Bab. 8 Sesuatu yang baru

91 39 12
                                    

Happy Reading
.

Benar kata orang, menunggu itu suatu hal yang tidak menyenangkan, dan sangat membosankan.

Rencananya, kegiatan hari ini adalah aku dan Kelvin akan melakukan wawancara kepada warga desa, mengenai mata pencarian masyarakat yang ada di desa ini. Tadi malam, aku dan Kelvin sudah membuat janji kepada Pak Burhan-pemilik ternak ayam. Jadi, kami berdua akan mewawancarai beliau mengenai peternakan ayamnya tersebut.

Aku yang sudah begitu bersemangat, dan berniat akan berangkat jam 09.00, mendadak jadi malas, dan rasanya pengen balik lagi ke dalam kamar.

Why?

Ya karena si Kelvin.

Mandinya ... LUAMA BANGET ....

Bikin orang kesal aja tu anak.

Jangan-jangan itu rahasia kulit mulus dan glowingnya selama ini?

Selambat-lambatnya aku mandi sebagai seorang perempuan, paling lambat hanya 40 menit. Lah, ini si Kelvin nyampe berjam-jam.

Aku yang sudah kesal, menghentak-hentakan kaki, mondar-mandir tidak jelas di teras depan, nungguin si Kelvin yang belum juga keluar kamar.

Dan, setelah keluar ....

Bukannya merasa bersalah, dan minta maaf karena sudah membuat orang lain menunggu, Kelvin malah berjalan dengan santainya sambil bersiul, lalu nyeletuk. "Eh, gue ganteng gak hari ini?"

What?

Aku hanya melongo.

Narsis banget, parah.

Dan sumpah, rasanya ingin sekali aku tarik itu rambutnya, lalu ceburin cowok ini ke danau SEKARANG JUGA.

Ok, tenang Atika, tenang.

Ucapkan mantra dalam hati: ingat perempuan harus selalu jaga sikap.

Alhasil, aku dan Kelvin berangkat wawancara jam 11, menggunakan sepeda tandem yang sudah disediakan oleh Pak RT-khusus untuk orang-orang yang berkunjung ke desa ini.

Seharusnya sih, ya. Aku sama Kelvin bisa sampai lebih cepat ke tempat tujuan. Iya, itu yang seharusnya terjadi dan ekpetasiku.

Namun, realitanya ....

Semua itu hanya angan-angan belaka karena si cowok Bule ini rewelnya minta ampun. Selama perjalanan, mulutnya itu tidak pernah berhenti mengeluhkan panas, katanya.

Dan, aku hanya mencibir.

Siapa suruh dia kelamaan mandi. Jadinya gini, kan. Berangkat jadi siang di saat matahari sedang terik-teriknya. Coba saja kalau agak pagi, mungkin matahari tidak akan seterik ini.

Alhasil dengan terpaksa aku mengikuti kemauannya, berhenti neduh dulu setiap kali ada kesempatan-melihat tempat yang nyaman, walaupun selalu dimulai dengan perdebatan.

Sampai akhirnya, sekitar jam 12.30 setelah menyempatkan dulu salat di musola, aku sama Kelvin akhirnya sampai di lokasi tujuan. Dan sesampainya di sana, kami berdua disambut hangat oleh Pak Burhan dan para pekerja yang ada di sana. Sungguh di luar ekpetasiku, mereka semua pada baik dan ramah.

Setelah mengobrol dan basa-basi sebentar, aku dan Kelvin langsung melakukan tujuan awalku yaitu mewawancarai Pak Burhan.

Dan ternyata, dari sini aku menemukan satu hal. Satu kelompok dengan Kelvin ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan.

Oke, mungkin aku terlalu cepat dalam menilainya karena ternyata dia bisa serius juga. Bahkan, cowok itu terlihat begitu keren saat tengah melakukan wawancara. Gayanya yang santai, dan sesekali diselingi candaan untuk mencairkan suasana, membuat proses kerja kelompok ini terasa lebih hangat dan menyenangkan. Pokonya untuk saat ini itu anak jauh dari kata Kelvin yang tengil dan nyebelin.

Wawancara selesai. Namun obrolan masih tetap berjalan.

Pandanganku terhadap Kelvin saat ini adalah, terlihat seperti anak baik, sopan, yang tidak pernah membuatku kesal. Cowok itu terlihat easy-going banget, mudah nyambung dalam obrolan apapun, dan dia bisa mengikuti alur pembicaraan dengan sangat mudah, juga terlihat natural. Beda banget dengan aku yang lebih banyak diam, kaku, dan terlalu serius.

Setelah selesai dengan segala urusan, kami berdua berpamitan untuk pulang, dan tahu apa yang Kelvin lakukan?

Dia membuatku merasakan kebebasan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Bernyanyi-nyanyi ria di atas sepeda, ketawa-ketawa gila dan berteriak bebas dengan lantangnya di tengah jalan yang membelah sawah dan ladang, tanpa perlu membuatku berpikir bagaimana tentang penilaian orang.

Satu kelompok dengan Kelvin membuatku merasakan suatu hal yang baru, sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Aku tidak mengerti, sebenarnya manusia sejenis apa Kelvin ini. Dia bisa membuatku merasakan banyak hal dalam satu waktu.

Awalnya, aku malu sendiri dan geleng-geleng kepala melihat Kelvin bernyanyi membawakan lagu rasa sayange dengan begitu kencang.

Atau, aku merasa kesal dan memukul punggunggnya dengan kamera karena mengayuh sepeda tidak benar dan membuatku hampir jatuh.

Tapi ....

Ntah sihir apa yang sudah diberikan cowok itu kepadaku.

Yang selanjutnya, aku jadi ikut ketawa-ketawa sambil bernyanyi lagu rasa sayange mengikuti Kelvin.

"Dari mana datangnya lintah, dari gunung turun ke kali, dari mana datangnya cinta dari mata turun kehati... 🎼🎼

Rasa Sayange, rasa sayang-sayange ku lihat dari jauh rasa sayang-sayange."

Ntahlah, tapi yang jelas berada di dekat Kelvin membuatku merasa bebas melakukan apapun yang aku mau tanpa perlu menjaga image. Aku bisa dengan bebas menunjukan berbagai macam ekspresi.

Dan kini, aku seperti tersadar, dari awal hanya Kelvin orang yang berhasil membuatku menghilangkan sikap jaga image-ku. Kelvin selalu membuat kepalaku pening, dan teriak-teriak mengomelinnya, lalu sekarang dia membuatku ketawa-ketawa gila karena ulahnya.




~Bersambung.

Atika Story's (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang