44. Dilation & Curettage

5.6K 834 177
                                    

**********  

Sepanjang malam, Al tak henti memijat perut Andin, membelai nya dengan lembut dan terus menatap wajah teduh sang istri. Andin tak pernah benar-benar tidur, rasa sakit karena kram di perutnya membuat seluruh tubuhnya juga terasa begitu ngilu.


“Saya gak tau ndin, seberapa sakit yang kamu rasakan sekarang. Saya gak tau seberapa beratnya menjadi kamu. Tapi saya janji akan selalu nemenin kamu sepanjang hidup saya. saya gak akan biarin kamu sakit sendirian, kamu kuat ya, saya gak sabar mau bawa kamu pulang”

Kalimat yang sayup sayup terdengar oleh Andin
Ketika dia merasakan Aldebaran mulai merebahkan kepalanya ke atas ranjang Andin, wanita itu terbangun, dia melihat Al sudah menyandarkan kepala nya di atas tangan Andin yang terus di genggamnya.
Sedangkan satu tangannya masih memijat perut Andin meski dengan gerakan yang sesekali hilang.
Andin tersenyum, lalu membelai rambut suami nya dengan satu tangannya.



“Terima kasih ya mas, kamu udah sayang sama aku” ucap Andin lirih
“Seumur hidup, aku ingin terus bersama kamu, aku ingin terus melihat wajah kamu, menunggu kamu pulang dan seketika bahagia kalau denger suara mobil kamu”



Andin mulai menangis sebab banyak hal yang kini dia rasakan. Al menyadarinya, dia mendengar isakan lirih Andin yang kemudian langsung terbangun. Aldebaran panik, melihat Andin yang sedang menangis menatap nya. Dengan suara lembut nya, Al terus menanyakan apa yang terjadi,



“Kenapa Andin, kenapa nangis? Sakit banget ya? Iya?” tanya nya dengan mata yang masih sayup-sayup
Andin hanya diam, menatap suaminya sembari menitikan air mata.
“Sakit ya? Saya pijitin lagi ya, saya elus-elus mau?”
“Maaf ya mas...”
“Apa? maaf kenapa?”
“Aku nyusahin kamu ya?”
“Andin, jangan ngomong kayak gitu..” mata Al berkaca-kaca, dia tak kuasa melihat Andin menangis




Tangisan Andin semakin pecah, bahunya bergetar hebat, dengan cepat Al menarik tubuh Andin, membawa nya ke dalam pelukan Al yang hangat,



“Kamu boleh nangis, tapi jangan pernah kamu pikir kalau kamu nyusahin saya”
“Aku minta maaf ya mas”
“Udah, udah....”


Al membelai lembut punggung Andin, membiarkan Andin jatuh ke bahunya. Mereka kini benar-benar saling menguatkan meski dengan rasa hancur di hati mereka masing-masing.
Setelah beberapa saat, tangisan Andin mulai reda, dia melepas pelukan Aldebaran, lalu menatap pria di hadapannya itu,


“Udah lebih tenang?” tanya Al
Andin mengangguk,
“Bisa tidur gak? Atau masih sakit?”
“Masih, tapi sedikit”
“Ya udah, coba buat tidur ya, kamu harus istirahat, biar cepet sehat”



“Iya.. mas juga, sini, kaya tadi, kepalanya sini” kata Andin. Dia menepuk-nepuk kasurnya, tempat Al merebahkan kepala sebelumnya
“Iya, ini saya juga tidur” kata Al


Dia berbohong hanya untuk membuat Andin mau beristirahat. Dengan susah payah, Andin terus mencoba memejamkan matanya, hingga akhirnya dia tertidur dengan kram perut yang luar biasa hebat terasa menggiling perutnya.



Dengan napas yang susah payah di atur Andin, dia terus mencoba memejamkan matanya, dengan sesekali menggigit bibirnya kuat-kuat.
Dia menggesekkan kedua kakinya, dengan suara merintih pelan yang akhirnya keluar dari mulutnya.
“Kuat ndin, besok pasti sembuh” ucap Andin dengan nada berbisik pada dirinya sendiri


=======

Aldebaran terbangun, sekitar pukul lima pagi, badannya terasa begitu lelah, seluruh tubuhnya seperti baru saja mengangkat beban berton-ton, remuk dan linu. Dia mencoba meregangan otot tubuhnya. Lalu menatap Andin sekilas.


SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang