Happy Reading
"Tika, ayo dong Tik ikut." Suara rengekan Dara untuk yang kesekian kalinya seraya terus menarik-narik lenganku, buatku menghela napas panjang.
"Nggak ah males, kalian aja sana." Dan aku hanya merespon malas, seraya membalikkan tubuh membelakangi Dara, lalu mempererat pelukanku kepada guling kesayangan.
"Ish elo mah malesan terus. Ayo dong sekali-kali ikut kumpul bareng kita," ucap Dara lagi masih belum menyerah.
"Woy Bagas, ko lo malah diam aja sih. Bantuin dong bujuk si Tika nih biar ikut." Dara menoleh kesal ke arah Bagas yang tengah bersandar ke dinding seraya memainkan hp.
Bagas mendongak, menghela napas panjang, lalu menoleh ke arahku dan Dara secara bergantian.
"Dari awal kan udah gue bilang, ni bocah satu emang susah buat diajak, pasti responnya bakalan kagak mau. Jadi percuma lo mau jungkir balik atau guling-guling di lantai juga, kagak bakalan berhasil," ucap Bagas yang sudah paham dengan sikapku.
"Ya elo berusaha dong, cari cara gimana sih," geram Dara.
"Tik, ayo dong ish elo mah nggak asik." Dara menggoncangkan tubuhku.
"ATIKA, BANGUN WOY BANGUN." Bagas maju, lalu menarik-narik selimutku.
"Nggak mau, gue ngantuk." Aku merengek kesal, seraya menarik kembali selimutku sampai menutupi seluruh tubuh.
"Yaelah Atika, lo kagak bosan apa kerjaannya tidur mulu, heran gue. Pantesan ya itu tubuh lo nggak gede-gede," kata Bagas mencoba menarik kembali selimutku. Namun aku tahan.
"Ayolah Tika, sekali-kali lo keluar ikut bareng kita, malam minggu ini 'kan. Jangan diam di rumah terus." Bagas berucap sekali lagi.
"Iya tau nih, lo kan jarang banget dan mungkin nggak pernah ikut acara makam malam bareng kita. Ayolah Tika kali ini aja sebelum kelas sebelas," lanjut Dara memelas, masih berusaha untuk membujuk ku.
Namun, aku masih tetap dengan pendirian ku. Sekali bilang tidak ya tetap tidak. Pokoknya keputusanku untuk malam ini aku sedang tidak ingin diganggu, tidak mau kemana-mana, dan hanya ingin tidur saja di kamar.
Namun ... Semua keputusan itu hanya berlaku sebelum terdengar suara ....
"Ka, Astagfirullah hal adzim, kamu ini gimana sih, ada teman main ko malah dicuekin gitu, nggak sopan ya. Kalau ada tamu itu disambut dengan baik, bukannya malah tidur membelakangi gitu, mereka jauh-jauh datang kesini, tapi kamunya malah tidur. Ibu nggak pernah ya bla-bla-bla ... " dan masih banyak lagi ocehan dari ibuku yang ntah sejak kapan berdiri di ambang pintu kamarku, buat kedua temanku menyengir lebar karena mendapat pasukan pendukung, dan buatku menghela napas pasrah. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menuruti ucapan ibuku, sampai akhirnya ....
Di sinilah aku sekarang.
Di rumah Kelvin, dan untuk yang pertama kalinya ikut gabung-main bareng teman-teman sekelasku, yang kebanyakan dari mereka adalah anak-anak gaul, dan hist semua.
Bagaimana tidak, aku Atika Zahra Ratifa si anak rumahan yang kurang pergaulan dan juga kurang update bisa berada di tengah-tengah mereka-duduk diam di samping Dara yang sejak tadi sibuk ngurusin berkas-berkas pendaftaran lomba taekwondo- sambil sesekali melihat ke arah anak-anak lain yang sibuk dengan dunianya masing-masing.
Di depan, ku melihat Rena yang termasuk salah-satu cewek hits di sekolah setelah Nabila-di kelas ku tengah mengobrol ria bersama beberapa anak perempuan lainnya, membicarakan cogan-cogan sekolah yang ntah siapa tidak aku kenal, atau membicarakan sesuatu yang sedang viral di sosial media, ada juga yang tengah asik karaoke, dan tentunya kalau aku ikut gabung bareng mereka, yang ada aku hanya melongo tidak mengerti apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Teen FictionKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...