18

558 50 4
                                    

Halo gaeess...

Abaikan typo manjah kuh...

__________

Giselle berjalan pelan menuju kamarnya usai berbincang sebentar dengan ayahnya.

Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu yang lumayan besar. Itu adalah ruang kerja milik Raja Jaehyun.

Tanpa sengaja Giselle mendengar perdebatan di dalamnya. 'Itu suara Jeno.' Batin Giselle. Ia memilih untuk mengabaikannya karena ia merasa tidak perlu untuk penasaran terhadap urusan orang lain. Terlebih lagi yang berdebat adalah Jeno dan Raja Jaehyun, pasti itu soal politik.

Giselle berniat untuk pergi dari sana namun niatnya terhenti karena mendengar Jeno mengatakan sesuatu terkait perjodohan mereka.

Giselle terkejut mendengar apa yang diakatan Jeno.

"Ia menolak perjodohan ini? Tapi kenapa?" Gumam Giselle tidak percaya.

Giselle memilih untuk mendengar perdebatan ayah dan anak itu dibalik celah pintu yang memang tidak tertutup rapat.

Mata Giselle melebar saat ia mendengar bahwa Jeno memiliki kekasih. Giselle terkejut akan kebenaran yang tidak ia ketahui. Dan yang membuatnya tambah terkejut adalah kekasih Jeno seorang wanita biasa yang berkerja di toko roti.

"Apa-apaan ini. Dia menolak perjodohan ini karena perempuan itu?"

"Karina Bella?" Gumam Giselle dan pergi ke kamarnya.

Ia akan mencari tahu seperti apa rupa perempuan yang telah merayu tunangannya itu.

.
.

Di kamarnya, Giselle terus memikirkan hal yang ia dengar tadi.

Karina Bella, seorang penjual roti. Kata-kata itu terus berputar dipikirannya. Bagaimana bisa dia kalah dengan seorang perempuan jelata.

Giselle sudah menyukai Jeno sejak dulu. Sejak berada di akademi kerajaan. Namun ia memilih diam dan tidak mengutarakan perasaannya kepada Jeno seperti yang di lakukan murid lain. Giselle menyukai Jeno dalam diam dan memendam perasaanya hingga hari kelulusan.

Sampai pada suatu hari, Giselle mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa ia akan dijodohkan dengan sahabat ayahnya membuat Giselle mengubur perasaannya kepada Jeno.

Ia bisa saja menolak perjodohan itu, namun Giselle tidak tega kepada ayahnya.

Kemudian, seminggu sebelum peperangan Exodiyus dengan Aestiopal, ayahnya memberitahukannya bahwa ia akan dijodohkan dengan anak dari pemimpin Exodiyus yaitu Jeno.

Giselle berteriak senang mendengar itu. Jeno, sosok pria yang sejak dulu menetap di hatinya, dijodohkan dengannya. Jeno akan menjadi miliknya.

Namun, kebahagiannya mendadak hancur saat mendengar kenyataan bahwa Jeno sudah memiliki kekasih.

Tidak. Giselle tidak akan melepaskan Jeno semudah itu. Wanita itu, dia sudah menjadi penghambat kisah cintanya.

"Aku harus menyingkirkan wanita itu. Iya. Harus."

.
.

Pagi harinya, Giselle mengantar kepergian ayahnya ke pintu depan istana dengan di ditemani Jeno.

"Hati-hati, ayah." Giselle memeluk ayahnya dengan erat.

"Kau baik-baiklah disini. Ingat pesan ayah semalam. Dan, jangan lupa makan. Ayah tidak ingin melihat mu kurus." Ujar Edward yang dibalas anggukan oleh Giselle.

Edward kemudian melirik Jeno.

"Jaga baik-baik anakku. Jika sampai dia terkuka, aku akan mematahkan kakimu."

"Ayah.." tegur Giselle.

"Haha.. ayah hanya bercanda sayang."

"Paman tenang saja, saya akan menjaga Giselle dengan baik."

"Aku percayakan padamu, Jeno." Ucap Edward sambil menepuk pelan bahu Jeno. Setelahnya ia berbalik dan pergi menaiki kereta kuda yang digunakan sebagai alat transportasinya untuk pulang.

"Ayah pergi dulu. Ingat pesan ayah." Edward melambaikan tangannya ke awarah Giselle.

"Hati-hati, ayah!" Balas Giselle sedikit teriak karena kereta kuda yang dinaiki ayahnya perlahan mulai menjauh.

Giselle terus memperhatikan kepergian kereta kuda itu sampai deheman Jeno mengalihkan perhatiannya.

"Aku masuk dulu." Kata Jeno.

"Tunggu!" Cegah Giselle dengan memengang tangan kanan Jeno.

"Siang nanti kau tidak sibuk?" Tanya Giselle. Ia sudah mengumpulkan keberanian untuk menanyakan ini semalam. Ia ingin mengambil langkah cepat. Takut jika Jeno semakin dalam pada ikatan wanita lain.

Jeno menaikkan sebelah alisnya.
"Memangnya kenapa?"

Giselle melepaskan tangannya dari tangan Jeno.
"Siang nanti, aku ingin mengajakmu minum teh bersama di taman. Bolehkah?"

Jeno diam sejenak.
"Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku harus menemui seseorang."

'Pasti ingin bertemu dengan wanita itu.' Batin Giselle.

"Kau ingat dengan rencana minum teh kita beberapa waktu yang lalu?" Tanya Giselle yang dibalas anggukan oleh Jeno.

"Rencana itu gagal karena kau yang tiba-tiba pergi begitu saja."

"Iya. Lalu?"

'Oh ayolah, dasar tidak peka.' Batin Giselle.

"Bukankah kau harus menebus kesalahanmu itu?"
Giselle melirik Jeno yang tengah diam. Mungkin ia sedang memikirkan bagaimana cara menolak ajakan Giselle.

"Kau harus menebus kesalahanmu. Siang ini, ditempat yang sama. Kita minum teh disana. Aku tunggu."

"Tapi ak.."

"Aku tidak menerima penolakan, Jeno." Potong Giselle dengan nada suara yang lembut namun terkesan tegas.

Setelahnya Giselle pergi meninggalkan Jeno yang berdiri diam memperhatikan Giselle dengan tatapan yang sulit di artikan.

Tbc.....

Edward Jorell Hamilton

"Penjelasan alur chapter ini, biar nggak bingung"Jadi Giselle itu satu akademi sama Jeno, Winter, Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Penjelasan alur chapter ini, biar nggak bingung"
Jadi Giselle itu satu akademi sama Jeno, Winter, Jaemin. Trus Giselle naksir Jeno sejak itu. Sebenarnya banyak yang naksir Jeno, sampe ada yg nembak ke Jeno. Tapi jeno nolak. Makanya Giselle milih buat mencintai dalam diam. Dan juga Gisellekan termasuk anak yg introfert, jd dia pendiam gitu. Giselle nyimpan perasaanya sampe lulus.
Nah di hari yg sama dgn hari kelulusan, Giselle ternyata dijodohin, tp blm di kasih tau sama siapanya.
Sebulan kemudian atau seminggu sblm perang, baru deh di kasih tau kalo dia dijodohin sama Jeno.



P.s: ada yg bilang kalo pacarnya haechan ngetiknya pasti typo. Jd, kalo kalian liat typo di cerita aku, itu berarti aku pacarnya haechan🤭

THE EXODIYUS || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang