~Happy Reading~
Ini bukan di pasar malam, bukan juga acara festival ataupun hajatan. Tapi ini sebuah acara perayaan jam kosong, di sebuah ruangan minimalis yang biasa orang sebut sebagai kelas.
Kelas X Ipa-3.
Kelas yang menjadi kebanggaan semua guru. Tipe kelas yang akan membuat semua guru bilang-disaat masuk ke kelas lain, "Lihat tuh kelas sepuluh Ipa tiga, anak-anaknya pada baik, aktif dalam belajar, dan tidak pernah berisik."
Waw.
Pinter banget jaga imagenya.
Karena nyatanya, itu semua hanyalah pencitraan.
Kelas sepuluh ipa tiga tidak sebaik, dan sekalem itu karena kenyataan yang terjadi, murid sepuluh Ipa tiga lebih parah dari yang dibayangkan.
Cool di luar, hancur di dalam.
Seperti saat ini contohnya.
Suara alunan musik dj yang berasal dari box speaker kecil terdengar begitu nyaring memenuhi kelas.
Yah, hanya di dalam kelas dan sekitarnya, tidak sampai terdengar oleh kelas lain, ataupun ruang guru.
Itulah mengapa semua guru selalu menganggap murid Ipa tiga sebagai murid terbaik karena kelakuan bobroknya tidak pernah ketahuan oleh guru.
Kelas sepuluh IPA-3 adalah kelas yang letaknya paling aman dari segala ancaman. Kelasnya berada paling ujung bersebelahan dengan laboratorium biologi yang sudah jarang dipakai.
Dan ... di sinilah aku sekarang.
Duduk-diam, memandangi kelakuan teman-teman sekelas yang membuatku menggelengkan kepala-tidak percaya dengan sikap orang-orang yang ada di kelas ini.Pada gila semua.
Nggak ada yang benar.
Dan berhasil membuat ku prustasi.
KENAPA AKU BISA TERJEBAK DI KELAS SEPERTI INI?
Aku hanya bisa menggeleng pelan seraya menghela napas panjang, sebelum menjatuhkan kepala ke atas meja berusaha bersikap bodoamat dengan keadaan di sekitar.
Keadaan di kelas ini benar-benar tidak bisa aku percaya. Bagaimana bisa, aku, orang yang tidak suka keramaian harus disatukan dengan manusia-manusia berisik seperti itu. Manusia-manusia ajaib dengan segala tingkah absurd nya.
Seperti Kelvin contohnya, lihat saja kelakuannya sekarang, cowok yang katanya diakui sebagai siswa paling ganteng di kelas itu, kini tengah berjoged-joged ria di atas meja, seraya mengangkat uang dua ribuan.
Di sampingnya ada Dimas tengah bernyanyi begitung nyaring duet bersama Yura.
Dan Bagas, yang katanya diakui sebagai cowok paling berkharisma di angkatan ku, juga ikut-ikutan memukul meja seraya tertawa gila. Benar-benar nggak jelas, dan membuatku bertanya-tanya, di mana letak kharismanya? Yang ada, kini cowok itu terlihat begitu tengil.
Belum lagi, ada beberapa orang yang tengah membuat video vlog, sampai video tik-tok, dan untuk anak perempuan yang tengah heboh dengan dengan alat-alat meke-up nya ikut meramaikan kelas ini, sampai membuat kepalaku rasanya begitu pening.
Namun ...
Pepatah mengatakan, selalu ada hikmah dibalik segala cobaan.
Dan, tahukah kalian?
Meskipun teman-teman sekelasku selalu membuat kepala pusing, tapi berkat mereka, kisahku yang seharusnya datar, tidak menarik sama sekali, dan polos seperti HVS putih, mendadak berubah. Menjadi lebih berwarna sejak bertemu mereka.
Kelakuan mereka yang absurd kadang tanpa sadar selalu membuatku tertawa, meski seringnya sih menggelengkan kepala.
Tidak terhitung, sudah berapa kali aku hari ini geleng-geleng kepala, berdecak tak habis pikir, seraya menghela napas lelah melihat kelakuan teman-teman sekelasku yang tengah bersorak ria merayakan jam kosong dari guru yang terkenal kiler.
Hingga tanpa ada yang sadar, pintu kelas terbuka lebar, dan tidak lama kemudian disusul dengan suara yang menggelegar.
"APA-APAN INI...?"
Suara itu, dalam sekejap membuat semua orang langsung terdiam kaku. Tanpa perlu melihat sumber suara, semua penghuni kelas sudah tahu siapa pemilik suara itu.
"INI YANG KATANYA KELAS MURID TELADAN? SEPERTI INI KELAKUAN MURID TELADAN? IYA?"
Suaranya benar-benar menggelegar, buatku meneguk ludah kasar, lalu mendongakkan kepala secara perlahan.
Terlihat seorang perempuan paruh baya bertubuh besar tengah menatap tajam ke dalam kelas, dengan wajah penuh kemarahan. Bibir tipis berwarna merah darahnya tampak mengerut kesal, dan tidak lupa kaca mata yang menempel di kedua matanya kini sepertinya sudah merosot ke bawah.
Bu Tiwi. Guru sejarah Indonesia yang katanya tidak akan masuk kelas, dan membuat kelas X IPA-3 sampai merayakan pesta seperti ini, nyatanya kini tengah berdiri di ambang pintu.
Membuat semua orang meneguk ludah kasar, saling lempar pandang, dengan raut wajah yang kentara sekali tengah deg-degan.
Dan saat itulah, image X IPA-3 yang katanya baik dan kalem pun telah hilang dalam sekejap.
Dan, inilah kisahku
Atika Zahra Ratifa, si gadis biasa yang terjebak dalam sebuah kelas ajaib yang berisi manusia-manusia setengah waras.
~Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Fiksi RemajaKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...