10.

7.6K 775 249
                                    

*******

"Mas"
"Kenapa lagi?"
"Aku gak akan marah kalau kamu macem-macem di belakang aku, tapi mas.. kamu harus inget, sekali kamu macem-macem di belakang aku. Gak akan ada kesempatan lagi" kata Andin

Al menelan ludah kasar,

"Kok gitu sih bilangnya"
"Maksud kamu? OOH KAMU EMANG ADA NIATAN MACAM-MACAM YA?" Andin mendorong tubuh suami nya yang sedang memeluknya erat.
"Ih jauh-jauh ah, males" ucap Andin
"Eh. Loh, loh, kok marah sih?" Al berusaha menarik tangan Andin, membuat nya kembali kedalam dekapannya.

"Jangan marah, saya takuut" Al merengek seperti anak kecil, Andin menahan tawanya, agar tetap terlihat galak di depan suami nya.
"Awas ya kamu mas. Aku pergi nanti loh, anak-anak aku bawa, biar kamu sendirian"
"Ahh, jangaaaannn, saya mau ikut"

"Gak"

"Andin, kamu dengerin saya"
"Apa?"
"Nih ya..." Aldebaran menangkup kedua pipi Andin, sampai bibirnya mengerucut
"Kalau saya emang niat macem-macem, udah dari dulu ndin. Saya juga gak perlu nikahin kamu, saya pacarin aja semua nya"

"Tapi kamu itu udah yang paling cukup buat saya, gak kurang gak lebih, C U K U P. Lagian, saya butuh yang gimana sih, yang cantik, kamu cantik, yang pinter, kamu pinter, yang jago mijit, kamu jago mijit, yang jago masak, kamu apalagi, perhatian, kamu perhatian, penyayang dan lembut, kamu udah gak di ragukan, jago ngurus anak, cinta sama saya, nerima saya yang galak dan judes ini, enak lagi"

"MAS!"

"Aduuh"

Andin memukul-mukul lengan Aldebaran berkali-kali

"Kamu ini ya mas, aku udah seneng loh, kok akhirnya begitu"
"Kan emang gitu ndin, saya jujur"
"Ya jangan gitu, aku maluuuuuu"
"Kenapa sih malu, orang sama suami sendiri"
Al mendekatkan wajahnya, berbisik ke telinga Andin
"Satu lagi, saya gak mau tau dan saya gak peduli, kalau pun memang ada yang jauh lebih baik dari kamu diluar sana, saya gak peduli"

Andin tersenyum, begitu lemah nya dia menghadapi Aldebaran, ya memang sudah terlihat dari sejak pertama kali Al 'meminta' pun Andin seolah tak punya kendali untuk menolaknya. Begitu kuat pesona Aldebaran untuknya, dan tentu bukan hanya untuknya tapi juga perempuan-perempuan diluar sana yang gagal menaklukan Aldebaran.

Andin berkedip cepat beberapa kali, bibir nya masih tersenyum, menciptakan Lelungan indah meneduhkan. Suara nya tak terdengar lagi, dia diam menenggelamkan diri dalam dekapan suami nya. Aldebaran melabuhkan dagunya pada pucuk kepala Andin menciuminya sesekali dengan kedua lengan masih memeluk erat tubuh indah itu.

Malam sudah larut, ketiga penghuni kamar sudah terlelap, saling memeluk satu sama lain. Andin memeluk suaminya, Aldebaran memeluk istrinya dan Arga, si bontot bongsor memeluk boneka gajahnya. Boneka yang selalu menjadi sandarannya, ketika sibuk bermain di ruang tengah, juga menjadi tempat nya menggosok-gosokkan wajah dengan tawa yang memenuhi seisi ruangan.

Sekitar pukul 5 pagi, si anak ganteng itu terbangun, suara nya menggelegar memenuhi kamar Aldebaran dan Andin. Sedangkan kedua mama papanya, yang semalaman sibuk saling meyakinkan satu sama lain masih saling memeluk. Hingga kemudian tangisan Arga semakin kencang, membuat Andin melepaskan diri dari pelukan suami nya.

"Mas, bentar, Arga nangis" bisik Andin

Al terbangun, matanya sayup-sayup terbuka, lalu menoleh ke arah box bayi dimana anak kedua nya yang sebentar lagi berusia 6 bulan itu menangis, Arga menendang-nendang box bayi nya, posisi tidurnya pun sudah berantakan, kaki nya sudah berada di bantal, dengan boneka dan mainan di atas box nya berguncang.

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang