Bab.16 Jam olahraga

68 21 0
                                    

Hari ini pelajaran olahraga. Namun, guru olahraganya izin absen, ada keperluan, katanya.

Seharusnya sih dibiarkan bebas sesuka hati. Namun ternyata, hal itu hanya bisa dijadikan imajinasi karena sang ketua kelas ipa 3 yang terlalu patuh terhadap aturan itu menyuruh kami semua olahraga, apapun bentuk olahraganya. Yang jelas dilarang ada satu orangpun yang diam di dalam kelas.

Jadi, Rendi mengiring kami semua turun ke lapangan untuk melakukan pemanasan sebelum memulai olahraga. Tapi, eh dia sendirinya malah pergi meninggalkan kelas, ada urusan OSIS katanya.

Alhasil, kelas mendadak dipimpin oleh Dimas, wakil ketua kelas yang bagaikan langit dan bumi dengan Rendi.

Dimas bukannya memimpin pemanasan, dia malah joged-joged nggak jelas bareng Kelvin di tengah lapangan. Nggak tahu joged apaan diiringi musik dj yang sangat familier, yang berikutnya anak-anak yang lain jadi pada ikut-ikutan. Kata Bagas itu joged fenomenal yang sedang hits di tiktok, namanya joged ubur-ubur. Dia sering lihat adeknya joged begituan di rumah, dan dia juga selalu ikutan, tapi kali ini dia nggak ikut gabung, lagi malas katanya, dan lebih memilih duduk di bawah tangga bareng aku seraya ketawa-ketawa gila memandangi lapangan.

Nggak ada Rendi, nggak ada yang bisa menjinakan ipa-3.

Aku melihat Yura sudah nangkring di atas pohon, meraih mangga di sana sendirian, dan di bawahnya ada Waldi yang setia menunggu.

Rena dan kawan-kawan sudah sibuk ke sana-sini seraya melambai-lambai ria ke depan kamera, dan ku melirik Dara yang sudah misuh-misuh nggak jelas seraya berjalan ke arah tangga, lalu duduk di sampingku.

"Napa lo, Dar? Muka lo kusut bener." Bagas bertanya buat Dara menoleh.

Dara menghela napas sebelum akhirnya dia menjawab, "Cape hati gue," katanya. "Gue tuh heran deh, kenapa badut kelas kaya si Tuti bisa menjabat sebagai wakil ketua kelas? Dia itu nggak ada cocok-cocoknya sama sekali, nggak berguna, dan nggak bisa diandalkan. Lihat aja sekarang, bukannya melakukan pemanasan dia malah joged-joged alay nggak jelas," cerocos Dara buatku dan Bagas ketawa mendengarnya.

"Kalau Dara nikah sama si Tuti lucu kali ya," celetuk Bagas di sela tawanya, yang refleks berhasil membuatku berhenti tertawa dan menoleh ke arah Bagas.

"Gue nggak bisa bayangin gimana nasib si Tuti di malam pertama pernikahannya, secara 'kan si Dara jago taekwondo," lanjut Bagas diiringi tawa lebar yang langsung buat Dara melotot, yang sedetik kemudian cewek itu beranjak ingin menjambak rambut Bagas. Namun, Bagas yang menyadari gerakan Dara dengan cepat, segera mencari perlindungan dengan bersembunyi di belakangku

"Lo bilang apa, hah? Lo mau mati? Sini lo!" Dara mengamuk, berusaha menjambak rambut Bagas.

"Udah-udah hei." Aku yang berada di tengah keduanya berusaha melerai mereka. Namun, bukan Dara namanya jika dia melepaskan begitu saja orang yang sudah berani kurangajar kepadanya.

Membuatku menggela napas panjang, "Ok baiklah, terserah kalian saja." Aku berujar seraya melarikan diri dari mereka.

"Woy Tika mau kemana? Tolongin gue," teriak Bagas yang sudah kena jambakan Dara.

"Lo ngomong apa tadi, hah?" Dara sudah menarik rambut Bagas.

"Aw-aw, ampun. Gue bercanda, Dar." Bagas meringis kesakitan.

"Bercanda lo bilang? Bercandaan lo nggak lucu."

"Iya-iya, lepasin dong, Dar. Duh, sakit nih gue."

"Bodoamat, emang gue pikirin," kata Dara yang masih emosi menjambak rambut Bagas, buat Bagas semakin meringis kesakitan.

"Udah Dar, udah," leraiku menarik Dara dari belakang. Nggak tega juga aku melihat Bagas yang kesakitan seperti itu.

Lagian salah dia juga sih, udah tahu Dara orangnya kaya gimana, masih aja nyebelin.

Atika Story's (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang