40. Can't Stop Thinking All Night

6.4K 752 130
                                    

*************

Sepanjang malam, Aldebaran hanya duduk dan menatap kejauhan.. sesekali dia melirik ke arah Andin. Menatap keteduhan wajah istrinya itu dengan begitu lekat.
Dia terus teringat, kalimat Pak Rahman yang mengatakan bahwa ;
"Istri saya meninggal saat melahirkan anak saya"
Lalu kalimat dari dokter pun juga terngiang-ngiang di kepalanya,

"Kita harus memilih, menyelamatkan bu Andin, atau tidak keduanya"

.....

Pertanyaan tentang bagaimana dia harus bicara pada Andin terus aja dia pikirkan. rasanya dia tidak akan sanggup untuk mengatakan bahwa Andin harus kehilangan anak nya.

Sedangkan Aldebaran pun tidak akan sanggup untuk kehilangan Andin.
Dia mencintai anaknya, pasti. Tapi dia juga mencintai Andin, wanita itu adalah hidupnya.
"Gue enggak mau kehilangan dua-duanya tapi keadaan maksa gue buat milih" ucapan Aldebaran dalam hati..

"Gue harus bicara sama Andin. Dia berhak tahu keadaannya"
"Padahal Andin baru saja belajar menerima dirinya yang sekarang, dengan semua ketakutan yang dia dihadapi. Rasanya nggak sanggup kalau gue harus menghancurkan hatinya untuk kesekian kali"
"Gue tahu ini salah gue. Harusnya gue bisa jaga Andin. Harusnya gue bisa kontrol apa yang harus gue lakuin. Apalagi Arga juga masih bayi"

"Bodoh lo Al.."

"Bodoh bodoh bodoh" Aldebaran berkali-kali memukul kepalanya hingga suara benturan itu terdengar oleh Andin,

Wanita itu nampak kaget melihat suaminya sedang memukul dirinya sendiri. Dengan mata yang sayup-sayup masih terpejam, wanita itu terbangun lalu menahan tangan Aldebaran untuk tidak memukul kepalanya sendiri.

"Mas mas.. hei sayang... Kenapaaaa?" Tanya Andin dengan nada penuh kekhawatiran

"Jangan dipukulin Mas stop udah udah Mas..."

Andin masih berusaha menahan lengan Al sekuat tenaga nya.. namun nampaknya pria itu tidak bisa mengendalikan dirinya. Andin menarik suaminya, mendekapnya erat, menahan kedua tangan Al untuk tidak menyakiti diri nya sendiri.

"Mas udah!!"

"Andin...."

"Mas, kenapa? Ada apa? Kamu mimpi buruk? Hm.. kenapa sayang?" Tanya Andin dengan suara yang begitu lembut
Al  menggeleng pelan kalau kedua tangannya menangkup pipi Andin. Menyatukan dahinya ke dahi Andin.. mencoba sekuat tenaga mengatur nafasnya.

"Mas Kamu ini kenapa sih? Ada apa sama kamu?" Tanya Andin lagi..
Namun lagi lagi Al menggeleng, dia mencoba menutupi apa yang dia rasakan. Al menarik tubuh Andin, memeluknya erat di bawah selimut yang hangat.

"Aku tahu sesuatu terjadi sama Mas Al. Tapi apa...."
"Apa yang aku nggak tahu. Apa yang bikin mas Al jadi kayak gini"
"Apa yang lagi mas Al pikirin..."

...

Andin terdiam, membelai lembut kepala suaminya..
“Tidur ya, istirahat...”
“Kamu juga ndin”
“Aku gak mau tidur kalau kamu gak tidur mas” kata Andin
“Iya, saya tidur” ucap Al sembari memeluk tubuh Andin..
.

Menit-menit berlalu, Andin belum juga bisa tidur, tapi nampaknya, Al sudah terlelap. Dia terus menatap suami nya, memikirkan apa yang sedang terjadi. Tubuhnya terasa lelah, tapi matanya enggan terpejam.
Dia berusaha terus menutup matanya agar tertidur, meski tak bisa terasa lebih nyenyak dari sebelumnya..




Pagi itu, Andin terbangun lebih awal, sebab suara tangisan Arga yang begitu keras memekik memanggilnya. Arga tidur di samping helikopter pemberian papanya. Dia selalu membawa mainan itu kemanapun. Bahkan jadi lebih sering membawanya daripada boneka kelinci yang sebelumnya dia suka.



SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang