41. Don't Leave me, Andin - Aldebaran Alfahri

6.5K 978 281
                                    

******** 


Aldebaran dengan perasaannya yang sangat buruk menemani Andin di ruang UGD sampai dokter datang. Setelah itu dia keluar dengan wajah yang sudah sangat sayu

“Al, gimana?” tanya mama Rosa
“Masih di periksa sama dokter ma. Ada dokter kandungan Andin juga” ucap Al
“Ma, aku takut banget....” ucap Al dengan suara nya yang parau
Everything will be fine, Al. Trust ma. Percaya sama mama”

Al bersandar di bahu mamanya dengan perasaan yang masih tak bisa di jelaskan. Setelah menunggu beberapa lama, dokter keluar, lalu mengatakan bahwa tekanan darah Andin sangat rendah dan terjadi sesuatu pada kandungannya


“Apa dok, kenapa?”
“Itu bisa di tanyakan langsung ke dokter Dinda, karena beliau yang menangani istri bapak”
“Baik dok, terima kasih”
“Sama-sama, saya permisi”
Aldebaran menemui dokter Dinda lagi, lalu mereka kembali berdiskusi..
“Baru tadi kita bicarakan. Sekarang sudah terjadi” kata dokter Dinda
“Gimana dok?”



“Kita harus melakukan tindakan pengguguran secepatnya pak, demi menyelamatkan nyawa bu Andin”
“Nanti kalau istri saya sudah sadar, saya akan bicara lagi sama dia dok. Semoga ada jalan” ucap Aldebaran penuh harap
“Saya harap begitu pak”



Malamnya, Aldebaran mengumpulkan semua keluarga. Al memberi tahu orang tua Andin untuk datang ke rumah sakit. Mereka sedang berdiri di depan ruangan Andin.
Nampak ibu Rosa dan Sarah duduk bersebelahan, sedangkan para pria berdiri di dekat mereka. Al mulai bicara tentang kondisi Andin, rahim dan kandungannya.
Semua nampak kaget, karena memang mereka tidak tau apa-apa tentang itu.




“Apapun yang dilalukan, tidak akan mengubah keadaan. Janin di perut Andin tidak berkembang dan tidak akan bisa diselamatkan kecuali dengan mukjizat” ucap Aldebaran


Semua nampak serius mendengarkan Aldebaran,
“Dokter hanya bisa menyelamatkan Andin, itu pun kalau Andin bersedia. Tapi setelah saya bicara pada Andin tentang keadaannya, dia tetap tidak mau menggugurkan kandungannya pa, ma”
“Saya tau ini pasti berat sekali untuk Andin. Saya tau kenapa Andin tetap ingin mempertahankan kandungannya. Tapi kita juga gak mau kan, kehilangan Andin?”



“Saya maunya Andin tetap ada diantara kita semua, saya maunya di selamat”
Al mulai menundukkan kepalanya, lalu Surya mendekat.. dia menepuk-nepuk bahu Al beberapa kali


“Al, ini sangat berat, memang. Untuk kamu, untuk kita apalagi untuk Andin. Nanti papa coba bantu bicara sama Andin, tapi kamu tau kan, Andin orangnya seperti apa?”
Al mengangguk pelan,


“Jangankan untuk anaknya, dia saja mau berkorban untuk orang lain. Dia selalu menomor sekian kan dirinya sendiri”
“Kita berusaha bersama untuk membuat Andin mengerti ya, kalau kita butuh Andin” ucap Surya
“Makasih banyak pa”

“Kamu harus kuat, kamu itu penopang nya Andin. Pundak kamu, kaki kamu... harus jauh lebih kuat sekarang”


======== 

Hampir tengah malam, Andin belum juga siuman, bahkan dia harus memakai alat bantu napas yang menancap di hidungnya.
Surya dan Sarah masih di rumah sakit, sedangkan orang tua Al harus pulang karena harus membantu menjaga Reyna dan Arga


Surya dan Sarah tertidur dengan posisi duduk di sofa yang agak jauh dari ranjang Andin, sedangkan Al duduk di kursi tepat di samping Andin berbaring. Tangannya terus membelai lembut tangan Andin. Dia tetap terjaga meski rasanya seluruh tubuhnya terasa remuk.

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang