Bab. 6 Teman Kelompok

119 45 24
                                    

Happy Reading


Dari sekian banyaknya hari yang telah aku lewati selama ini, aku merasa hari ini adalah hari terburuk yang pernah aku alami, keberuntungan tidak berpihak kepadaku.

Bagaimana tidak, dari sekian banyaknya cowok di kelas ini, kenapa aku harus satu kelompok dengan Kelvin?

Kelompok bahasa Indonesia, lagi.

Kelvin emang nggak bego sih, dia malah peringkat ke 4 di kelas, dan peringkat ke 5-nya aku. Tapi, ini cowok pintarnya milih-milih, otaknya selalu jalan saat pelajaran fisika, kimia,dan matematika saja. Namun, saat pelajaran lain, apalagi saat pelajaran pkn, bahasa Indonesia, dan sejarah, otaknya selalu ia taruh di dengkul, tidak berfungsi dan tidak bisa diandalkan sama sekali.

Ditambah, di awal 'kan sudah pernah aku katakan, kalau Kelvin ini musuhku di sekolah. Kalau bertemu, aku sama dia tidak pernah akur, selalu saja ada hal-hal kecil yang diperdebatkan, seperti memperdebatkan hobiku yang suka membaca novel, dan Kelvin yang menganggapku cewek purba, atau Kelvin yang senang menarik-narik ujung kerudungku disaat aku sedang tidur di kelas, dan juga masih banyak lagi hal-hal menyebalkan lainnya yang dapat menimbulkan perdebatan di antara kami berdua.

Sebenarnya, aku bukan tipe orang yang senang berdebat, aku lebih suka membiarkan, mengalah dan bilang iya, agar segala persoalan cepat selesai.

Namun, cowok seperti si Kelvin ini ternyata resenya tingkat dewa. Senang sekali memancing hal-hal yang membuaku kesal dan pusing. Di saat aku mengabaikan, dia akan terus melakukan banyak hal untuk menyulut api perdebatan. Dia adalah satu-satunya, sekaligus cowok pertama yang berhasil mengeluarkan sisi terpendam dalam diriku. Mampu membuatku marah, bicara panjang lebar, tanpa memedulikan pendapat di sekitar. Intinya, aku sama Kelvin itu tidak ada kecocokan sama sekali.

Namun, kenapa sekarang malah disatukan dalam kelompok bahasa Indonesia?

Bahuku hanya bisa merosot lemah.

Beberapa menit yang lalu Bu Susi mengumumkan, kalau tugasnya adalah membuat laporan hasil observasi mengenai kehidupan warga di desa. Pada hari sabtu dan minggu, semua anak X Ipa-3 akan menginap dan menghabiskan waktu di sebuah desa. Di sana kami akan melakukan wawancara, dan melihat secara langsung bagaimana kehidupan penduduk desa. Sebelum pergi ke sana, tentunya di sini kami harus melakukan beberapa persiapan dulu, dengan pasangan kelompok masing-masing, tentang hal apa saja yang dibutuhkan untuk tugas tersebut.

Yang artinya, selama beberapa hari kedepan aku akan banyak menghabiskan waktu dengan cowok rese itu.

What?

Aku gak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan ku selama beberapa hari ke depan. Hari-hariku yang tentram dan damai, pasti akan berubah menjadi hari terburuk yang pernah aku alami.

TIDAKK.

Ku menegakkan kembali tubuhku, lalu menatap Kelvin seraya merancang rencana  supaya cowok itu mau menukar kelompoknya.

Satu detik.

Dua detik.

Tig__

"Ngapain lo natap gue kaya gitu?" Pertanyaan tiba-tiba Kelvin buatku mengerjap.

"Hah? Oh ini, gue..."

"Naksir lo sama gue?"

Dan, pertanyaannya barusan, berhasil membuatku memutar bola mata malas.

"Lo itu emang narsis banget ya orangnya?" tanyaku tak habis pikir.

"Bukan narsis, tapi percaya diri."

"Terserah." Aku hanya melengos malas, dan memilih untuk menidurkan kepalaku di  atas meja-membelakangi nya.

Namun, baru tiga detik kepalaku menyentuh meja, aku kembali menegak, dan rasanya tidak tahan untuk tidak memprotes.

Atika Story's (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang