32. Oh, Andin

10.9K 803 117
                                    

**********

Dengan posisi masih menindih Andin, Al mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke arah pintu, dia mendengus kesal, lalu menatap Andin sekilas

"Siapa sih? Gak tau apa ya, Andin nya lagi di hukum" ucap Aldebaran lirih
Andin tersenyum penuh kemenangan, dia membenarkan posisi handuknya yang hampir melorot,

"Iya sebentaar" teriak Andin
"Mama...." Andin melongok keluar pintu. Mama Rosa sudah berdiri disana, menatap aneh ke arah Andin
"Kamu kenapa?"
"Kenapa ma?" Andin balik bertanya,
"Habis mandi?"
"Iya"

"Kok berantakan banget rambutnya?"
"Oh, i-ini, iya tadi habis aku gosok pakai handuk, he" jawab Andin dengan sedikit gugup
"Ya udah, ganti baju ya, siap-siap. Udah di tunggu papa di bawah"
"Iya ma, sepuluh menit lagi"
"OK"

Andin kembali menutup pintu, lalu tersenyum jail ke arah suami nya yang masih duduk di ranjang,
"Maaf ya mas, kamu kurang beruntung hari ini" ucap Andin
"Awas ya kamu ndin"
"Ih ngancam, aku gak takut" kata Andin

Andin bersiap dengan baju santai nya, lalu turun bersama Aldebaran di sampingnya. Tangan Al melingkar di bahu Andin. Wanita itu sesekali menoleh ke arah suaminya yang nampak judes. Di bawah, Arga sudah di gendong oleh seorang pengusaha kelas kakap yang suka dia tarik-tarik janggutnya. Reyna juga sudah datang, dia tak sabar ingin mencoba naik helikopter milik adiknya itu.

"Mamaaa ayo ma, aku udah gak sabar mau naik helikopter" teriak Reyna
"Iya nak, sabar yaa"
"Grandpa ayok, itu mama udah datang, kita berangkat sekarang"
"Ayo, nih adek biar di gendong mama, Reyna sama grandpa ya"
"OK grandpa"

"Al, mama... kita berangkat ya" ucap Hernawan
"Papa hati-hati ya"
"Iya ma, nitip Al jagain biar gak kabur kemana-mana"
"Udah gede emangnya mau kabur kemana?"
"Siapa tau, Al marah terus kabur"
"Papa ada-ada aja"

========

Andin dan semuanya sudah ada di lapangan terbang, dimana Helikopter Arga sudah terparkir disana. Ada beberapa orang disana. Angin bertiup cukup kencang, sebab baling-baling helikopter yang sudah berputar.

Arga nampak begitu senang, tak terlihat raut takut di wajahnya. sesekali kakinya dia gerak-gerakan membuat Andin yang bertubuh kecil sering kewalahan.

Setelah semua persiapan selesai, Hernawan mengajak Andin, Arga dan Reyna masuk ke dalam helikopter, beberapa menit setelahnya, helikopter mulai mengudara, Arga dengan gemasnya memakai kacamata hitam dan penutup telinga seperti semua orang di dalam helikopter.
Reyna nampak gembira, melihat bangunan-bangunan di bawahnya yang jadi terlihat kecil,

"Grandpa, rumahnya kecil-kecil banget ya" ucap Reyna
Hernawan yang duduk di samping pilot menoleh ke belakang,
"Iya kak, kan kita tinggi terbangnya. Seneng gak, naik helikopter?" tanya nya
"Seneng banget pa, sayangnya papa gak ikut ya"
"Papa gak usah ikut, menuhin tempat kak"

"Hahaha iya sih, papa duduk dimana ya kalau ikut"
"Nah makanya, masa di baling-baling, nanti papa pusing keputer-puter ya" ucap Hernawan sambil tertawa

Setengah jam mengudara, helikopter milik tuan muda Arga sudah mendarat di lapangan terbang, Arga nampak sedih karena harus turun, matanya berkaca-kaca, seolah ingin mengatakan kepada mamanya kalau dia tidak ingin turun.

"Udahan ya, helikopter nya capek, harus istirahat dulu"
"Aaaaa"
"Besok naik lagi ya, sekarang kita pulang, cerita sama papa yuk" ucap Andin pada anaknya
Reyna berjalan cepat di depan Andin, menggandeng tangan grandpa nya yang sedang bicara dengan pilot helikopter

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang