34. HAPPY BIRTHDAY, ANDIN

6K 736 102
                                    

*********** 

Andin berjalan menyusuri setiap sisi rumahnya, mencari suami nya yang tak kunjung dia temukan, semua orang di rumah pun seolah tak tau kemana lenyapnya Aldebaran

“Duh kok papa gak tau ya, soalnya dari pagi papa di taman belakang” kata papa Hernawan
“Kemana ya mas Al”
“Emang gak ngabarin kamu?”
“Enggak pa, tadi udah pulang kantor, kok ini pergi gak bilang aku ya”
“Oh mungkin lagi beli sesuatu, tunggu aja”
“Iya kali ya, tapi aku khawatir”

“Udah tua, gak mungkin diculik. Penculiknya juga pasti gak mau”
“Beneran papa gak tau mas Al dimana?”
“Enggak, lagian mana mungkin dia bilang papa kalau mau kemana-mana. Kalau papa tanya aja kadang papa di bilang kepo”

“Ya udah deh, aku tunggu mas Al di depan aja pa”
Setelah menunggu satu jam, Al tak kunjung pulang, padahal hari sudah sore, namun Al juga tak bisa di hubungi.

Andin masuk ke dalam rumah, mendapati anak-anaknya sedang bermain dengan Mirna, Arga sibuk dengan mainan barunya, sebuah helikopter berwarna kuning dari Aldebaran yang dia bawa tidur hingga harus dipeluk saking senangnya.
Reyna sedang mewarnai buku nya, sedangkan Mirna hanya duduk menemani mereka

“Ma, papa belum pulang?”
“Belum sayang”
“Mungkin papa ada urusan ma, jadi belum sempat telfon mama”
Semenjak kejadian pesawat itu, Andin jadi selalu khawatir setiap kali Aldebaran pergi tanpa sepengetahuannya. Pokoknya kemanapun Al, Andin harus tau.

Hari sudah menjelang malam, namun tanda-tanda kepulangan Aldebaran belum juga terlihat, Andin semakin khawatir, namun sekitar jam tujuh, mobil Aldebaran terdengar memasuki garasi.
Andin melongok dari balik jendela, dan benar saja, itu suami nya


“Tuh, baru pulang, kemana aja sih” ucap Andin. Dia melihat Arga di box bayi nya dan dia belum tertidur. Andin menggendong bayi nya lalu keluar kamar

Al nampak duduk dan memijat pelipisnya, tubuhnya dia sandarkan ke sofa dengan kemeja yang lengannya sudah dia lipat, juga beberapa kancing atasnya yang sudah terbuka. Seorang gadis berusia 5 tahun mendekati Aldebaran dengan wajah manisnya, rambutnya di kuncir dua, dengan bando berwarna kuning yang membuatnya nampak lebih menggemaskan,

“Hai papa...” sapa Reyna
Al berhenti dari aktifitas memijat pelipisnya, lalu menoleh ke arah Reyna dan tersenyum,
“Nak, kok belum tidur? Udah malam loh”
“Aku nunggu papa, aku pengen bobok sama papa” kata Reyna
“Mama mana?”

“Mama udah di kamar, tadi adek nangis terus, jadi mama boboin adek deh”
“Reyna belum ngantuk?”
“Papa pusing ya?” tanya Reyna kemudian. Pertanyaan itu, membuat Al sedikit kaget,
“Ah, enggak, papa gak pusing kok” jawabnya
“Tapi papa pijat kepala, papa pasti capek ya, cari uang terus?”

“Cari uang buat aku, buat mama, buat adek juga, pasti butuh nya banyak deh”
Al jadi tersenyum mendengarnya, namun juga terharu..
“Tau darimana kalau butuhnya banyak?” tanya Al
“Ya tau aja, kan buat aku sekolah, buat mama beli baju, buat adek beli mainan juga”

“Nak, cari uang buat kamu, buat mama buat adek itu bukan hal yang bikin papa pusing. Papa juga gak capek, soalnya, kalian itu semangat nya papa. Justru kalau papa cari uang buat diri sendiri mungkin pusing, tapi karena papa cari uang untuk keluarga, untuk orang-orang yang papa sayang, jadinya papa seneng, papa gak capek”


“Apalagi kalau pulang, terus lihat Reyna senyum sama papa, peluk papa, pasti kalau lagi capek juga rasa capeknya ilang” kata Aldebaran
“Ya udah, aku mau peluk papa”

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang