19. / Merpati Airlane MA 188

5.3K 830 234
                                    

*********

Tangan Andin gemetar, memegang remote TV dengan jantung yang berdetak cepat. Dia menoleh ke arah Reyna dan Arga, dua malaikat yang selalu menjadi penenangnya.

“Merpati Airlane bukan cuma satu, pasti bukan” ucap nya dalam hati
“Andin, kamu serius, Al naik pesawat itu?”
“Aku gak tau ma, tadi pagi mas Al ngasih tau aku kalau dia mau ke Bali hari ini, seinget aku pesawatnya Merpati Airlane ma”
“No, kamu pasti salah, kalau emang iya. Pasti itu bukan pesawat yang Al naiki”
“Ma, aku harus ke bandara sekarang, aku harus pastiin ma”

“Mama ikut ya”
“Gak, mama di rumah aja ya, nanti aku kabari”
“Ya udah, OK jangan panik, tenang... All is well, kamu ke bandara, biar anak-anak sama mama di rumah”
“Aku titip ya ma. Jangan kasih tau apapun ke Reyna. Aku pastiin dulu, mama doain ya”
“Pasti. Kamu jangan panik ya ndin, mama khawatir malah sama kamu”
“Aku gak apa-apa ma, aku bakal jaga diri. Aku pergi ya ma”

Andin berlari ke atas, menaiki tangga dan masuk kamarnya dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan. Tangannya mulai bergetar hebat. Dia meraih ponsel nya, lalu berlari turun dan keluar rumah. Dia hanya mencium anak-anaknya sekilas, lalu  pergi

“Mama mau kemana nenay?” tanya Reyna
“Mama ada urusan sebentar, sayang, Reyna di rumah ya sama nenay”
Reyna hanya mengangguk, sembari menatap kebingungan ke arah mama nya yang berlari meninggalkannya
“Bu bos, ada apa sih, Andin mau kemana?”
“Andin ada urusan Mir, kamu bantu saya jaga Reyna sama Arga ya”
“Oh iya, baik bu”

======== 

Sampai di pelataran bandara, Andin merasa ragu untuk masuk, dia merasa seharusnya dia percaya bahwa suaminya akan baik-baik saja, dengan dia datang ke Bandara, dia merasa tak mempercayai suaminya tentang janji nya akan pulang, namun ini yang harus dia lakukan demi mencari kebenaran tentang ketakutannya, dan benar saja sudah banyak orang yang berkerumun di pusat informasi. Kaki Andin terasa kehilangan tulangnya, matanya sendu, menatap keramaian dan kekacauan di sekelilingnya. Banyak orang yang menangis, histeris bahkan pingsan, sedangkan Andin masih dalam keyakinannya, bahwa suaminya tidak akan ingkar janji. Dia pasti akan kembali.

Dengan langkah gontai dia berjalan, ke tengah kerumunan dan hiruk pikuk sesak suara orang yang meminta data penumpang.

“10 menit lagi, data penumpang akan kami share buk, sabar ya sebentar” kata seorang dari balik dinding kaca dengan baju rapi nya yang mulai kusut
Dengan segala keramaian itu, Andin mendekat, meyakinkan dirinya untuk bertanya. Dan setiap kali dia ingin menanyakan sang suami, perasaan mengkhianati itu datang,

“Mas Al gak mungkin ingkar janji kan?” batin Andin
Dia terus mendekat, matanya mengerjap pelan, nafasnya mulai terasa sangat berat, dengan suara lirih dan kalimat yang terbata-bata, Andin bertanya,
“A-apa suami sa-saya ada di pesawat yang hilang ko-kontak itu pak?” tanya Andin
“Gimana buk? Ada yang mau di tanyakan?”
“Su-suami saya”
“Suami ibu?”
“Apa suami saya ada di pesawat Merpati Airplane itu?”

“Untuk data penumpang sebentar lagi akan kami share ya buk, mohon tunggu sebentar”
Andin tak bicara lagi, dia bahkan sudah tak sanggup untuk mengatakan apapun, bibirnya terus merapalkan doa, agar semua mimpi itu tak benar-benar menjadi kenyataan. Andin duduk di salah satu kursi di bandara, tak jauh dari pusat informasi yang begitu ramai dengan harapan dan doa’doa baik dari semua keluarga penumpang
Dia menatap layar ponselnya, sebuah foto tiket yang dia tidak ingin lihat lagi. Disana tertera tanggal, tujuan, nomor penerbangan dan semua informasi yang ternyata sama, dengan pesawat Merpati Airplane yang hilang kontak pagi itu.

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang