Bab. 23 Pertemuan

68 17 0
                                    

Happy Reading

"... Waktu ke rumah sakit bareng lo, itu adalah pertama kali gue ketemu nyokap setelah sekian lama."

Pengakuan Kelvin yang seperti itu, benar-benar membuatku nge-blank.

Jadi, selama ini Kelvin nggak tahu kalau Ibunya ...

"Gue udah tahu, Tik."

"Hah?" Ucapannya barusan buatku mengerjap tak paham.

"Gue udah tahu keadaan nyokap gue yang seperti itu dari lama."

Deg.

Terus?

"Tapi, sekali lagi gue bilang, kemarin itu adalah pertama kalinya gue ketemu nyokap setelah sekian lama. Setelah sekian lama dan kembali ketemu nyokap dalam keadaan ... " Kelvin menggigit bibir bawahnya kuat, lalu menghembuskan napas kasar. "Yah, dalam keadaan seperti kemarin yang kita lihat." Cowok itu tersenyum masam, seraya menatapku muram.

"Selama ini, gue selalu menghindar, Tik. Gak pernah mau ketemu nyokap, dan gak pernah mau tahu di rumah sakit mana nyokap di rawat." Kelvin tertawa miris. "Sampai akhirnya kemarin tanpa disengaja, lo mempertemukan gue dengan nyokap setelah sekian lama."

"Ke-kenapa?" Aku merasa tercekat. "Kenapa lo gak pernah mau ketemu nyokap lo?"

Cowok itu terdiam seraya menatap ku sesaat. "Gue selalu merasa belum siap," jawabnya.

"Gue belum siap kalau harus melihat keadaan nyokap gue yang seperti itu, Tik. Gue masih belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini. Semuanya terjadi begitu cepat. Gue pikir ini semua hanyalah mimpi, sampai akhirnya pertemuan kemarin menampar gue begitu keras, kalau semua yang sudah terjadi emang beneran nyata."  Kelvin berujar tanpa menatap ke arahku, matanya justru lurus ke deretan kelas-kelas di belakang punggungku.

"Gue cuma merasa nggak menyangka, bisa melihat nyokap gue yang selalu lemah lembut tiba-tiba mengamuk di hadapan gue. Menjerit-jerit histeris seraya mengeluarkan kalimat-kalimat kotor, yang membuat gue berfikir kalau itu bukan nyokap gue. Nyokap gue nggak seperti itu." Cowok itu beralih menatap mataku.

"Selama ini gue selalu lari dari masalah ini. Gue selalu pura-pura nggak tahu apa-apa karena gue ingin melupakan semuanya, gue selalu menganggap kalau ini hanya mimpi. Nyokap gue nggak sakit. Nyokap gue baik-baik saja, dan dia sedang berlibur ke luar negeri. Tapi ternyata ..." Kelvin menghela napas panjang. "Gue salah. Kalau semua ini memang beneran terjadi. Peristiwa menyakitkan, penghianatan, dan keadaan nyokap. Nyokap gue sakit, dan itu semua akibat kecerobohan gue," lanjutnya dengan tatapan kecewa, dan juga penyesalan yang begitu kentara di kedua bola matanya.

Buatku benar-benar tertegun mendengar penuturan Kelvin barusan. Menghela napas, lalu menatap lekat cowok itu.

"Terus sekarang ... Apa lo mau ketemu sama nyokap lo ... Atau__"

"Gue nggak tahu." Kelvin memotong cepat.
"Apa gue masih pantas?" tanyanya seraya tertawa hambar.

"Kenapa nggak?"

"Gue bukan anak yang baik, Tik. Gue salah-satu penyebab nyokap seperti itu. Gue juga gak pernah peduli sama keadaannya selama ini, dan memilih untuk pura-pura nggak tahu. Setelah apa yang sudah gue lakuin itu, gue nggak yakin apakah gue .... "

"Kalau lo emang beneran mau memperbaiki semuanya. Berhenti mengatakan hal-hal bodoh seperti itu." Aku memotong ucapan Kelvin.

"Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Mau bagaimana pun keadaannya, dia tetap ibu lo dan lo tetap anaknya, temui dia. Dia sangat membutuhkan lo, apalagi selama ini ketika ibu lo mengamuk, beliau selalu berteriak memanggil-manggil anaknya. Apakah anak yang dimaksudnya itu elo?"

Atika Story's (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang