15. Midnight Hug

10.4K 778 117
                                    

********


Suara tawa kecil Andin masih terdengar, entah sudah berapa lama, mereka sibuk berbicara dan tertawa satu sama lain. Hampir tengah malam, Aldebaran sibuk memeluk Andin sampai wanita itu tak henti tertawa sebab geli yang dia rasakan setiap kali Al menciumi setiap bagian tubuhnya.



"Mas, geli.. udaah aah" Andin berusaha terus mendorong tubuh Aldebaran, namun selalu gagal. Al sedikit tertawa setiap kali Andin berusaha memukul mundur tubuhnya,

"Apasih, apasih, mau apa?" ucap Aldebaran
"Gak bisa, kamu gak bisa" Al mendekap tubuh Andin sampai mereka tergulung di dalam selimut, saling menggelitik satu sama lain. Mungkin kalau Andin tidak mengalami keguguran dan mendapat perawatan intensif, hingga harus menjalani kuret, Andin sudah habis oleh Aldebaran malam itu.

Sayangnya, Aldebaran harus menahan debar jantungnya seorang diri, meski sebenarnya sudah sangat ingin, tentu dia tak mau menyakiti istrinya. Itu kenapa, Aldebaran hanya sibuk memeluk dan menciumi Andin tanpa berani lebih dari itu, atau semuanya akan berakhir di kamar mandi.


"Aduh, saya capek" ucap Al dengan sisa masih tertawa,
"Aku kayak abis lari-lari deh tiap sama kamu, ngos-ngosan" ucap Andin
"Kamu emang selalu ngos-ngosan ndin"
"Mas Aaal"
"Sttt, Arga nanti bangun"
"Dari tadi kamu gangguin aku, kalau Arga tau, kamu di gigit sama dia loh" ucap andin
"Kalau saya mau nya di gigit mama nya aja boleh gak?"



Mata Andin membulat, "SINI"
"AAAA .. aku makan kamu"
"Ih kamu kok jadi kaya dinosaurus" kata Al
"Oh, aku dinosaurus, ya udah sini aku makan kamu sampai habis"
"NDIIIN"



Andin menarik Aldebaran ke dalam selimut, menutup seluruh tubuh mereka di bawah kehangatan pelukan tubuh satu sama lain, dengan sisa suara bisik dan tawa kecil yang akhirnya hilang sempurna, berganti detik jam yang menenangkan.



======

Pagi itu, mata Andin sayup-sayup terbuka, terasa lengan besar memeluk nya dari balik punggung Andin yang terekspose, sebab lingerie merah super mini yang dia kenakan membuat leher belakang dan sebagian punggungnya terlihat.


Tangan Andin bergerak, membelai punggung tangan pria di hadapannya, tangan yang melingkar di perutnya. Dia tersenyum manis, lalu terasa tangan besar itu bergerak, menarik tubuh Andin ke belakang, hingga kedua tubuh penghuni ranjang itu benar-benar saling berhimpitan. Satu kaki Al menindih kaki Andin, membawa wanita itu lebih dekat dengannya.


Setiap sentuhan Aldebaran, selalu mampu membuat desiran di dalam diri Andin yang tak mampu dia jelaskan.

"Ndiin"
"Iyaa"
"Emmh..."

Andin membalik tubuhnya perlahan, membuat Al juga akhirnya mengerjapkan pelan matanya yang terasa sangat berat. Andin tak bicara apapun, tangannya sibuk membelai wajah suaminya, dengan sinar cahaya matahari yang masih malu-malu, juga udara yang terasa jauh lebih dingin, Andin sibuk terdiam menatap wajah suaminya lekat-lekat, wajah yang meski berantakan, meski kelelahan dan sesekali penuh amarah, di matanya wajah itu tetap menjadi penenang nya.


Aldebaran membuka matanya dengan malas, lalu satu senyum kecil yang indah, tercipta dari bare face Aldebaran.

"Kenapa diliatin terus?" tanya Al dengan suara beratnya,
"Ganteng banget kamu mas"
"Masih pagi ndin, jangan gombal"
"Siapa sih yang gombal? Suami aku emang ganteng"
"Kata siapa?"
"Kata aku lah mas, ini barusan aku yang bilang"
Al menggeleng pelan, dengan senyum salah tingkah nya yang menggemaskan, sampai tiba-tiba, Aldebaran sedikit tersentak,

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang