33. I Give Up!

15.3K 2.1K 40
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠
Gak jadi nunggu 100k, kasian akunya masa nulis banyak yang baca aku doang 😆😆😆😆
Jadi selamat membaca
🤗🤗🤗























Sudah sepuluh hari sejak Haechan bertemu dengan Ten, ibunya. Dan sudah selama itu pula Jaemin membujuk sahabatnya agar bersedia menemui Ten. Bahkan Jaemin sudah berbohong dengan mengatakan kalau Ten akan pulang ke negaranya dua hari lagi, walau Haechan terlihat menegang, tapi dia tetap kukuh dengan pendiriannya

"Jaemin, cukup. Kalau kau masih mau memaksaku untuk menemui 'dia', aku akan marah padamu! Bisakah kau mengerti aku 'Jaem? Dia sudah meninggalkanku selama 17 tahun dan dia baru kembali sekarang! Aku bahkan sudah lupa kalau aku pernah punya ibu, sekarang apa? Dia datang tiba-tiba, saat pertama bertemupun dia pura-pura tidak mengenaliku. Itu yang kau sebut ibuku 'Jaem?" Jaemin mematung, benar, dirinya tidak mencoba mengerti perasaan Haechan

Jaemin semula beranggapan kalau Haechan akan sebahagia dirinya saat bertemu ibu kandungnya. Nyatanya, Haechan dan dirinya berbeda. Ditinggalkan karena kematian itu sangat berbeda dengan ditinggalkan tanpa kejelasan. Jaemin yang awalnya terduduk di kasurnya, berjalan mendekat pada Haechan dan merengkuh tubuh Haechan erat

"Maafkan aku 'Chan, aku tak mencoba untuk mengerti akan perasaanmu. Baiklah, aku menyerah untuk membujukmu. Tapi kalau kau sudah siap, katakan padaku yah. Aku pasti akan menemanimu nanti, aku akan selalu bersamamu 'Chan" Haechan membuang napas lega, akhirnya Jaemin menyerah

"Oh iya, kau tidak mengatakan apapun pada Jeno kan?" Haechan menjauhkan tubuh Jaemin, menatap sahabatnya itu dengan dahi berkerut

"Tidak 'Chan. Kalaupun dia bertanya aku akan menjawab kau sedang ada masalah di kampus, lagipula Jeno tidak terlalu mempedulikan tingkah uring-uringanmu" Haechan mendengus sedang Jaemin hanya tertawa mengejek

"Sebentar, Jeno kan bisa membaca pikiranmu. Apa jangan-jangan dia tau semuanya?" Mata Jaemin berkedip beruang kali, benar, Jaemin tidak memikirkannya. Eits, tapi tunggu dulu, dia kan sudah punya perjanjian dengan Jeno

"Tenang saja, dia telah berjanji tidak akan membaca pikiranku tanpa seizinku. Dan Jeno juga akhir-akhir ini sibuk sekali, di rumah saja sulit untuk bertemu" Jaemin membanting tubuhnya pada kasur milik Haechan, menelungkupkan badannya dengan kaki yang bergerak turun naik tidak jelas

"Jaem, ngomong-ngomong soal pernikahan Hyunjae Hyung di Jepang, kau tak mau mencari keluarga dari ayahmu?" Jaemin mengangkat kepalanya, memandang Haechan bingung

"Apa harus? Kontak mereka tertinggal di Jeonju, aku malas pulang ke rumah. Nanti aku malah rindu Nenek" Haechan berfikir sejenak lalu menepuk punggung Jaemin pelan

"Harus 'Jaem, kau ingin bertemu mereka dari dulu, mumpung ada tiket gratis kenapa tidak sekalian? Aku yakin Hyunjae Hyung maupun Jeno akan mengizinkan? Bagaimana?" Jaemin memikirkan ucapan Haechan barusan

"Kita izin saja untuk sehari, kita pulang, mengambil baju lama yang tertinggal dan juga buku telpon milik ayahmu dulu. Aku akan mengantarmu 'Jaem, kita juga sudah lama tidak pergi ke makam Nenek" Melihat Haechan yang jadi murung, Jaemin menghela napas pelan lalu mengangguk

"Okay, aku akan bicara pada Jeno. Kita pergi minggu depan saja, minggu ini jadwal libur dari kafe sudah ku gunakan. Kalau minggu depan kita berdua bisa tukar hari libur. Bagaimana, setuju?" Haechan mengangguk semangat

"CALL!!!"






































Vampire's Bride || Nomin [✔] TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang