses membuat Jeno menoleh kearahnya. Bayangkan saja, sedari tadi Jeno tidak pernah menghadapkan wajahnya kearah Giselle.

Dan sudah jelas bahwa saat ini Jeno sedang menunjukkan raut wajah terkejutnya.

"Apa?! Besok malam?! Siapa yang mengatakan hal itu?!"

"Mengapa kau begitu terkejut? Apa aku salah bicara?" Tanya Giselle.

"Katakan padaku, siapa yang mengusulkan ide gila ini?"

"Ide gila? Ide gila apa maksudmu? Pertunangan kita kau sebut ide gila?"

"Ck. Jawab!" Kata Jeno dengan nada suara yang sedikit meninggi membuat Giselle terkejut.

"Ya tentu saja ayahku dan ayahmu. Kedua orangtua kita. Mereka membicarakannya kemarin saat makan siang." Jawab Giselle.

"Ck!"

Jeno berdecak kemudian pergi meninggalkan Giselle

"Tunggu! Jeno, kau mau kemana?"

Giselle mencoba menghadang Jeno, namun usahanya sia-sia. Jeno mengabaikannya.

"Jeno!"

Bahkan saat Giselle berteriak memanggil namanya pun, Jeno tidak mendengarkannya.

"Apa-apaan ini. Dia mengabaikanku? Yang benar saja?" Ucap Giselle kesal.

#bersambung...


.

Kira-kira, gini kali yah kalau Winter marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira, gini kali yah kalau Winter marah..


Vote!
Aku paksa nih.

Nggak deh, becanda.

.
.

Fyi, cerita ini kayaknya bakalan lebih dari 10 part. Ini aja baru masuk awal konflik😁

Jd, kata2 aku yg bilang bakalan tamat di part 10 itu tolong dilupakan.

Dan untuk cerita kedua aku, bakalan aku up setelah cerita ini tamat.

.
.

Si Karina pakai sepatu kaca
Terimakasih sudah baca..
(Ceritanya itu pantun)

.
.

Makasih banyak udah setia baca cerita ini..

Lopyu..

Bye.

THE EXODIYUS || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang