48. Just Go...

5.6K 793 147
                                    


********

“Saya menelfon pak Aldebaran, atas permohonan dari pasien saya, Rara Amelia. Pak Aldebaran kenal?”
“Rara Amelia?”
“Betul pak”
“Iya, saya kenal. Ada apa ya?”

Al langsung teringat bahwa dia memang sempat menjumpai Rara di rumah sakit Medika Sejahtera, rumah sakit yang sama dengan tempat Andin menjalani perawatan.

“Begini pak Al... mbak Rara sedang di rawat intensif di rumah sakit Medika Sejahtera. Dua bulan ini saya yang menangani mbak Rara sebab penyakit paru obstruktif kronis yang dialami mbak Rara selama beberapa tahun belakangan”
“Beberapa minggu belakangan ini, kondisi mbak Rara memburuk. Dia sekarang di ruang ICU”
“Kita sudah coba berbagai cara, namun karena penyakit ini memang tidak bisa di sembuhkan total dan menjadi penyakit paling mematikan nomor 3 di dunia, saya dan tim medis selalu bersiap dengan segala resikonya”

“Untuk bernapas pun, mbak Rara sudah harus memakai alat bantu pernapasan. Tadi pagi kondisi nya memburuk, lalu mbak Rara meminta saya untuk menghubungi kontak yang bernama Aldebaran di handphone nya. Makanya malam ini saya menelfon pak Aldebaran”
“Kenapa Rara minta dokter menelfon saya?” tanya Aldebaran yang masih bersandar di dekat pintu kamarnya

“Karena mbak Rara ingin sekali bertemu dengan pak Al, bahkan beberapa kali, suster juga mengatakan bahwa mbak Rara mengigau nama pak Aldebaran”
“Maaf dok, saya gak bisa”
“Pak Al, sebentar..”
“Apalagi dok?”

“Saya tidak tau apa yang terjadi antara pak Al dan mbak Rara. Tapi apakah bisa pak Al datang ke rumah sakit demi sebuah kemanusiaan? Datang lah walau hanya untuk menjenguk. Kemarin om dan tante nya datang ke rumah sakit, karena memang orang tuanya juga sudah tidak ada”

Saat itu Al baru tau, kalau orang tua Rara sudah meninggal
Al menarik napas panjang,


“Dok, maaf sebelumnya. Saya gak bisa menemui Rara, karena saya sudah punya istri. Dan tidak mungkin, saya menemui perempuan lain sedangkan istri saya juga sedang butuh saya sekarang”
“Baik kalau begitu, saya tidak bisa memaksa pak. Hanya saja saya ingin menyampaikan, jika ini adalah permintaan terakhir mbak Rara, saya harap pak Aldebaran bisa mengabulkannya. Setidaknya untuk membuat hari-hari terakhir mbak Rara terasa menyenangkan”

=========


“Jadi kamu nemuin dia?” tanya Andin
Al menggeleng cepat, “Sumpah, enggak”
“Bohong!”
“Tanya Rendy. Dari pagi saya di kantor dan selesai meeting saya pulang. Bahkan saya menyerahkan tugas saya ke Rendy buat nemuin Client sore ini ndin”

Andin masih bergeming, matanya kosong menatap kejauhan.

“Andin, mana mungkin saya pergi menemui perempuan lain tanpa seizin kamu”
“Bukanya kemarin juga kamu udah nemuin dia ya pas kita mau pulang?”
“Ya Allah, di bahas lagi...”
“Emang iya kan?”
“Kan saya udah jelasin ke kamu, Andin”

Andin menoleh, lalu menatap tajam suaminya. Tatapannya seperti murka dan ingin membunuh.
“Kita ngobrol di dalam yuk” ucap Aldebaran. Dia terus membujuk Andin untuk masuk dan bicara di dalam kamar, namun Andin terus menolak
“Aku gak ada tenaga buat berantem” ucap Andin
“Yang mau ngajak berantem juga siapa sih? Gak ada”

“Andin...”

Wanita itu beranjak dari duduknya, lalu berjalan ke dalam rumah.. Al mengekor di belakang istrinya, dengan terus berusaha memanggil Andin yang seolah tak bisa mendengar suaranya.
“Ya Allah ndin, dengerin saya dulu ndin...”
“Kalau kamu gak percaya, ayo kita kesana berdua, kamu temenin saya” kata Al

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang