Hai..
Selamat menjalankan ibadah puasa....Selamat baca yeahhh
Unch..
...................
Pagi ini keluarga kerajaan ditambah Giselle berkumpul di meja makan, Jeno sebenarnya tidak ingin bergabung, hanya saja paksaan dari ibunya yang membuat Jeno mau tidak mau ikut berkumpul untuk sarapan bersama.
"Bagaimana persiapan pernikahan kalian?" Pertanyan Jaehyun membuat Jeno risih.
"Semuanya hampir siap, Paman." Balas Giselle.
"Paman? Sebentar lagi kau akan menikah dengan Jeno, jadi panggil saja aku ayah."
Giselle mengangguk kaku, ia masih canggung jika beribicara dengan Jaehyun.
"Baik a-ayah."
"Bagaimana hubunganmu dengan Jaemin?" Kali ini Rose yang bertanya kepada Winter.
Winter yang ditanya mendongakkan kepalanya dan tersenyum pelan kearah ibunya.
"Yah, hubunganku dengan Jaemin lancar-lancar saja. Doakan saja agar Jaemin tidak tertarik dengan wanita lain seperti temannya." Balasan Winter membuat Jeno tegang. Semoga Winter tidak meceritakan semuanya.
"Temannya? Siapa?" Jaehyun bertanya.
"Tentu saja Jeno." Balas Winter dengan ringan
Jeno menatap Winter dengan tatapan tajam. Semua orang terkejut mendengar jawaban dari Winter.
Winter terkekeh ringan "Aku hanya bercanda, Ayah. Mana mungkin kakakku ini menyukai wanita lain selain Giselle? Dia bahkan sudah menyukai Giselle sejak pertemuan pertama mereka. Benar begitu, kakak?"
"Hm" Jeno berdehem sebagai jawabannya.
Giselle tersenyum malu, bahkan pipinya sudah memerah. Berbeda dengan Jeno, ia menatap tajam adiknya. Berani-beraninya dia mengatakan kebohonhan tersebut kepada Ayah dan Ibu.
Tidak, Jeno bukannya tidak ingin orangtuanya tahu tentang hubungannya dengan Karina. Hanya saja Jeno masih menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya.
Kapan waktu yang tepat itu datang? Jeno tidak tahu.
Yang saat ini menjadi fokusnya adalah memperbaiki hubungannya dengan Karina yang tengah rusak.
.
.Sarapan bersama sudah selesai sejam yang lalu, saat ini Jeno tengah duduk dikursi taman bersama Giselle.
Rose menyarankan Jeno dan Giselle untuk memiliki waktu berdua sebelum upacara pernikahan. Setidaknya mereka tidak akan canggung saat sudah menikah nantinya.
"Cuaca hari ini bagus ya." Giselle membuka pembicaraan.
Bagaimana tidak, mereka berdua sudah disana sejak 10 menit yang lalu tapi tidak ada pembicaraan yang terjadi. Makanya, Giselle berinisiatif untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu meskipun terkesan canggung.
"Iya." Balas Jeno sekenanya. Singkat dan dengan nada dingin. Padahal Jeno tidak sedingin ini jika berbicara dengan Jaemin.
"Bagaimana pekerjaanmu? Pasti kau sibuk karena sebentar lagi kau akan diangkat menjadi Raja."
"Ya begitulah."
Giselle menghela nafasnya, sedingin itukah Jeno? Atau dia seperti ini hanya kepada Giselle?
"Tidak bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan benar?" Giselle mulai kesal.
"Apakah ada yang salah?" Bukannya menjawab pertanyaan Giselle, Jeno malah balik bertanya.
"Ada. Dan kau masalahnya."
"Aku?" Jeno menunjuk dirinya sendiri. "Apa aku telah membuat kesalahan?"
"Aku bertanya kepadamu tadi. Dan kau seharu-"
"Aku pergi." Jeno bangkit dari duduknya.
"Kau mau kemana?"
"Berlatih pedang. Jaemin menungguku disana sekarang."
"Tidak bisakah kau tunda latihan pedangmu hari ini? Ini kedua kalinya kita berdua berbincang setelah waktu itu kau tiba-tiba pergi entah kemana. Kali ini jangan lagi. Setidaknya aku tau sesuatu tentangmu sebelum kita menikah."
"Menikah? Sepertinya kau benar-benar ingin menikah dengan ku."
"Apa maksudmu?"
Jeno berjalan mendekat kearah Giselle.
"Dengarkan aku Giselle, pernikahan kita adalah pernikahan politik dan aku tidak menyetujui pernikahan ini. Jadi kau jangan terlalu berharap dengan pernikahan ini."Giselle memandang Jeno tidak percaya. Apa-apaan ini. Jeno tidak menyetujuinya?
"Ta-tapi kata Winter tadi-"
"Ah tadi? Jangan percaya perkataan Winter. Aku tidak mencintaimu. Memikirkannya saja aku tidak pernah."
Jeno melangkah pergi usai mengetakan hal yang menyakitkan itu kepada Giselle. Sedangkan Giselle berdiri dengan raut wajah tidak percaya dengan perkataan Jeno.
Ada beberapa poin yang Giselle tangkap dari jawaban Jeno. Pernikahannya dan Jeno adalah pernikahan politik, Jeno tidak menyetujui perjodohan ini dan yang paling menyakitkan adalah Jeno tidak menyukainya.
Tanpa ia sadari pipinya sudah basah akibat airmata yang tiba-tiba saja turun. Tangannya terangkat mengusap pipinya yang basah.
"Kau saat ini memang tidak menyukaiku. Tapi akan ku pastikan nanti kau akan menyukaiku, Jeno."
Bersambung yeah...
#gisellesadgirl
#ayodukunggiselle
Alurnya mulai ngawur🙂
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXODIYUS || Jeno - Karina
ContoSeorang putra mahkota yang dijodohkan dengan wanita yang tidak ia cintai. Putra Mahkota tersebut bernama Jeno Beldiq Cyndryn. Jeno merupakan satu-satunya calon penerus tahta kerajaan Alphanus. Jeno dijodohkan oleh seorang wanita keturunan Duke, namu...