46. I Don't Wanna Hurt you Anymore

6.8K 882 186
                                    

*******

Perjalanan pulang ke rumah, nampak lebih sunyi. Tidak Aldebaran, tidak juga Andin, mereka hanya diam dengan pikiran mereka sendiri. Aldebaran menyetir mobil dengan terus menatap ke depan, entah fokus atau memang ada yang dia pikirkan.

“Andin”
“Hm”
“Soal tadi yang kamu lihat...”
“Gak usah di bahas mas, aku lagi gak mood”
“Jangan salah paham”
“Enggak”
“Ndin...”
“Mas, udah ya, nyetir aja yang fokus”


Aldebaran tau, hanya dengan nada bicara Andin, dia yakin Andin salah paham dengan apa yang dia lihat.

“Jangan sampai masalah ini dibahas sampai nanti Arga lulus SMA”

“Ndin, Rara sakit” ucap Aldebaran tiba-tiba
“Aku tau. Dia di rumah sakit ya artinya dia sakit, gak mungkin kan cuma iseng” jawab Andin
“Gak gitu maksudnya, saya gak mau kamu salah paham”
“Mas Al.... udah ya, jangan di bahas”

Akhirnya Al mengalah, dia tetap menyetir dengan perasaan takut jika Andin akan marah padanya, apalagi kondisi fisik dan psikis nya yang sedang tidak baik sekarang ini. Sesekali Al melirik ke arah Andin yang sibuk menatap jendela di samping kirinya.

“Ndin... mau beli sesuatu gak?” tanya Al.
Pria itu mencoba meraih tangan Andin, namun Andin justru menepisnya,
“Pulang aja mas, aku mau ketemu Reyna sama Arga” jawab Andin tanpa menoleh ke arah suaminya,

“Andin pasti cemburu dan mikir macem-macem”
“Ya udah, langsung pulang ya”

Sepanjang perjalanan, Andin hanya diam, membuat Al jadi serba salah, hingga sampai di depan gerbang pun, tak ada satu kata yang terucap dari Andin. Al membantu Andin turun dari mobil, mendudukkannya di kursi roda.

“UYAAA!”
“Siap pak bos!””
“Tolong bawain koper nya masuk ya”
“Siap pak bos”

Dengan hati-hati, Al mendorong kursi roda Andin untuk masuk ke dalam rumah. yang ternyata di dalam, semua orang sudah menunggu ; keluarga Aldebaran dan tentu, orang tua Andin yang sudah ada disana.
Wajah Andin yang semula sedikit muram, seketika langsung berubah, dia tersenyum bahagia, melihat semua orang sudah menyambutnya. Pandangan Andin mengedar, menatap satu persatu orang di ruang tamu depan itu,


“Welcome home, Andin!” ucap semua orang dengan gembira. Mereka bersorak, memeluk Andin satu persatu dengan sangat hati-hati.
Tiba giliran Reyna, mata gadis kecil itu berkaca-kaca, dia berjalan perlahan ke arah mamanya. Reyna menyentuh lengan Andin, padahal tangan Andin sudah sudah siap menerima pelukan anaknya, namun nampaknya Reyna enggan memeluk mamanya itu,

“Kakak gak mau peluk mama?” tanya Andin lirih
“Mama,....”
“Iya sayang”
“Mama udah sembuh ya?”
Andin tersenyum, lalu mengangguk pelan,
“Mama sembuh karena mau ketemu kamu sama adek kamu. Mama kangen”


Reyna tak bicara apapun, matanya nampak sudah basah, lalu tiba-tiba tangisnya pecah,


“Mamaaaa.....” ucap Reyna sambil terus menangis,
“Loh, kok nangis anak mama ini, kenapa sayang?”
“Aku kangen mama....”
“I miss you too, mama juga kangen sama kamu”
“Aku kangen mama sampai mau nangis, tapi kalau aku nangis, kasihan adek”
“AAA sayang nya mama, anak cantik, makasih ya udah jagain adek ya”

Reyna masih memeluk mamanya, dengan suara tangis yang sudah mulai berhenti,
“Udah ya, nangis nya udah, itu adek nya kasihan, nanti dia sedih kalau kakak nya nangis” kata Andin
Hati Reyna begitu lembut, meski dia tidak lahir dari rahim Andin, namun entah kenapa, sifatnya persis sekali dengan mama sambungnya itu. Begitu lembut dan tulus..


SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang