Happy Reading
~sebelum baca jangan lupa vote dulu~
.
Kalian pasti punya satu teman sekelas yang pecicilan, nggak bisa diam, dan biang kerok alias pembawa onar di dalam kelas.
Di kelasku ada, namanya Dimas Pangestuti. Wihhh ... nama yang bagus, pemberian dari orangtuanya.
Tapi, dengan seenak jidatnya anak kelas selalu manggil dia Tuti. Katanya nama Dimas terlalu bagus untuk sosok dia yang pecicilan.
Dimas ini orangnya pecicilan, dan nggak bisa diamnya melebihi anak TK usia lima tahun. Bawelnya melebihi ibu-ibu komplek yang sering kumpul sambil ngomongin orang, dan juga suaranya begitu nyaring melebihi toa masjid.
Setiap hari selalu ada saja celetukan nggak jelas, dan kejadian tak terduga dari cowok yang akrab dipanggil Tuti itu.
Seperti membawa kecoa ke dalam kelas, dan membuat semua anak perempuan menjadi histeris ketakutan. Menukar-nukar isi pena.Pernah juga menggambar sesuatu yang jorok di bukunya Yura, dan membuat Yura marah besar.
Atau, seperti pagi ini, disaat suasana kelas sedang tentram damai dan sejahtera-karena semua penghuninya tengah sibuk mengerjakan PR, tiba-tiba ....
"HEIIII!!!!" Suara toa Dimas terdengar nyaring di ambang pintu. Membuat semua orang terlonjak kaget, dan menoleh begitu saja ke arah cowok itu.
"Yang di kiri, yang di kanan, yang di atas, yang di bawah, yang lagi nyontek. Heiiii ... goyang goyang bang Jali semua ikut bernyanyi." Dimas berteriak semangat seraya melempar tasnya dengan sembarangan, lalu mengambil sapu ijuk dan dijadikannya sebagai gitar.
"Bang Jali ... Bang Jali. Goyangnya bikin hepi, bikin lo ketagihan, semua jadi goyang." Cowok itu bernyanyi, seraya berjoget-joget Bang Jali menuju ke arah mejanya.
Bagas, dan Kelvin yang baru datang langsung ikut heboh bersama Dimas seraya beatbox nggak jelas dengan air ludah yang keluar kemana-mana.
Suasana kelas yang awalnya sepi, dalam sekejap berubah menjadi ramai seperti di pasar, ketika si pembuat onar sudah datang ke kelas.
Dan biasanya, satu-satunya orang yang paling sebal kalau Dimas tengah beraksi adalah Dara.
Dara akan berteriak seraya melempar botol minuman ke arah Dimas seraya berkata.
"TUTI BERISIK!!!"
"Dasar idiot."
Dara ini orangnya imut banget, punya mata yang bundar berbinar, rambut pendek di atas pundak dengan poni yang berjajar rapi memenuhi keningnya, pipinya tembem, bibir kecil seperti bebek, dan tubuhnya yang mungil membuat dia semakin terlihat menggemaskan.
Sekilas, orang akan berpikir Dara adalah gadis imut, pendiam dan polos seperti anak kecil.
Namun, siapa sangka. Bahwa gadis itu lebih menyeramkan dari singa betina yang kehilangan anaknya. Ketika ia sudah marah, ia akan mengamuk dan tidak akan melepaskan siapapun orang yang sudah membuatnya naik darah, dan salah-satunya adalah Dimas.
Pernah, dulu waktu semester satu karena terlalu pecicilan lari ke sana, ke sini, Dimas tidak sengaja menyenggol botol minuman yang terbuka dan membuat air yang ada di dalamnya tumpah mengenai buku PR Dara
... Dan, tahu apa yang terjadi ...?
Dara marah besar, ia melempar semua barang-barang yang ada di kelas ke arah Dimas, bahkan yang lebih parahnya lagi-karena Dara ini anak taekwondo, ia menendang masa depannya Dimas, sampai membuat cowok itu diam tak berkutik.
Menyeramkan. Begitulah Dara.
Apalagi kalau Dara sudah nagih uang kas, sikapnya bakalan lebih kejam dari preman-preman pasar.
"WOI, BAYAR UANG KAS!!!" Suaranya bisa membuat kelas menggema.
Lagi-lagi, yang selalu menjadi incaran Dara adalah Dimas, karena cowok itu selalu nunggak bayar uang kas.
Makanya, setiap kali ada Dara, dan Dimas belum bayar uang kas, cowok pecicilan itu mendadak menjadi sosok yang pendiam seperti orang sariawan.
Tapi untungnya hari ini, Dara tidak masuk kelas, izin latihan taekwondo. Membuat Dimas merasa bebas, dan kembali beraksi membuat kerusuhan di dalam kelas.
Sampai, terdengar suara si ketua kelas di ambang pintu, yang dalam sekejap mampu menghentikan kebisingan di dalam kelas."Harap tenang semuanya, sebentar lagi Bu Susi akan masuk kelas. jangan ribut," ucapnya kalem, dan tenang. Namun, berhasil menghentikan keributan.
Rendi Pranata namanya. Murid teladan, ketua kelas, dan juga satu-satunya cowok normal di kelas ini. Orangnya pendiam, kalem, ramah, dan nggak banyak tingkah seperti cowok-cowok lain.
Terkadang aku suka berpikir, kenapa murid seperti Rendi bisa terdampar di kelas ini. Dia begitu sabar menghadapi sikap anak-anak kelas, dan dia juga sudah seperti sosok ayah untuk kelas X Ipa-3, karena sikapnya begitu dewasa.
~Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Fiksi RemajaKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...