Happy Reading
Hari ini penghuni ipa-3 dibuat heboh karena hilangnya hp Yura saat pelajaran olahraga.
Aku yang hampir sampai di toilet hendak mengganti baju setelah pelajaran olahraga, mendadak nggak jadi, saat tangan Yura menarikku ke luar dengan napas ngos-ngosan dan wajah panik, ia bertanya.
"Tik, Tika lo lihat hp gue nggak?"
"Hp?" Ku mengernyit, dan Yura mengangguk semangat.
"Nggak." Aku menggeleng, "Kenapa emang?"
"Hp gue hilang, Tik." Yura berkata prustasi, buatku mataku seketika membulat sempurna.
"Serius? Hp lo yang baru?"
Yura mengangguk lemah, buatku meneguk ludah.
Waduh. Aku nggak bisa berkata-kata. Itu hp baru saja kemarin Yura pamerkan di kelas karena punya hp keluaran terbaru. Hadiah dari Maminya, katanya.
Lalu, sekarang?
Hp itu hilang?
"Gimana dong Tik, itu hp baru gue beli kemarin, cuy. Gue harus bilang apa sama emak gue? Kalau gue anak sultan macam si Kelvin sih gak masalah. Duh, mampus dah, bisa-bisa gue ditendang dari rumah. Gue harus gimana sekarang, Tik?" Yura mengacak rambut prustasi.
"Udah-udah, lo tenang dulu oke?" Ku berusaha menenangkan Yura yang tampak uring-uringan, lalu terdiam mencoba untuk berpikir.
"Terakhir lo pegang hp itu kapan?"
"Sebelum jam olahraga mungkin?" Yura tampak tak yakin. "Eh, enggak-enggak." Cewek itu melarat dengan cepat.
"Setelah selesai olahraga gue ingat main hp sebentar, terus gue beli es teh dingin di kantin, lalu kembali ke kelas, ganti baju di toilet dan baru sadar barusan setelah kembali ke kelas hp gue gak ada," jelasnya.
"Waktu lo pergi ke kantin, lo bawa hp? Atau saat ke toilet ganti baju?"
Yura menggeleng, "Gue gatau," katanya prustasi. "Gak inget, kaya bawa hp, kaya nggak juga," jelasnya buatku melongo.
Lah?
"Terus?"
"Makanya itu Tik, gue gatau hilangnya di mana, dan kapan? Gue udah tanya anak-anak di kelas mereka juga pada bilang gatau, udah coba dibubungi sama anak-anak, tapi hp-nya gak aktif." Yura semakin prustasi, "Lo bantuin cari ya," katanya memelas.
"Oke gue bantu, tapi gue ganti baju dulu ya? Bel masuk sebentar lagi bunyi," kataku hendak balik ke toilet, namun lagi-lagi tangan Yura mencegahnya.
"Sekarang aja, Tik."
"Iya, tapi gue ganti baju dulu sebentar."
"Gausah, kata si Rendi habis ini kelas kosong," katanya, seraya menarik lenganku mencari di tiap-tiap bilik toilet, lalu menyusuri koridor. Namun, hasilnya nihil.
"Ra, lo tenang dulu, oke? Kalau lo panik gini gimana mau bisa mikir," kataku menghentikan Yura yang terus komat-kamit mengumpat, dan sesekali merengek prustasi.
"Oke, sekarang tarik napas, lalu buang. Kalau lo udah tenang, coba deh lo ingat pelan-pelan, terakhir kali lo naruh hp lo di mana?"
Yura terdiam beberapa detik, lalu kembali menatapku," Di kelas nggak, sih?" tanyanya nggak yakin.
Ku menghela napas prustasi.
Kalau dia aja gatau, dan gak yakin dengan jawabannya, apalagi aku?
"Yaudah, sekarang kita cari di kelas," kataku, dan ketika sampai di kelas, kami berdua disambut oleh Rendi dan Dara dengan wajah sama prustasinya.
"Gimana? Udah ketemu?" tanya Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Teen FictionKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...